LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi dan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD) Dalam Rangka Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat (PKPBM) Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara LOKASI Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara WAKTU PELAKSANAAN 26 28 November 2012 TEMPAT PELAKSANAAN FASILITATOR PESERTA Latar Belakang Grands Hotel- Kota Aek Kanopan 1. Direktorat Jenderal PMD- Kementerian Dalam Negeri RI 2. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) - IPB Aparat desa sebanyak 24 orang berasal dari Kecamatan Kualuh Leidong (Desa Teluk Pulai Dalam dan Teluk Pulai Luar) dan Kecamatan Kualuh Hilir (Desa Kuala Bangka dan Sei Sentang). Pemberdayaan masyarakat dapat dimaknai sebagai tindakan sosial dimana sebuah komunitas didorong untuk mampu mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah social atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif professional. Sebuah proses yang juga dikenal sebagai pendampingan sosial. Dalam rangka memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat untuk pembangunan kawasan perdesaan telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat (PKPBM). Terbitnya Permendagri tersebut didasari pemikiran bahwa pembangunan desa masih perlu digagas dalam kerangka memacu pertumbuhan ekonomi yang prosesnya diikuti oleh perbaikan kehidupan untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana dapat ditunjukkan bahwa tidaklah sedikit rumusan
kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan perdesaan belum juga berkembang secara optimal. Padahal, perdesaan sebagai identitas kawasan dengan masyarakat yang ada di dalamnya merupakan bagian terbesar dari republik ini. Oleh karenanya, kedudukannya pun strategis dalam kerangka upaya menguatkan sistem pembangunan nasional secara utuh. Sebagai langkah aksi implementasi Permendagri Nomor 51 Tahun 2007, maka telah ditetapkan kawasan percontohan PKPBM yang meliputi 30 kabupaten di Indonesia, dimana lokasi tersebut mempunyai permasalahan diantaranya: pengangguran, ketidakberdayaan dalam mengidentifikasi potensi kawasan, kemiskinan dan kerusakan serta kualitas lingkungan yang sangat rendah. Dari 30 kabupaten tersebut, terdapat 9 kabupaten lokasi PKPBM tahap ketiga, 11 kabupaten lokasi PKPBM tahap kedua, dan 10 kabupaten lokasi PKPBM tahap kesatu. Kabupaten- kabupaten tersebut dipilih menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan PKPBM karena memiliki potensi yang cukup baik dan berragam untuk dijadikan kawasan pengembangan perdesaan berbasis masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah kabupaten- kabupaten tersebut cukup responsif dan aktif dalam mendampingi masyarakatnya dan terbuka terhadap kegiatan yang ditawarkan dari pusat. Tujuan Kegiatan Tujuan diadakannya pelatihan Pembangunan Kawasan Pedesaan Berbasis Masyarakat (PKPBM) adalah: 1) Membangun kesepahaman bersama memahami pentingnya perubahan pola pikir dan membangun desa dengan pendekatan alternatif PKPBM; 2) Membangun pemahaman tentang cara mengorganisir terlaksananya PKPBM melalui aparatur desa; 3) Meningkatkan kemampuan aparatur desa dalam mengelola program- program pembangunan berbasis PKPBM; 4) Meningkatkan kemampuan aparatur desa mengintegrasikan gagasan kebijakan PKBM menjadi program operasional pembangunan desa; dan 5) Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah mengembangkan teknik pengelolaan kolaboratif untuk mensinergikan antar program pembangunan. Metode Kegiatan pelatihan PKPBM dilakukan dengan menerapkan prinsip- prinsip pendidikan orang dewasa (andragogy) yaitu prinsip pendidikan yang mengacu pada keyakinan bahwa warga belajar (peserta pelatihan) yang terdiri dari orang dewasa adalah warga yang telah mempunyai pengalaman hidup, terutama pengalaman belajar, pengalaman bekerja dan pengalaman dalam memecahkan masalah. Pengalaman para peserta yang sangat bervariasi ini, dimanfaatkan sebagai sumber belajar, sehingga materi belajar tidak terbatas pada modul yang disiapkan oleh Tim 2
Pelatih dan Nara Sumber. Dengan demikian, maka sumber belajar menjadi lebih lengkap dan lebih mendekati kenyataan di lapangan, karena paling sedikit akan mempunyai 3 sumber belajar, yaitu pengalaman peserta pelatihan, modul pelatihan, dan para pelatih/narasumber. Untuk dapat memanfaatkan informasi yang bervariasi dari sumber- sumber belajar tersebut, maka pelatihan ini dalam proses belajarnya akan menggunakan pendekatan kritis- partisipatif (Participatory Approach). Pendekaatan ini dipilih untuk dapat menjamin interaksi positif dalam proses pertukaran informasi, pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pengembangan sikap para peserta. Lebih dari itu, pendekatan ini memungkinkan para peserta pelatihan secara konstruktifis dapat melakukan kritik atas pengetahuan dan pengalamannya selama ini sehingga terbuka ruang- ruang refleksi yang lebih terbuka. Materi Substansi yang akan disajikan selama berlangsungnya pelatihan dikelompokkan ke dalam lima materi, yakni: 