BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten.

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN KEMEJA POLOSHIRT MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI PT BINA BUSANA INTERNUSA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

III. METODE PENELITIAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV.

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OLEH : YUSNA QURROTA A YUNI NPM :

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan

menghitung EOQ Menghitung EOQ

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

OLEH: WIWIN PURWATININGSIH

Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN ASAM SEMUT DI PT INDUSTRI KARET. (Analysis Of Inter-Avoid Supply Control In PT Industry Rubber) ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Dalam hal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

bagi perekonomian karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas, baru 25% atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied

HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM, ESTHER S NABABAN

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI. Basuki. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

PENGOPTIMALAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG KETELA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode Economic Order Quantity. Subjek yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

Yehezkiel Alianto Topowijono Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kursi Lipat dengan Menggunakan Metode Economic Order (Eoq) pada PT. Chitose Tbk Cimahi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ORDER QUAANTITY (EOQ).

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU MIRANTI DENGAN METODE EOQ PADA UD. MAJU JAYA. : Siti Fariza Gita :

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Operasional. Metode EOQ

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk bisa mempertanggungjawabkan kebenaran dari suatu penelitian,

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara mendalam dengan informan. Sedangkan data sekunder merupakan hasil dari telaah dokumentasi untuk mendapatkan data biaya pemesanan, penyimpanan dan jumlah persediaan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Usaha Ayam Potong Pak Waginodi Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Gudang penyimpanan di Jl. Usman Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan Tembung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa usaha ini merupakan salah satu usaha ayam potong yang memiliki permintaan pasar yang cukup besar dan pelanggan yang cukup royal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Februari 2017. 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan melalui suatu pengamatan langsung dan wawancara terhadap pemilik usaha tersebut, yaitu Bapak H. Wagino sebagai informan kunci, para konsumen sebagai informan utama dan para pekerja sebagai informan tambahan. Sementara itu, data sekunder didapatkan dari laporan ataupun bon faktur pemesanan, sumber pustaka yang dapat mendukung peulisan ini, dokumen-

dokumen atau laporan tertulis serta informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data penjualan 2. Sumber bahan baku 3. Waktu tunggu pembelian bahan baku 4. Harga bahan baku 5. Biaya pemesanan 6. Biaya biaya persediaan 7. Sejarah berdirinya Usaha Ayam Potong Pak Wagino. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada objek penelitian yakni pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino, Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan dan gudang penyimpanan bahan baku yang terletak di Jl. Usman Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan Tembung untuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini. 2. Interview/ Wawancara Interview ini merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek yang akan diteliti.

3. Dokumentasi Dokumen yang dibutuhkan berupa bon faktur pembelian, bon tagihan listrik dan lain-lain. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu obyek yang akan diteliti. a. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity) Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode yang digunakan untuk menekan tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan keseluruhan, maka biaya yang digunakan hanya total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ishak A, 2010:178). Q * = 2AAAA h Dimana: Q* = Ukuran pesanan ekonomis A = Biaya Pemesanan per unit per periode D = Biaya permintaan per unit per periode h = Biaya penyimpanan per unit per periode

1. Biaya Pemesanan per periode, merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya pemesanan berubah sesuai dengan kebutuhan frekuensi pemesanan. Biaya pemesanan per tahun dapat dihitung dengan rumus, Biaya Pemesanan(A) = DS Q 2. Biaya penyimpanan per periode, merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan bahan baku yang dibeli. Besarnya biaya penyimpanan tergantung pada jumlah bahan baku yang dipesan setiap kali pemesanan. Biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung dengan rumus, Biaya Penyimpanan (h) = QH 2 3. Jumlah pesanan bahan baku optimal diperoleh saat biaya pemesanan per tahun sama dengan biaya penyimpanan per tahun, yaitu: Biaya Pemesanan (A) = Biaya Penyimpanan DS Q = QQQQ 2 4. Maka jumlah optimum Ayam hidup per pemesanan DS Q =QQQQ 2 2Q 2 = 2DS H D S = Q 2 H Q * = 2DS H

