BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB IV HASIL PENELITIAN

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

PENERAPAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP TENAGA KERJA DI PT BAYER INDONESIA- BAYER CROPSCEINCE

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Peralatan Perlindungan Pekerja

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

TINJAUAN TENTANG KAWASAN PESISIR ALAT PELINDUNG DIRI KASUS DI KEPULAUAN TUPABIRING KAB. PANGKEP ZAENAB P ZAENAB

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB II LANDASAN TEORI. secara baik sehingga hasil kerjanya memuaskan. manusia dan cara kerja ( Ramli, 2010: 28).

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB VI HASIL PENELITIAN

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I KONSEP PENILAIAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI TENAGA KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

PT. BINA KARYA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

Personal Protective Equipments (PPE)

BAB II TINJAUAN TEORI

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI TENAGA KERJA DI RUANG CETAK PT. AIR MANCUR PALUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, APD. diperlukan. Syarat-syarat APD adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PT. BINA KARYA KUSUMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

BAB III DATA PERANCANGAN. data-data terkait mengenai permasalahan tentang kemasan Alat Pelindung

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN GRANULE DI PT. BINA GUNA KIMIA UNGARAN

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Bagaimana Cara Melindungi Diri dari Menghirup Abu Vulkanik?

PT. BINA KARYA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB II LANDASAN TEORI. secara baik sehingga hasil kerjanya memuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, laundry adalah tempat

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma mur, 2014). Keselamatan merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan perawatan/mesin, dan lingkungan secara luas. Tujuan keselamatan kerja agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sumber-sumber produksi dapat dipakai, dan digunakan secara efisien dan proses produksi dapat berjalan secara aman tanpa hambatan apapun (Tarwaka, 2012) 2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun 9

10 sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma mur, 2014). Menurut Buntarto (2015), kesehatan kerja merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Kesehatan Kerja adalah suatu ilmu yang penerapannya untuk mengetahui, menilai dan mengendalikan faktor-faktor bahaya lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja. Tujuan Kesehatan Kerja yaitu, (1) meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggitingginya baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan pekerjaan; (2) mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja; (3) melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan; (4) menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan; (5) menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja.

11 2.1.3 Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4. Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5. Meningkatkan produktivitas. 6. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7. Menjamin tempat kerja yang aman. 8. Memperlancar, meningkatan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2.2 Alat Pelindung Diri 2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun kerutan yang mungkin

12 mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma mur, 2014). Suma mur (2014) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu: 1) Pengujian mutu Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk menjamin bahwa APD akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua APD sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya. 2) Pemeliharaan APD Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja. 3) Ukuran harus tepat Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya. 4) Cara pemakaian yang benar Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

13 2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula beberapa kriteria dalam pemilihan APD, yaitu : 1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja. 2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya. 3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya. 4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya. 5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali. 6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam wktu yang cukup lama. 7. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan. 8. Suku cadang APD yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran. 9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan. 10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. (Tarwaka, 2008) 2.2.3 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Jenis-jenis APD berdasarkan fungsinya terdiri dari beberapa macam. APD yang digunakan tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara lain :

14 1. Alat Pelindung Kepala Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain : a) Topi Pelindung (Safety Helmets) Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena ringan tahan terhadap benturan dan benda keras serta tidak menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara. b) Tutup Kepala Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air. c) Topi (Hats/cap) Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.

15 2. Alat Pelindung Mata Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras. a) Kacamata (Spectacles) Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik. b) Goggle Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan bahan kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion. 3. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang masuk kedalam telinga. a) Sumbat Telinga (Ear Plug) Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali. b) Tutup Telinga (Ear Muff) Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga ini berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

16 menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara 30 db(a) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan api. 4. Alat Pelindung Pernafasan Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan di perusahaan-perusahaan antara lain : a. Masker Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan. b. Respirator Digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini adalah : 1. Chemical Respirator Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan toksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengabsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

