EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kemampuan Bahan Aktif Ekstrak Daun Mojo (Aegle marmelos L.) dalam Mengendalikan Nyamuk Aedes aegypti, dengan Metode Elektrik

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amarylifolius) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Aedes aegypti

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

ABSTRAK POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS ROXB.) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI BAGI AEDES AEGYPTI

Transkripsi:

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : SRI NURCAHYATI J 410 040 018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina, et.al, 2004). KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 35,19 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17 per 100.000 penduduk, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu sebesar 15,99 per 100.000 penduduk (tahun 2000), 21,66 per 100.000 penduduk (tahun 2001), 19,24 per 100.000 penduduk (tahun 2002), dan 23,87 per 100.000 penduduk (tahun 2003). Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang, dan CFR sebesar 1,53% (Kristina, et.al, 2004). Pada tahun 2005 angka kejadian DBD sebesar 42,7 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 1,4%, sedang pada tahun 2006 sebesar 52 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 1 % (Depkes RI, 2007). Jumlah kejadian DBD tahun 2007 mencapai 139.695 kasus dengan IR sebesar 64 kasus per 100.000 penduduk dengan angka kematian mencapai 1.395 kasus dengan CFR sebesar 1 % (Depkes RI, 2008). 1

Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah penyakit DBD belum tersedia. Cara yang tepat untuk menanggulangi penyakit DBD adalah dengan memutus rantai penularan penyakit (Siregar, 2004). Pemutusan rantai penularan penyakit dapat dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk dan larvasida. Pemberantasan nyamuk dapat dilakukan dengan fogging, sedangkan larvasida dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia, misalnya abate atau insektisida hayati. Sampai saat ini pemberantasan nyamuk masih dititikberatkan pada insektisida kimia karena dianggap efektif dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat (Widiarti, et.al, 1991). Akan tetapi sebagai akibat penggunaan insektisida kimia dalam pengendalian nyamuk dapat menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga yang bukan target dan timbulnya resistensi vektor (Widiyanti, 2004). Oleh karena itu perlu dicari cara lain yaitu pengendalian nyamuk berwawasan lingkungan yang menggunakan bahan alami dengan memanfaatkan berbagai macam tumbuhan (Widiarti, et.al, 1991). Tanaman mojo (Aegle marmelos L.) sering digunakan sebagai obat tradisional (Hariana, 2007). Buah mojo yang matang dapat dimakan langsung atau dibuat serbat, sirup dan nektar buah. Buah yang matang dapat diiris-iris, dikeringkan dan digunakan sebagai obat disentri kronis, diare, dan sembelit. Kulit buah mentah dapat digunakan sebagai cat kuning dan sebagai agen tanin. Kulit batang ini digunakan untuk meracuni ikan. Akar mojo digunakan sebagai obat penenang debaran jantung, gangguan pencernaan, dan bengkak 2

lambung. Daun, akar, dan kulit batang mojo (Aegle marmelos L.) mengandung saponin, di samping itu akar dan kulit batangnya mengandung flavonoid dan polifenol dan daunnya juga mengandung tanin (Depkes RI, 1991). Berdasarkan hasil penelitian Ardian (2006) diketahui bahwa ekstrak buah mojo (Aegle marmelos L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 0,7813 %, sedangkan konsentrasi minimum yang mampu membunuh bakteri Escherichia coli adalah 3,125 %. Penelitian lain dilakukan oleh Susanna (2003) yang menyimpulkan bahwa alkaloid, saponin dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) bersifat larvasida terhadap Aedes aegypti dengan LC 50 sebesar 2198.4655 ppm. Yulianti dan Fauzi (2007) menyimpulkan bahwa alkaloid dan saponin yang terkandung dalam ekstrak tomat (Solanum lycopersicum) bersifat larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan LC 50 sebesar 757,07 ppm. Hidayati (2005) menyimpulkan bahwa tanin dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) bersifat larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan LC 90 sebesar 222,06 ppm. Ginting (2006) menyimpulkan bahwa saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak biji duku (Lansium domesticum) bersifat larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan LC 50 sebesar 270,01 ppm. Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang penulis lakukan dengan menggunakan ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) dengan konsentrasi 0 (kelompok kontrol), 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. 3

Pada kelompok perlakuan diketahui bahwa konsentrasi yang dapat mematikan larva Aedes aegypti instar III yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Pengamatan dilakukan selama 24 jam setelah perlakuan dengan mengukur suhu ruang, kelembaban ruang, dan derajat keasaman (ph) larutan. Berdasarkan hasil tersebut, penulis ingin melakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III dengan konsentrasi 2,0%, 2,6%, 3,5%, 4,6%, 6,1%, dan 8,0%. B. Perumusan Masalah 1. Masalah umum Apakah ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) efektif untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III? 2. Masalah khusus a. Berapa konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) yang efektif untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III? b. Berapa besar konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III sebesar 95% (LC 95 )? c. Apakah terdapat perbedaan antara jumlah kematian rata-rata larva nyamuk Aedes aegypti instar III dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.)? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui efektivitas ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) yang efektif untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III. b. Menghitung besar konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III sebesar 95% (LC 95 ). c. Menghitung perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan khususnya bidang kesehatan masyarakat mengenai efektivitas ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti, sebagai usaha pemberantasan vektor penyakit DBD secara kimia. 2. Manfaat praktis Dapat mengembangkan lebih lanjut larvasida kimia yang berasal dari ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) sehingga bisa menjadi 5

alternatif pilihan yang relatif aman, mudah, murah, dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dalam rangka pemberantasan larva nyamuk Aedes aegypti. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai efektivitas ekstrak daun mojo (Aegle marmelos L.) untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III. 6