Keterangan: Q = Jumlah ayam hidup setiap pemesanan (ekor) Q * = Jumlah optimal ayam hidup per pemesanan (ekor) D = Permintaan ayam hidup tahunan S = Biaya pemesanan ayam hidup tiap kali pesan (ekor) H= Biaya Penyimpanan per unit per tahun b. Menentukan Safety Stock Rumus standar deviasi: SD = (xx x ) NN Keterangan : SD : Standar deviasi X : Pemakaian sesungguhnya x : Perkiraan pemakaian N : Jumlah data Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan 5% penyimpangan sera mengguankan satu sisi dari kurva normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar = 1.65), maka perhitungan safety stock adalah sebagai berikut : SS = SD x 1.65 Keterangan : SS : Safety Stock (persediaan pengaman) SD : Standar Deviasi

c. Menentukan EOQ dengan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Titik pemesanan ulang dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengamanan (safety stock). Jadi, Reorder Point dapat dihitung dengan rumus (Heizer dan Render, 2010:100) ROP = (dl) + SS Dimana: ROP = Reorder Point d = Tingkat Kebutuhan per periode L = Lead Time SS = Safety Stock 3.5.1 Analisis Selisih Efisiensi Pemesanan yang Optimal dengan Pemesanan yang dilakukan dengan Kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino Analisis ini menggambarkan selisih besarnya biaya dan kuantitas pemesanan bahan baku yang diperoleh menurut kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino dengan besarnya biaya dan kuantitas pemesanan yang optimal dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). 3.6 Konsespsi Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Biaya pemesanan bahan baku (Rp/Kg), adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan bahan baku, antara lain: a. Biaya telepon b. Biaya administrasi dan pembongkaran

2. Biaya penyimpanan (Rp), adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan bahan baku, antara lain: a. Biaya listrik b. Biaya sewa gudang 3. Waktu tunggu dalam satuan hari, adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai kedatangan bahan baku yang dipesan diterima digudang persediaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Usaha Usaha ayam potong Pak Wagino berdiri sejak tahun 2002 dan memiliki perkembangan yang cukup pesat. Awal mula berdirinya usaha ini ketika pemilik berinisiatif untuk keluar dari pekerjaanya dan membuka usaha ayam potong secara mandiri dengan 2 orang anaknya menjadi pekerja untuk membantu kelancaran penjualan dan perkembangan usaha ini. Berbekal kemampuan yang telah ia miliki setelah 5 tahun bekerja pada usaha ayam potong tempat ia bekerja sebelumnya, ia merasa mampu untuk menjalankan usaha ini secara mandiri. Dengan memiliki loyalitas konsumen yang amat kuat dan lumayan banyak sehingga ia kini dapat menjual 360-400 Kg/hari dengan keuntungan bersih Rp 500.000 - Rp 1.000.000/hari. Berbeda dengan hari-hari besar seperti menjelang Hari Raya Idhul Fitri, ia mampu menerima omset sebesar Rp 15.000.000-25.000.000/hari. Penjualan dengan jumlah sebesar itu dilakukan dengan pemesanan sebelumnya oleh para pelanggan yang dominan adalah penjual bakso. Kini usaha ayam potong Pak Wagino memiliki 12 pekerja dan memiliki sebuah kios serta gudang untuk menampung persediaan ayam hidup yang akan dipotong dan kemudian dijual. Tidak hanya itu ia mengembangkan usahanya dengan membuka usaha penggilingan daging ayam untuk kemudian menjadi bakso. Setiap harinya pemilik berjualan pada pukul 04.00 hingga 10.00 pagi dan setiap hari dalam seminggu. Jenis ayam yang dijual oleh Pak Wagino ini adalah jenis ayam Kingkong dengan bobot 4-5 Kg/ekor.