17 2. Mechanical Respirator Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglass atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan mesin untuk memberi muatan pada partikel. Beberapa kriteria berikut ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis respirator yang tepat untuk masing-masing tempat kerja, antara lain: 1. Identifikasi kontaminan ditempat kerja 2. Perkiraan konsentrasi maksimal kontaminan 3. Kenyamanan pemakai respirator 4. Kesesuaian denga jenis dan tugas kerja Kesesuaian dengan besar/bentuk muka individu pemakai untuk mencegah adanya celah yang terbuka (Harrianto, 2012). 5. Alat Pelindung Tangan Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Sarung tangan terbuat karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi kontak dengan panas dan dingin. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan sarung tangan sebagai berikut :

18 a) Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan kimia korosif, benda panas, dingin, tajam atau benda keras. b) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet alami tidak tepat pada paparan pelarut organik, karena karet alami larut dalam pelarut organik. c) Kepekaan objek yang digunakan, seperti pekerjan yang halus dengan memberikan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung tangan yang tipis. d) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan, atau sampai bagian lengan. 6. Alat Pelindung Kaki Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan sepatu keselamatan dibedakan menjadi : a) Sepatu pengaman pada pengecoran baja Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya sekitar 35 cm. Pada pemakaian sepatu ini, celana dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkan dengan tali pengikat. b) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya peledakan Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api. c) Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik

19 Sepatu ini terbuat dari karet anti elektronik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit. d) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konsentrasi. Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya. 7. Pakaian Pelindung Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lulut atau overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik PVC/polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi alumunium. Apron tidak boleh digunakan di tempat-tempat kerja dimana terdapat mesin-mesin yang berputar. 2.3 Alat Pelindung Diri pada Pabrik Besi Baja Menurut ILO (2005) alat pelindung diri yang digunakan pada pabrik besi baja, meliputi: 1. Pelindung kepala Helm yang digunakan dalam industri besi dan baja harus dikenai pengujian ketahanan terhadap percikan logam cair. Bila helm yang telah mengalami pukulan berat, meski tidak ada tanda kerusakan yang jelas, harus dibuang. Jika pecah atau retak muncul, atau jika helm menunjukkan tanda-tanda kerusakan, helm harus dibuang. Bila ada bahaya kontak dengan bagian konduktor

20 yang terbuka, hanya helm yang terbuat dari bahan non-konduktor yang harus digunakan. Helm untuk orang yang bekerja di atas harus dilengkapi dengan tali kepala dagu. Selain keamanan, pertimbangan juga harus diberikan pada aspek fisiologis yaitu kenyamanan bagi pemakainya. Helm harus seringan mungkin, fleksibel dan tidak boleh mengganggu atau melukai pemakainya dan sweatband harus digabungkan. Semua pelindung kepala harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur. 2. Perlindungan wajah dan mata Pelindung mata digunakan untuk melindungi dari partikel, asap, debu dan bahaya kimia. Pelinung wajah harus digunakan dalam operasi tungku dan pekerjaan panas lainnya yang melibatkan paparan sumber radiasi suhu tinggi. Perlindungan juga diperlukan untuk melawan percikan api atau benda terbang yang panas. Goggles, helm atau pelindung wajah harus dipakai oleh operator. Perhatian dalam penggunaan pelindung wajah dan mata harus diberikan terutama kenyamanan dan efisiensi yang besar. Pelindung harus dipasang dan disesuaikan oleh orang yang telah menerima pelatihan dalam tugas ini. Kenyamanan sangat penting dalam pelindung jenis helm karena dapat menjadi panas yang hampir tak tertahankan selama penggunaan. Pelindung wajah dan mata harus memberikan perlindungan yang memadai setiap saat.

