PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

Transkripsi

1

2 PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Astin Labuga 1), Helina Jusuf 2), Sunarto Kadir 3) 1 fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo astin.labuga@yahoo.co.id 2 fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo herlina_jusuf@yahoo.co.id 3 fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo sunarto.kadir@yahoo.co.id ABSTRAK Prevalensi penyakit demam berdarah dengue di Provinsi Gorontalo tahun , tercatat pada tahun 2009 sebanyak 109 kasus hingga tahun 2013 sebanyak 198 kasus. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan upaya penanggulangan penyakit DBD dengan menggunakan insektisida, namun sering menimbulkan masalah gangguan kesehatan manusia maupun resistensi terhadap insektisida tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian, yaitu apakah ekstrak daun pandan wangi efektif membunuh larva Aedes aegypti?. Tujuan penelitian untuk menganalisis ekstrak daun pandan wangi efektif membunuh larva nyamuk Aedes aegpyti.rancangan penelitian adalah eksperimen laboratoris, dengan uji Friedman Test Dimana jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 ekor larva Aedes aegypti instar 1-4. Teknik analisis data yang digunakan yakni marginal homogeneity. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada uji Friedman Test diperoleh nilai p < α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) sebagai insektisida nabati terhadap kematian larva Aedes aegypti. Konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang paling efektif yakni konsentrasi 50 mg/l pada waktu pengamatan 24 jam karena dapat membunuh larva sebanyak 15 ekor sebesar 60%. Diharapkan kepada masyarakat untuk pengendalian vektor nyamuk dapat menggunakan insektisida nabati karena sifatnya mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan dan perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan variasi konsentrasi daun pandan wangi. Kata Kunci: Daun pandan wangi, insektisida nabati, Aedes aegypti

3 ABSTRACT The prevalence of dengue fever in Gorontalo province in 2009 is 109 cases, and up until 2013 with total of 198 cases. One way to prevent this is by insecticides that often lead to the side effect such as health problem and insecticides resistance. The problem discussed in this research is whether the extract of Fragrant Pandanus leaf can kill Aedes aegypti larvae. This research aims at analyzing the ability of Fragrant Pandanus leaf extract to kill Aedes aegypti larvae. This is a laboratory experiment research using Friedman test. The sample consists of 100 Aedes aegypti larvaes instar 1-4, and the technique of data analysis is by marginal homogenity analysis. The research shows that te Friedman test obtained p< α = 0,05. Therefore it can be concluded that the extract of fragrant Pandanus leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb) can be an insecticide for Aedes aegypti larvae. The most effective concentration of fragrant Pandanus leaf extract was 50mg/L in 24 hours of observation time that could kill 15 (60%) larvae. It is expected that people will use organic insecticides in killing mosquito vectors since it biodegradable easily and prevent environment pollution. Furthermore, further research is needed to develop the utilization of fragrant Pandanus leaf. Keywords:Fragrant Pandanus leaf, Organic insecticides, Aedes aegypti.

4 PENDAHULUAN Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang menginfeksi darah manusia melalui nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama Yasmin, dalam Lormeau (2012). Nyamuk Aedes aegypti terinfeksi melalui pengisapan darah dari orang yang sakit dan dapat menularkan virus Dengue kepada manusia, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnya (Ishartadiati dalam Soewondo, 2010). Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga), menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang halhal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes aegypti. Salah satu program pemberantasan vektor DBD adalah dengan menggunakan insektisida. Pengendalian menggunakan insektisida nabati dari ekstrak tumbuhan adalah salah satu contoh insektisida alami yang dapat kita gunakan karena aman bagi lingkungan. Oleh karena terbuat dari bahan alami / nabati maka jenis insektisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Daun pandan wangi adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Saponin dan polifenol yang terdapat pada daun pandan wangi dapat menghambat bahkan membunuh larva nyamuk. Saponin dapat merusak sel dan mengganggu metabolisme serangga sedangkan polifenol sebagai inhibitor pencernaan serangga. Apabila polifenol termakan oleh serangga, maka zat tersebut akan menurunkan kemampuan serangga dalam mencernakan makanan (Pratama, Astuti, dan Ambarwati dalam Nursal, 2010). METODE PENELITIAN Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Friedman Test karena analisis Two Way Anova tidak memenuhi syarat karena syarat Two way anova data harus berdistribusi normal dan homogen, tapi hasil penelitian data tidak homogen maka digunakan uji Friedman Test. Populasi dalam penelitian ini adalah larva Aedes aegypti instar 1-4. Sedangangkan sampel yang di gunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 25 ekor pada 3 media penelitian dan 1 kelompok kontrol, sehingga larva yang digunakan sebanyak 100 ekor. Teknik analisis data yang digunakan adalah Friedman Test dan Wilcoxon. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penenelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 dosis. Dosis ekstrak daun pandan wangi adalah berbagai macam konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan mg/100 ml yang berarti sebanyak mg ekstrak daun pandan wangi yang dimasukan kedalam 100 mililiter air. Konsentrasi