4.1.2 Lokasi Penjualan Lokasi usaha sebelumnya terletak di Pasar Gambir Pasar 8 Tembung kemudian pindah di Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan. Pemindahan lokasi pasar tersebut diakibatkan karena kurang strategis dan lokasi yang cukup jauh dari pembeli yang sudah menjadi pelanggan setia. 4.2 Pemakaian Ayam Selama ini kebutuhan bahan baku ayam potong Pak Wagino memperoleh bahan baku berupa ayam hidup dari tangan pertama atau peternakan di Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Kebijakan pengadaan bahan baku dilakukan sesuai dengan permintaan pasar. Namun dalam menghadapi kebutuhan pada harihari besar seperti bulan ramadhan, Idhul Fitri, Natal dan Tahun baru yang biasanya terjadi peningkatan yang hingga 25% maka pada saat tersebut harus memiliki pengendalian khusus. Jadi pengansumsian yang dipakai hanya pemakaian pada bulan-bulan normal saja. Tabel 4.1 Data Penjualan Ayam Potong tahun 2016 Bulan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Jumlah Januari 2877 2857 2868 2868 11.470 Februari 2762 2770 2763 2783 11.078 Maret 2845 2830 2850 2852 11.377 April 2844 2836 2847 2843 11.370 Mei 3060 2910 3045 2715 11.730 Juni 3370 2280 3210 3010 12.800 Agustus 3068 3090 2970 3117 12.245 September 2925 2965 2970 2960 11.820 Oktober 2867 2824 2878 3067 11,637 November 2849 2856 2881 2865 11,451 Total 116.642 Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)

Penelitian ini menggunakan data bahan baku berupa ayam hidup pada bulan Januari-Desember 2016 karena pada periode ini terdapat kelengkapan berupa data pembelian dan penjualan sehingga cukup objektif untuk menentukan hasil maupun rekomendasi penelitian ini. Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel di atas, pemakaian bahan baku pada usaha ini bervariasi setiap waktunya, hal ini disebabkan karena adanya hari-hari besar nasional yang mengakibatkan jumlah permintaan pasar bervariasi, misalnya Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Natal dan sebagainya. 4.3 Pembelian Bahan Baku Usaha ayam potong Pak Wagino memiliki permintaan pasar yang cukup besar dan itu terjadi secara terus-menerus sejak berdirinya usaha ini. Pak Wagino sebagai pemilik menentukan jumlah persediaan akhir dan pengadaan bahan baku di gudang setiap hari. Besarnya pembelian bahan baku ayam hidup bervariasi setiap waktunya, hal ini disebabkan karena jumlah permintaan konsumen yang berbeda-beda setiap harinya dan didukung dengan harga ayam potong itu sendiri yang bervariasi dengan mengalami kenaikan dan penurunan harga yang disesuaikan dengan keadaan pasar. Pembelian bahan baku pada periode Januari- Desember 2016 disajikan pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Data Pembelian Bahan Baku pada Tahun 2016 Bulan Minggu Minggu II Minggu Minggu IV Total I (Kg) (Kg) III (Kg) (Kg) Januari 964 955 965 954 955 965 958 963 965 968 963 932 Jumlah 2,884 2,888 2,886 2,849 11.507 Februari 967 921 973 843 963 894 834 932 830 953 978 976 Jumlah 2,760 2,768 2,785 2,751 11.604

Total 11.064 Maret 954 933 965 933 967 932 963 922 976 929 968 943 Jumlah 2,897 2,794 2,896 2,798 Total 11.385 April 976 945 910 963 923 953 931 963 959 963 942 942 Jumlah 2,858 2,861 2,783 2,868 Total 11.370 Mei 963 941 931 983 983 974 990 974 955 985 1056 995 Jumlah 2,901 2,900 2,977 2,952 Total 11.730 Juni 1174 1090 1162 943 1030 1020 1153 1152 1145 1072 912 962 Jumlah 3,349 3,182 3,227 3,057 Total 12.815 Agustus 1033 1064 1034 1021 1043 953 1083 933 1154 1031 963 942 Jumlah 3,230 3,048 3,080 2,896 Total 12.254 September 1102 965 923 1070 952 1043 942 1000 945 955 1033 900 Jumlah 2,999 2,963 2,898 2,970 Total 11.830 Oktober 945 976 998 963 920 925 923 905 945 975 943 942 Jumlah 2,810 2,876 2,864 2,810 Total 11.360 November 982 934 958 991 913 945 983 921 921 965 914 943 Jumlah 2,816 2,844 2,855 2,855 Total 11.370 Jumlah 116.636 keseluruhan Total Frekuensi 120 Kali Rata-Rata/bulan 11,663 Rata-Rata/hari 389 Rata-Rata/Pesanan 972 Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)