21 3. Perlindungan anggota tubuh bagian atas dan bawah Sarung tangan yang tepat dan pakaian pelindung yang sesuai dapat melindungi anggota tubuh bagian atas dan bawah, sesuai kebutuhan, harus dipakai saat terkena radiasi panas atau saat menangani zat panas, berbahaya atau zat lain yang dapat menyebabkan luka pada kulit. Tangan dan kaki harus dilindungi dari bahaya fisik, kimia dan bahaya lainnya. Pada tungkai bawah dari logam cair, percikan api atau bahan kimia korosif pada industri besi dan baja dapat menyebabkan luka bakar. Safety shoes dan perlindungan kaki lainnya yang digunakan harus sesuai. Tinggi alas kaki pengaman meliputi pergelangan kaki, lutut atau paha tergantung pada bahaya, meskipun kenyamanan dan pergerakan harus dipertimbangkan. Sepatu atau sepatu bot harus tanpa tutp dan kaki celana harus ditarik dari atas sepatu dan tidak diselipkan di dalamnya. Sifat resistansi slip harus diperhitungkan saat memilih alas kaki. Pelindung lutut mungkin diperlukan. Semua pelindung anggota tubuh bagian atas dan bawah harus tetap bersih dan kering bila tidak digunakan dan harus diganti sesegera mungkin. 4. Alat pelindung pernapasan Dalam memilih respirator, ukuran dan model yang sesuai harus tersedia. Ukuran dan model yang berbeda harus tersedia untuk mengakomodasi berbagai jenis wajah. Pekerja harus fit-test untuk respirator. Respirator harus dibersihkan secara berkala. Respirator yang ditujukan untuk penggunaan darurat harus dibersihkan dan disterilkan setiap kali digunakan.

22 Respirator harus disimpan dengan benar. Kerusakan dapat terjadi jika tidak terlindungi dari bahan fisik dan kimia seperti getaran, sinar matahari, panas, dingin yang ekstrim, kelembapan yang berlebihan atau bahan kimia yang merusak. Setiap respirator yang digunakan harus paham tentang keterbatasannya, berdasarkan sejumlah faktor seperti tingkat dan lamanya pemaparan, karakteristik kimia dan masa pakai respirator. 5. Pelindung pendengaran Bila rekaya teknik yang efektif tidak dapat dilakukan atau saat diimplementasikan atau dievaluasi, perlindungan pendengaran harus digunakan untuk melindungi kesehatan pekerja. Penggunaan pelindung pendengaran memberikan hasil terbaik bagi pengguna yang mengetahui risiko dan terlatih penggunaannya dengan baik. Jika penyumbat telinga digunakan, perhatian khusus harus diberikan pada teknik pemasangan yang tepat. Pelindung pendengaran harus nyaman, dan pengguna harus dilatih untuk menggunakannya dengan benar. Perhatian khusus harus diberikan pada kemungkinan peningkatan risiko kecelakaan karena penggunaan pelindung pendengaran. Earmuffs mengurangi frekuensi sumber suara dan mencegah sinyal peringatan tidak terdengar. Tidak ada model yang cocok untuk semua orang. Mereka yang memakai pelindung pendengaran harus bisa memilih produk yang memenuhi kriteria peredam. Pelindung pendengaran harus tersedia di pintu masuk area yang bising dan harus diletakkan sebelum memasuki area yang bising. Pemeliharaan yang baik terdiri

23 dari pembersihan, penggantian bagian yang dapat diganti seperti bantal, dan pemantauan keseluruhan keadaan pelindung pendengaran. 6. Pakaian kerja Pakaian kerja yang terkontaminasi dengan zat kimia atau zat harus dicuci (jika dapat digunakan kembali) atau dibuang di tempat kerja. Sebelum membeli kembali pakaian, perusahaan harus menyediakan tempat untuk pencucian, pembersihan, desinfeksi dan pemeriksaan pakaian pelindung yang telah digunakan dan mungkin terkontaminasi oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Perusahaan harus memastikan bahwa pekerja melepaskan pakaian pelindung sebelum meninggalkan area terpapar atau tempat kerja yang terkena debu asbes, atau zat lain yang dapat menimbulkan risiko di luar area terpapar. Pakaian yang terkontaminasi harus dibuang dengan aman. Inspeksi pakaian pelindung harus dilakukan oleh pengguna sebelum digunakan. 2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian APD. Menurut Wentz dalam Linggasari (2008) faktor-faktor yang memengaruhi pekerja menggunakan APD antara lain: 1. Manajemen telah memberi contoh dengan menggunakan APD yang benar 2. Mudah, nyaman, dan kesenangan menggunakan APD 3. Mengerti akan kegunaan APD 4. Berkurangnya masalah ekonomi dan kedisiplin karena menggunakan APD 5. Diterima oleh pekerja lain.