5 ekstrak daun pandan wangi digunakan dalam penelitian ini adalah 10 mg/100 ml, 30 mg/100 ml dan 50 mg/100 ml, dari 3 perlakuan 1 kontrol. Dalam penelitian ini menggunakan larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 25 ekor larva pada setiap media, sehingga jumlah larva yang digunakan sebanyak 100 ekor. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam, pengamatan dilakukan pada larva yang sama pada tiap media, diwaktu yang berbeda. 1.1 Hasil Pengujian Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak daun pandan wangi selama 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Sumber : Data primer, 2014 Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak daun pandan wangi yang berbeda yaitu 10 mg/l, 30 mg/l dan 50 mg/l dalam 100 ml air selama 24 jam pengamatan dengan interval waktu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam diperoleh jumlah kematian larva Aedes aegypti pada waktu paparan yang berbeda-beda dan dosis yang berbeda pula. Pada pengamatan 6 jam, dosis 10 mg/l didapatkan hasil kematian larva Aedes aegypti sebanyak 1 ekor larva (4%), dan pada dosis 30 mg/l sebanyak 1 ekor larva (4%), sedangkan pada dosis 50 mg/l sebanyak 2 ekor (8%). Untuk pengamatan 12 jam, dosis 10 mg/l, 30 mg/l, dan 50 mg/l dalam 100 ml air didapatkan hasil prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis 10 mg/l sebanyak 1 ekor (4%), pada dosis 30 mg/l sebanyak 2 ekor (8%), sedangkan pada dosis 50 mg/l sebanyak 4 ekor (16%). Kemudian untuk pengamatan 18 jam, didapatkan hasil prosentase kematian pada dosis 10 mg/l sebanyak 3 ekor (12%), pada dosis 30 mg/l sebanyak 5 ekor (20%), sedangkan pada dosis 50 mg/l sebanyak 7 ekor (28%). Sedangkan pada pengamatan 24 jam, didapatkan pula hasil prosentase kematian pada dosis 10 mg/l sebanyak 5 ekor (20%), pada dosis 30 mg/l sebanyak 13 ekor (52%), sedangkan pada dosis 50 mg/l sebanyak 15 ekor (60%). Setelah diketahui data berdistribusi normal tapi tidak homogeny maka tidak memenuhi persyaratan untuk melakukan uji Two Way Anova maka digunakan Uji Non Parametrik Friedman Test untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun pandan wangi terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dikatakan ada pengaruh apabila diperoleh nilai p-value < α. Dari hasil uji Friedman Test diperoleh nilai A symp. Sig. (2-tailed) = 0,00 dan α < 0,05 maka p-value 0,00< 0,05, sehingga dapat disimpulkan, ada pengaruh konsentrasi