1. Materi 1: Perubahan Pola Pikir dan Strategi Pembangunan sebagai Syarat Utama Menuju Konsep PKPBM 2. Materi 2: Pembangunan Tata Ruang Kawasan Perdesaan Partisipatif 3. Materi 3: Menghubungkan Kerjasama Antar Desa: Pengembangan Infrastruktur 4. Materi 4: Pengembangan dan Kemitraan Kelembagaan PKPBM, dan 5. Materi 5: Pembuatan Rencana Aksi (RKTL) Proses Pelaksanaan Dalam rangka pelaksanaan Program PKPBM Tahap I di Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, Tim Fasilitator dari Direktorat Jenderal PMD- Kementererian Dalam Negeri RI dan PSP3- IPB melaksanakan kegiatan Pelatihan Masyarakat selama 3 hari, 26-28 November 2012 di Grands Hotel- Kota Aek Kanopan. Di hari pertama, berisi lima kegiatan utama, yaitu: 1) Registrasi peserta, 2) Pembukaan Pelatihan, 3) Pengantar Pelatihan, 4) Paparan dan Diskusi Materi 1, dan 5) Paparan dan Diskusi Materi 2. Acara pembukaan pelatihan terdiri dari: Do a pembukaan, Sambutan Sekretaris BPMD, dan Sambutan Perwakilan Ditjen PMD. Kegiatan pelatihan dibuka oleh Sekretaris BPMD Kabupaten Labuhan Batu Utara (Dra. Novalita Serafina Ginting), dan Sambutan perwakilan dari Ditjen PMD disampaikan oleh Friendy Sihotang. Kegiatan selanjutnya difasilitasi oleh Tim PSP3 IPB yaitu Ir. Yoyoh Indaryanti, MSi dan Turasih, S.Kpm. Dalam sesi 1, ini fasilitator menyampaikan paparan materi 1, yang kemudian dilanjutkan dengan berdiskusi bersama masyarakat peserta pelatihan. Setelah ISHOMA, kegiatan memasuki sesi 2 dengan menyampaikan paparan materi 2 dan dilanjutkan dengan diskusi bersama 3
masyarakat peserta pelatihan. Hari kedua, dilaksanakan empat kegiatan, yaitu: 1) Paparan dan Diskusi Materi 3, 2) Paparan Narasumber, 3) Paparan dan Diskusi Materi 4, dan 4) Penutupan Pelatihan. Ada dua orang narasumber dari Bappaeda yang menyampaikan paparan (materi terlampir), yaitu: (a) H. Irwansyah Wijaya, S.Sos, M.AP (Sekretaris Bappeda) dan (b) Ikhwan Lubis, SP, MT (Kabid. Perencanaan Fisik). Dalam kegiatan ini, peserta secara kelompok melakukan identifikasi potensi dan permasalahan desa serta membuat sketsa desa masing- masing, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sketsa kawasan dan melakukan identifikasi potensi dan permasalahan kawasan. Di akhir sesi, para peserta diminta menetapkan nama kawasan dan menyusun RKTL (Rencana Kegiatan Tindak Lanjut) yang akan dipresentasikan pada acara Rapat Koordinasi (Rakor) SKPD. Dalam diskusi muncul isu dan kesepakatan bersama untuk mengusulkan pengembangan kawasan yaitu: 1. Kawasan Pengembangan Pertanian berbasis Padi dan Ternak (Kec. Kualuh Hilir, Desa Kuala Bangka dan Sei Sentang) 2. Kawasan Pengembangan Pertanian berbasis Padi dan Perikanan (Kec. Kualuh Leidong, Desa Teluk Pulai Dalam dan Teluk Pulai Luar) Secara partisipatif tersusun rencana kegiatan tindak lanjut kedua kawasan tersebut. Dalam diskusi, masukan peserta dari kawasan lain sangat positif mendukung dan memperkaya rencana kegiatan yang sedang disusun. Hari ketiga, adalah Rapat Koordinasi SKPD Kabupaten Labuhan Batu Utara. Hanya ada 5 SKPD terkait yang hadir di acara ini, yaitu Dinas Pertanian, Dinas Peridustrian dan Perdagangan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan. Pada acara Rakor SKPD dilaksanakan lima kegiatan, yaitu: 1) Doa pembukaan, 2) Sambutan Kepala BPMD Kabupaten Labuhan Batu Utara, 3) Sambutan perwakilan Ditjen PMD (Friendy Sihotang), 4) Paparan dan Diskusi RKTL oleh perwakilan peserta pelatihan, dan 5) Penutupan Rakor SKPD. Paparan RKTL kawasan disampaikan oleh: (a) Waluyo (Kawasan Pengembangan Pertanian Berbasis Padi dan Ternak): Kualuh Hilir (bahan terlampir), dan (b) Sofyan (Kawasan Pengembangan Pertanian Berbasis Padi dan Perikanan): Kualuh Leidong (bahan terlampir). Diskusi berjalan sangat kondusif, banyak apresiasi dan masukan terhadap RKTL dan rencana pengembangan kawasan yang diinisiasi oleh masyarakat. Keluaran Pelatihan PKPBM Tahap I di Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara menghasilkan beberapa keluaran antara lain : 1. Hasil identifikasi potensi dan permasalahan desa peserta pelatihan 2. Sketsa (Peta) Desa peserta pelatihan 3. Hasil identifikasi potensi dan permasalahan masing- masing kawasan 4
4. Sketsa (Peta) Kawasan 5. Paparan Potensi dan Permasalahan Kawasan 6. Dokumen RKTL (Rencana Kegiatan Tindak Lanjut) masing- masing kawasan Pembelajaran Pelatihan PKPBM tahun 2012 di Kabupaten Labuhan Batu Utara berjalan baik dan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan. Proses diskusi berjalan baik, lancar dan kondusif, dilihat dari keaktifan atau partisipasi para peserta secara aktif mengikuti seluruh proses kegiatan pelatihan. Banyak kritik, masukan, dan perdebatan yang berlangsung diantara para peserta pelatihan, namun prosesnya dimanfaatkan oleh para peserta sebagai wadah untuk saling bertukar pendapat dan pikiran yang saling membangun. Peran fasilitator menjadi sangat penting di dalam memfasilitasi proses diskusi yang berlangsung diantara para peserta pelatihan dan diskusi antara para peserta pelatihan dengan para SKPD. 5