Pemilik usaha melakukan pemesanan bahan baku 12 kali setiap bulannya. Ini diharapkan bahan baku yang dipesan akan tiba pada waktunya yaitu 1 hari setelah pemesanan dilakukan. Kuantitas pemesanan dan tingkat persediaan ratarata berdasarkan kondisi permintaan pasar dan bergantung pada stok awal yang tersedia di gudang. Pembelian paling sedikit terjadi pada bulan Febuari sebesar 11,064 Kg. 4.4 Waktu Tunggu (Lead Time) Pengadaan Bahan Baku Waktu tunggu pengadaan bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan sejak bahan baku dipesan sampai dengan bahan baku tersebut sampai pada pemilik usaha. Berdasarkan keterangan dari pemilik usaha, waktu tunggu untuk bahan baku berupa ayam hidup adalah 1 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu bahan baku adalah konstan, yaitu 1 hari. 4.5 Biaya Persediaan Bahan Baku Secara umum, total biaya persediaan bahan baku pada usaha Pak Wagino adalah jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. 1. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh pemilik usaha. Biaya pemesanan berfluktuasi bukan dari jumlah yang dipesan, melainkan dengan frekuensi pemesanan. Total biaya pemesanan setahun diperoleh dengan mengalikan biaya pemesanan setiap kali pemesanan dengan frekuensi pemesanan selama setahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku meliputi biaya telepon dan biaya pembongkaran muatan.pemilik usaha tidak mengeluarkan biaya surat

menyurat karena pemesanan hanya dilakukan melalui telepon. Biaya telepon dihitung dari jumlah menit yang digunakan pada saat melakukan panggilan dan pemesanan dengan tarif percakapan telepon per menit. Pesanan via telepon rata-rata menghabiskan waktu 3 menit dengan tarif Rp 1200 per menit. Selanjutnya akan disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Komponen Biaya Pemesanan per Pesanan tahun 2016 No. Komponen Biaya Jumlah 1 Biaya Telepon Rp 3.600 2 Biaya Administrasi Rp 250 3 Biaya Pembongkaran Muatan Rp 50.000 Jumlah Rp 53.850 Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017) Biaya telepon timbul pada saat terjadi pemesanan kepada supplier/peternak. Biaya administrasi timbul ketika ada pencatatan dan pembuatan faktur serta penerimaan bahan baku, sedangkan biaya pembongkaran muatan timbul pada saat bahan baku dibawa dan dipindahkan dari lokasi peternakan ke gudang. Komponen biaya pemesanan terbesar adalah biaya bongkar muat, yaitu Rp 50.000 sekali bongkar muat sehingga dalam hitungannya untuk pemakaian setahun sebesar Rp 9.000.000/tahun. Sedangkan komponen biaya pemesanan terkecil adalah biaya administrasi, yaitu Rp 250/pesanan maka Rp 45.000/tahun dan total biaya pemesanan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 9.693.000.

2. Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik usaha sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan dalam gudang. Komponen biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik dan biaya sewa gudang. Fasilitas listrik sebagai penerangan yang dinyalakan 12 jam sehari. Gudang menggunakan penerangan dari listrik sebesar 17 watt. Perhitungan biaya penyimpanan bahan baku akan dijelaskan secara rinci pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Data Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Pada Tahun 2016 No Komponen Biaya Jumlah Biaya/tahun 1 Biaya Listrik Rp 600.000 2 Biaya Sewa Gudang Rp 5.000.000 3 Biaya tenaga kerja Rp 6.000.000 4 Biaya Pakan Rp 500.000 Jumlah Rp 12.100.000 Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017) 4.6 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Aktual Perusahaan Usaha Ayam Potong Pak Wagino memiliki permintaan konsumen yang cukup besar sehingga penjualan terjadi terus menerus secara kontinu. Pemilik usaha menentukan jumlah persediaan akhir dan keadaan bahan baku di gudang setiap hari. Pencatatan terhadap bahan baku yang masuk setelah pemesanan disimpan dalam bentuk bon faktur pembelian. Penentuan kebutuhan bahan baku disesuaikan didasarkan pada permintaan konsumen setiap hari yang berbeda-beda dan pengalaman pada waktu lalu. Walaupun demikian. Teknik yang digunakan pemilik masih bersifat manual, yaitu dengan menerka-nerka tanpa acuan perhitungan yang akurat.