24 Persyaratan umum penyediaan APD tercantum dalam Personal Protective Equipment at work Regulation 1992. APD yang efektif harus : 1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi. 2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. 3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya. 4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. 5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat. 6. Tidak mengganggu APD yang lain yang sedang dipakai secara bersamaan. 7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya. Alat pelindung diri harus disediakan secara gratis, diberikan satu perorangan atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan, dan hanya digunakan sesuai peruntukannya. Dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan. Menurut teori Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan dan sikap. 2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersediaan APD dan kenyamanan APD.

25 3. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor-faktor ini meliputi pengawasan dan rekan kerja. 2.4.1 Faktor Predisposisi 2.4.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojdo, 2003). 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension)

26 Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

27 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.3.1.2 Sikap Sikap menurut Thurston dalam Winarsunu (2008) adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja. Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan berikut :

28 1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat. 2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya. 3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan. 4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman. 5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut. 6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih

29 cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok. 2.3.2 Faktor Pemungkin 2.3.2.1 Ketersediaan APD Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga fasilitas/ketersediaan APD akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal. Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya, pada proses pengelasan risiko bahaya yang ada seperti infra merah dan radiasi, maka APD yang harus digunakan adalah face shield dan goggles untuk perlindungan mata dan wajah. 2.3.2.2 Kenyamanan APD Banyak alasan pekerja enggan menggunakan APD salah satunya adalah karena faktor kenyamanan. Contohnya safety shoes yang terlalu kebesaran atau kekecilan, tidak akan melindungi pekerja secara efektif namun tidak menutup

30 kemungkinan untuk muncul kejadian baru karena memakai safety shoes yang tidak sesuai ukuran. Untuk memberikan perlindungan yang baik maka pakaian harus pas dan sesuai. APD biasanya didesain berdasarkan rata-rata ukuran orang Amerika atau Eropa, dan akan menjadi masalah jika digunakan oleh pekerja yang ukurannya berada diatas atau dibawah ukuran tersebut. Perlindungan yang efektif hanya dapat dicapai melalui kecocokan alat, kesesuaian alat, perawatan APD dan digunakan dengan tepat. Yang menjadi masalah lain dalam penggunaaan APD adalah keterbatasan pergerakan dan penglihatan serta penambahan beban dari berat APD yang dibawa (Mokhtar, 1992). 2.3.3 Faktor Penguat 2.3.3.1 Pengawasan Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Agar pengawasan berhasil maka manajer harus melakukan kegiatan pemeriksaan, pengecekan, inspeksi, pengendalian, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi. Sejalan dengan terlaksananya kegiatan produksi dengan baik tentunya harus memerhatikan keselamatan pekerja saat bekerja. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk keselamatan pekerja yaitu pengawasan dalam pemakaian APD. Pengawasan perusahaan ini dilakukan secara teratur dan sepenuhnya menyelidiki alasan pekerja yang tidak memakai APD di tempat kerja. Hal-hal

31 yang diperlukan dalam melakukan pengawasan adalah memastikan tim pengawas yang telah ditunjuk untuk melakukan pemantauan secara teratur bahwa pekerja memakai APD yang disyaratkan, APD berfungsi dengan baik dan dipelihara, dan kasus mengenai APD ditangani dengan baik dan benar. Perilaku pekerja terhadap pemakaian APD sangat dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam memakai APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja dalam hal menggunakan dan merawat APD dengan benar. (Sarwoto, 1991). 2.3.3.2 Rekan Kerja Rekan kerja berperan dalam komunikasi sesama karyawan maupun dari pimpinan terhadap pemakaian APD. Peran rekan kerja berupa ajakan untuk memakai APD. Komunikasi antara pekerja sangat berpengaruh dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui. Pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna mencegah ataupun mengurangi efek kecelakaan.

32 2.5 Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Bebas Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap Variabel Terikat Faktor Pemungkin 1. Ketersediaan APD 2. Kenyamanan APD Pemakaian APD Faktor Penguat 1. Pengawasan Perusahaan 2. Rekan Kerja Gambar 2.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep ini didasarkan pada teori Green, menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku yaitu pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan APD dan kenyamanan APD, sedangkan faktor penguat mencakup pengawasan perusahaan dan rekan kerja.