6 ekstrak daun pandan wangi sebagai insektisida nabati terhadap kematian larva Aedes aegypti. Setelah data dianalisis menggunakan uji Friedman Test dan disimpulkan ada pengaruh konsentrasi ekstrak daun pandan wangi terhadap kematian larva Aedes aegypti, maka dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat faktor yang paling berpengaruh terhadap kematian larva. Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil A symp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak daun pandan wangi dan waktu pengamatan berpengaruh terhadap kematian larva Aedes aegypti. PEMBAHASAN Dosis ekstrak daun pandan wangi adalah berbagai macam dosis ekstrak daun pandan wangi yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan mg/l yang berarti sebanyak mg ekstrak daun pandan wangi yang dimasukan ke dalam 100 mililiter air. Dosis ekstrak daun pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 mg/l, 30 mg/l, dan 50 mg/l. Dalam penelitian ini menggunakan Larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 100 ekor, yang berada dalam gelas plastik pengamatan. Pada dosis 10 mg/l diperoleh kematian larva yang sama pada waktu 6 jam dan 12 jam yaitu sebanyak 1 ekor dan pada dosis 30 mg/l pada waktu 6 jam diperoleh kematian larva sebanyak 1 ekor. Hal ini dikarenakan dosis yang digunakan sedikit sehingga kandungan bahan kimia pada daun pandan wangi juga sedikit. Sedangkan dosis yang paling efektif yang banyak membunuh larva yakni dosis 50 mg/l pada waktu 24 jam dengan jumlah kematian larva sebanyak 15 ekor sebeser 60%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi dosis dan lama waktu paparan yang diberikan maka semakin besar pula kematian larva Aedes aegypti. Kematian larva Aedes aegypti disebabkan karena adanya kandungan bahan kimia daun pandan wangi yang bersifat racun perut. Dengan adanya pengaruh dosis ekstrak daun pandan wangi terhadap kematian larva Aedes aegypti maka agar lebih efektif dan lebih ramah lingkungan kita bisa memanfaatkan tanaman berupa tumbuhan daun pandan wangi yang bersifat racun, sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangai vektor nyamuk sehingga tidak mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian Pratama, Astuti, dan Ambarwati (2010) dimana hasil penelitian tersebut menunjukan terjadi kemtian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak daun pandan wangi dengan dosis 0,5% dengan jumlah larva yang mati sebesar 78%, untuk dosis 0,6% jumlah larva yang mati sebesar 83%, kemudian untuk dosis 0,7% jumlah larva yang mati sebesar 92%, untuk dosis 0,8% jumlah larva yang mati sebesar 96%, sedangkan dosis 0,9% dan 1,0% jumlah larva yang mati sebesar 100%. Perbedaan hasil penelitian terletak pada kematian larva Aedes aegypti. Dalam penelitian tersebut konsentrasi yang paling banyak membunuh larva diperoleh pada dosis ekstrak daun pandan wangi 0,9% dan 1,0% sebesar 100%. Perbedaan ini dikarenakan pada hasil penelitian tersebut, kematian larva tertinggi diperoleh pada dosis terbanyak yakni pada dosis 50mg/L. Sehingga terdapat peluang dimana dengan penambahan dosis ekstrak daun pandan wangi yang tingi maka semakin banyak larva yang mati. Dari hasil penelitian ini dan hasil penelitian sebelumya, maka dapat

7 disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan saponin dan polifenol yang diterima atau kontak langsung dengan larva pada media penelitian dan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti. SIMPULAN DAN SARAN Prosentase kematian larva Aedes aegypti yang paling sedikit yaitu pada dosis 10 mg/l waktu 6 jam sebanyak 1 ekor (4%), waktu 12 jam sebanyak 1 ekor (4%) dan pada dosis 30 mg/l waktu 6 jam sebanyak 1 ekor (4%). Sedangkan untuk kematian larva Aedes aegypti yang banyak yaitu pada dosis 50 mg/l waktu 24 jam sebanyak 15 ekor (60%). Dosis ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb) yang paling efektif yaitu pada dosis 50 mg/l pada waktu pengamatan 24 jam yaitu jumlah larva yang mati sebanyak 15 ekor (60%). Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang ekstrak daun pandan wangi yang dapat digunakan untuk membunuh larva Aedes aegypti. Dan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan mengekstrak bagian lain dari tumbuhan daun pandan wangi dengan menggunakan larva dari nyamuk yang berbeda dan perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan variasi konsentrasi daun pandan wangi. Pratama, dkk Pemanfaatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amarillifolius Roxb) Sebagai Larvasida Alami. Jurnal Kesehatan (online). al/2010/pemanfaatan-ekstrakdaun-pendan-wangi-sebagailarvasida-alami.pdf diakses tanggal 6 Februari 2014 Yasmin, dkk Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat (online). dex/php.pdf diakses 5 Februari 2014 DAFTAR PUSTAKA Ishartadiati, Kartika Aedes Aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan (online). Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma. an/vol2/no2/2002.pdf diakses tanggal 27 Februari 2014