Tabel 4.5 Data Kuantitas Pemesanan dan Tingkat Persediaan Rata-rata Usaha Bulan Min ggu Pers. Awal (Kg) Pembelian (Kg) Total Pers. Awal (Kg) Pemakaia n (Kg) Total Pers. Akhir Pers. Rata-rata Januari I 29 2,884 2913 2,870 43 1478 II 43 2,888 2931 2,865 66 1498,5 III 66 2,886 2952 2,863 89 1520,5 IV 89 2,849 2938 2,871 67 1502,5 Februari I 67 2,760 2827 2,764 63 1445 II 63 2,768 2831 2,770 61 1446 III 61 2,785 2846 2,775 71 1458,5 IV 71 2,751 2822 2,769 53 1437,5 Maret I 53 2,897 2950 2,839 111 1530,5 II 111 2,794 2905 2,844 61 1483 III 61 2,896 2957 2,865 92 1524,5 IV 92 2,798 2890 2,829 61 1475,5 April I 61 2,858 2919 2,850 69 1494 II 69 2,861 2930 2,844 86 1508 III 86 2,783 2869 2,837 32 1450,5 IV 32 2,868 2900 2,839 61 1480,5 Mei I 61 2,901 2962 2,932 30 1496 II 30 2,900 2930 2,928 2 1466 III 2 2,977 2979 2,934 45 1512 IV 45 2,952 2997 2,936 61 1529 Juni I 61 3,349 3410 3,205 205 1807,5 II 205 3,182 3387 3,190 197 1792 III 197 3,227 3424 3,205 219 1821,5 IV 219 3,057 3276 3,200 76 1676 Agustus I 76 3,230 3306 3,100 206 1756 II 206 3,048 3254 3,025 229 1741,5 III 229 3,080 3309 3,020 289 1799 IV 289 2,896 3185 3,100 85 1635 September I 85 2,999 3084 2,976 108 1596 II 108 2,963 3071 2,970 101 1586 III 101 2,898 2999 2,933 66 1532,5 IV 66 2,970 3036 2,941 95 1565,5 Oktober I 95 2,810 2905 2,828 77 1491 II 77 2,876 2953 2,837 116 1534,5 III 116 2,864 2980 2,847 133 1556,5 IV 133 2,810 2943 2,837 106 1524,5 November I 106 2,816 2922 2,830 92 1507 II 92 2,844 2936 2,821 115 1525,,5 III 115 2,855 2970 2,861 109 1539,5 IV 109 2,855 2964 2,855 109 1536,5 Total 3,877 116.636 120.562 116,642 3,957 60.734 Rata-Rata 96,925 2915,9 3.014 2.916 98,925 1518 Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)

Tingkat persediaan rata-rata pada tahun 2016 sebesar 1518 Kg. Tingkat persediaan rata-rata tersebut merupakan hasil rata-rata dari penjumlahan total persediaan awal dengan total persediaan akhir kemudian dibagi dua. Data-data di atas cukup untuk menentukan besar total biaya persediaan bahan baku aktual usaha tersebut. Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya pemesanan ditambah total biaya penyimpanan per tahunnya. Biaya pemesanan diperoleh dari banyaknya pesanan dikali biaya setiap kali pesan. Biaya penyimpanan diperoleh dengan mengalikan biaya penyimpanan per tahun dengan tingkat persediaan bahan baku rata-rata per tahun yang disimpan. Jumlah persediaan yang disimpan di gudang merupakan jumlah persediaan rata-rata. Perhitungan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual usaha selama tahun 2016 diuraikan pada Lampiran 1 dan jumlah total biaya persediaan disajikan secara rinci pada tabel 4.6 dan 4.7. Tabel 4.6 Komponen Total Biaya Persediaan Tahun Frekuensi pesanan aktual Biaya Pemesanan/tahun (Rp/Tahun) Biaya penyimpanan (Rp/Tahun) Biaya Total Persediaan (Rp/Tahun) 2016 120 kali Rp 9.693.000 Rp 12.100.000 Rp 21.793.000 Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017) Berdasarkan tabel 4.6 biaya total persediaan bahan baku sebesar Rp 21.793.000. Besarnya total biaya persediaan bahan baku tersebut dikarenakan frekuensi pemesanan yang terlalu sering dan biaya penyimpanan yang cukup besar.

4.7 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantiy (EOQ) Salah satu upaya untuk mengefesiensikan biaya persediaan bahan baku adalah dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Penggunaan metode EOQ ini untuk mengetahui berapa besar kuantitas yang harus dipesan dan berapa kali harus melakukan pemesanan agar biaya persediaan bahan baku optimum. Hal ini dapat dilakukan karena terpenuhinya karakteristik, asumsi kondisi serta kebutuhan dalam menjalankan usaha ayam potong ini. Pemilik memilki data pembelian dan permintaan yang diketahui tetap dan bebas. Selain itu lead time konstan, penerimaan persediaan lengkap, tidak ada diskon, biaya variabel yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta kosongnya persediaan dapat dicegah sepenuhnya jika pesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Perhitungan kuantitas pemesanan optimal bahan baku ayam potong yang optimal tahun 2016 dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Perhitungan Kuantitas Optimal Bahan Baku Tahun 2016 Bahan Baku Pemakaian (D) Biaya Pemesanan/pesanan (Rp) (S) Biaya Penyimpanan/Kg/Thn (Rp) (H) EOQ (Q*) Ayam Hidup 116,642 53.850 7.853 1264 Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017) Berdasarkan hasil perhitungan EOQ pada tabel 4.7, bahwa kuantitas pemesanan optimal pada tahun 2016 adalah sebanyak 1264 Kg setiap kali

pesanan. Setelah mengetahui jumlah kuantitas optimal untuk setiap kali pemesanan maka selanjutnya dapat menghitung frekuensi pemesanan bahan baku. Frekuensi pemesanan bahan dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal Bahan Baku Tahun 2016 Bahan baku Permakaian (D) EOQ (Q*) Frekuensi (Kali) Ayam Hidup 116.642 1264 92 kali Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017) Frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal berdasarkan metode EOQ adalah sebanyak sembilan puluh dua kali. Semakin kecil frekuensi pemesanan, semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan pemilik untuk biaya pemesanan, tetapi biaya penyimpanan akan semakin besar. Namun, biaya pemesanan saja tidak cukup untuk dapat membandingkan dua metode persediaan yang paling efisien. Hal ini disebabkan karena masih ada satu komponen biaya lagi yang memengaruhi total biaya persediaan secara keseluruhan, yaitu biaya penyimpanan yang mana dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan di gudang. Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode EOQ tahun 2016 secara terinci terdapat pada lampiran 3, sedangkan total biaya persediaan disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EOQ Tahun 2016 Bahan Baku Biaya Pemesanan (Rp/Tahun) Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun) Total Biaya Persediaan (Rp/Tahun) Ayam Hidup 4.954.200 4.963.096 9.917.296 Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017) 4.8 Menentukan Safety Stock(Persediaan Pengaman) Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kelangsungan penjualan dari kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku. Penentuan kuantitas persediaan pengaman dapat dihasilkan dengan cara mengalikan antara standar deviasi dengan standar penyimpangan sebesar 1.65. Perhitungan safety stock pada tahun 2016 dijelaskan secara rinci pada lampiran 4, sedangkan intisarinya disajikan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Jumlah Safety Stock Pada Tahun 2016 (per Kg) Tahun Standar Deviasi Standar Penyimpangan Safety Stock 2016 14.44 Kg 1.65 24 Kg Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017) Jadi persediaan bahan baku yang harus disediakan pemilik usaha pada tahun 2016 selama lead time atau sebagai persediaan pengaman adalah sebesar 23.76 Kg atau dibulatkan menjadi 24 Kg. 4.9 Menentukan Re Order Point (ROP) Re Order Point merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada di gudang saat pesanan harus diadakan kembali. Hal ini bertujuan agar pemilik usaha dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pesanan. ROP dapat

dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan pengaman (Safety Stock). Waktu tunggu yang muncul akibat menunggu tibanya bahan baku di gudang adalah selama 1 hari. ROP pada tahun 2016 akan disajikan pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Re Order Point Pada Tahun 2016 Tahun Waktu Tunggu (Hari) Rata-rata pemakaian/hari/kg dl SS ROP (dl+ss) 2016 1 389 389 24 413 Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017) Sesuai data di atas, maka penilik harus melakukan pesanan kembali pada saat persediaan yang ada di gudang sebesar Kg. Hal ini berarti bahwa pada saat persediaan bahan baku benar-benar habis, pesanan bahan baku yang telah dipesan 1 hari sebelumnya telah tiba di gudang. Pada saat inilah persediaan dengan bahan yang tadinya telah habis akan segera terisi lagi dengan bahan baku yang telah diterima sesuai dengan jumlah pesanan hingga jumlah kuantitas persediaan optimal terpenuhi kembali. Hal ini berarti, kelancaran dalam penjualan ayam potong tidak perlu terhenti karena kehabisan bahan baku. 4.10 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Metode yang telah dilakukan oleh pemilik usaha dapat dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ. Dengan mengetahui hasil perbandingan, maka pemilik akan mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya yang paling minimum, yang berarti merupakan metode persediaan yang lebih efektif bagi pemilik usaha yang bila diterapkanakan menghasilkan keuntungan yang terbesar. Perbandingan tersebut disajikan pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2016 Uraian Aktual EOQ Penghematan 1.Biaya Pemesanan Rp 9.693.000 Rp 4.954.200 Rp 4.738.800 2.Biaya Penyimpanan Rp 12.100.000 Rp 4.963.096 Rp 7.136.904 Total Biaya Persediaan Rp 21.793.000 Rp 9.917.296 Rp 11.875.704 Sumber : Diolah Oleh Peneliti Data di atas menunjukkan bahwa pemilik usaha dapat menghemat biaya sebesar Rp 11.875.704 per tahun secara keseluruhan, dimana menggunakan metode EOQ biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya persediaan yang dikeluarkan oleh pemilik usaha selama ini.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan hasil perhitungan yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kuantitas pembelian bahan baku yang optimal pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah sebesar 1264 Kg pada tahun 2016. 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh pemilik Usaha Ayam Potong Pak Wagino jika menerapkan metode EOQ adalah sebesar Rp Rp 9.917.296 pada tahun 2016. 3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan oleh Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah sebesar 24 Kg pada tahun 2016. 4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemilik Usaha harus melakukan pemesanan kembali pada tingkat persediaan sebesar 413 Kg pada tahun 2016.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka penulis mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam kebijakan persediaan bahan baku, antara lain : 1. Pemilik usaha hendaknya mempertimbangkan penggunaan metode EOQ dalam kebijakan persediaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan kebijakan pemilik yang selama ini dilakukan. 2. Pemilik usaha perlu mengadakan persediaan pengaman (safety stock) untuk mencegah kekurangan bahan baku pada saat proses penjualan langsung kepada konsumen dan menentukan waktu ataupun jadwal yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali bahan baku guna menjamin kelancaran usaha. 3. Pemilik usaha juga harus memperhatikan dua komponen biaya, yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Dua komponen biaya ini menjadi acuan utama pemilik usaha dalam menentukan kebijakan persediaan bahan baku. 4. Pemilik usaha perlu melakukan perluasan gudang penyimpanan agar dapat menampung kuantitas yang optimum dan mencegah ayam agar tidak mudah stress dan terserang penyakit.