EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang tidak diimbangi dengan upaya mereduksi sampah baik di sumber sampah maupun di TPA akan mengakibatkan lahan TPA cepat penuh dan akhirnya memperpendek masa pakai TPA. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap sistem pembuangan akhir sampah di Kota Trenggalek guna memperpanjang masa pakai TPA melalui sistem reduksi sampah pada sumbernya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan lapangan, wawancara dan kuesioner terhadap lembaga yang menangani persampahan untuk memperoleh data baik data primer maupun data sekunder. Dari hasil data yang diperoleh akan dilakukan kajan terhadap aspek teknis dan pembiayaan. Dari hasil kajian yang telah dilakukan dapat dirumuskan strategi dalam mengurangi laju timbulan sampah yang masuk di TPA melalui upaya reduksi sampah pada sumbernya dengan memberdayakan keterlibatan masyarakat. Upaya reduksi sampah akan dilakukan secara bertahap dengan skenario peningkatan sebesar 10% pertahun. Melalui upaya reduksi sampah pada sumbernya (target sampai tahun 2015), dari segi teknis akan memperpanjang masa pakai TPA hingga 6 tahun dan menurunnya jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA sebesar 31,5%. Dari segi pembiayaan akan menurunkan anggaran pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah yaitu untuk pengangkutan sampah sebesar 66% dan biaya pengadaan lahan TPA baru sebesar 36%. Kata Kunci: Masa Pakai TPA, Reduksi, Pemberdayaan Masyarakat. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan suatu kota, salah satu permasalahan tentang sampah yang sering muncul adalah adanya ketersediaan lahan dalam suatu kota yang akan digunakan sebagai tempat pembuangan akhir sampah (TPA) yang sangat terbatas. Keterbatasan lahan TPA tersebut jika tidak disertai dengan usaha untuk mereduksi sampah pada sumber sampah akan mengakibatkan beban TPA untuk menampung sampah semakin besar yang pada akhirnya akan memperpendek umur masa pakai TPA. Disamping itu pada sebagian besar TPA yang ada di Indonesia belum mampu melakukan pengolahan sampah dan usaha reduksi sampah di TPA secara maksimal. Hal ini disebabkan kebutuhan dana yang cukup besar untuk mengolah sampah tersebut. Pengolahan sampah merupakan segala bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi volume sampah atau jumlah sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (Tchobanoglous, Theisen dan Vigil, 1993). Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Trenggalek yang terus mengalami peningkatan, hal ini akan mengakibatkan laju timbulan sampah yang meningkat pula. Terbatasnya lahan TPA Srabah Kota Trenggalek yang digunakan dan adanya variabel lahan TPA yang tetap atau konstan sedangkan laju timbulan sampah terus meningkat, maka perlu adanya suatu upaya untuk mereduksi timbulan sampah yang ada melalui sistem pengolahan sampah yang tepat atau dengan mengubah sampah yang ada menjadi
lebih bermanfaat, sehingga dapat mengurangi laju timbulan sampah yang masuk di TPA dan memperpanjang masa pakainya. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap sistem pembuangan akhir sampah di Kota Trenggalek guna memperpanjang masa pakai TPA melalui sistem reduksi sampah pada sumbernya dengan melakukan kajian terhadap aspek teknis dan aspek finansial. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara dan kuesioner terhadap lembaga yang menangani persampahan untuk memperoleh data baik data primer maupun data sekunder. Dari hasil data yang diperoleh akan dilakukan pengkajian terhadap aspek teknis dan aspek pembiayaan. Pengumpulan Data Sumber-sumber data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan dengan melakukan observasi/pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara langsung kepada pihak pengelola sampah, sehingga diketahui secara langsung kondisi nyata permasalahan yang ada di lapangan. Data primer yang diperlukan dalam kajian ini meliputi data timbulan sampah, komposisi sampah, densitas sampah dan data luas lahan TPA yang sudah terpakai. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari hasil survey sekunder baik melalui wawancara maupun mencari data yang berasal dari berbagai sumber atau instansi terkait yang berkaitan dengan pengelolaan sampah di daerah. Data sekunder meliputi data kependudukan, data mengenai TPA, data kelembagaan dinas pengelola sampah, data BOP pengelolaan sampah, data kondisi fisik alam serta data-data mengenai peraturan dan kebijakan daerah Analisis dan Evaluasi Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif yang ditinjau dari aspek teknis dan aspek finansial. - Aspek Teknis Dalam analisis aspek teknis ini akan dikaji mengenai kemampuan TPA dalam menampung laju timbulan sampah serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengurangi laju timbulan sampah di TPA melalui peningkatan sistem reduksi sampah di sumber sampah. - Aspek Finansial Analisis finansial dilakukan untuk menganalisis biaya operasional yang dibutuhkan dalam sistem pembuangan akhir sampah yang menyangkut biaya pengangkutan dan biaya pengadaan lahan TPA, dengan membandingkan antara penanganan sampah melalui upaya reduksi di sumber sampah dengan tanpa penanganan reduksi sampah di sumber. D-7-2
HASIL DAN PEMBAHASAN Timbulan Sampah Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa timbulan sampah yang masuk ke TPA Srabah Kota Trenggalek adalah sebesar 17,12 ton perhari. Komposisi timbulan sampah sebagian besar terdiri dari sampah organik yang berupa daun dan sisa makanan dengan komposisi 81,30% dan sebagian lagi berupa plastik (9,93%), kertas (4,75%), logam (0,5%) dan kaca (0,6%). Jumlah komposisi sampah organik yang cukup besar tersebut menunjukkan bahwa selama ini belum ada upaya reduksi sampah yang dilakukan oleh penduduk di sumber-sumber sampah, dimana sampah organik tersebut langsung dibuang ke bak-bak sampah tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Adapun data densitas sampah tertimbun di TPA rata-rata sebesar 622 kg/m 3 dan densitas sampah lepas sebesar 210 kg/m 3 Mass Balance Tabel 1. Komposisi Timbulan Sampah yang Masuk TPA Jumlah Timbulan Komposisi No Jenis Sampah Sampah (%) (ton/ hari) 1 Plastik 9,93 1,70 2 Kertas 4,75 0,81 3 Kain 0,86 0,15 4 Kayu 1,61 0,28 5 Karet / kulit 0,45 0,08 6 Kaca 0,50 0,09 7 Logam 0,60 0,10 8 Daun + Sisa Makanan 81,30 13,92 Jumlah 100,00 17,12 Sumber : Hasil Penelitian, 2006 Kegiatan reduksi sampah yang terjadi di TPA dilakukan oleh pemulung dengan memisahkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang seperti plastik, kertas dan logam. Kegiatan ini secara tidak langsung telah membantu mengurangi beban timbulan sampah yang masuk di TPA. Dari timbulan sampah yang masuk di TPA yang dapat didaur ulang (laku untuk dijual) adalah plastik sebesar 0,68 ton, sampah kertas sebesar 0,33 ton dan sampah logam 0,05. Secara keseluruhan timbulan sampah di TPA yang bisa dimanfaatkan hanya sebesar 1,06 ton/ hari atau sebesar 6,2% dari timbulan sampah yang masuk di TPA. Sementara itu sisa sampah yang terbuang di TPA sebesar 16,07 ton atau 93,8% yang sebagian besar merupakan sampah organik. D-7-3
Timbulan Sampah Terangkut ke TPA 17,12 ton/hari (100%) Sampah daur ulang (sampah anorganik) Sampah Organik 3,20 ton/hari (18,7%) 13,92 ton/hari (81,3%) Dimanfaatkan Komposting Plastik 0,68 ton/hari (4,0%) - ton/hari Kertas 0,33 ton/hari (1,9%) Logam 0,05 ton/hari (0,3%) Jumlah 1,06 ton/hari (6,2%) Residu dari daur ulang Plastik 1,02 ton/hari (6,0%) Residu Sampah Organik Kertas 0,49 ton/hari (2,9%) 13,92 ton/harii (81,3%) Kain 0,15 ton/hari (0,9%) Kayu 0,28 ton/hari (1,6%) Karet / 0,08 ton/hari (0,5%) Ditimbun di TPA Kaca 0,09 ton/hari (0,5%) 16,07 ton/hari (93,8%) Logam 0,05 ton/hari (0,3%) Jumlah 2,15 ton/hari (12,5%) Gambar 1. Mass Balance Eksisting di TPA Srabah Kota Trenggalek Strategi Penanganan Timbulan Sampah Komposisi sampah di TPA Srabah sebagian besar terdiri atas sampah organik. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini belum ada upaya reduksi sampah organik di sumber sampah yang dilakukan penduduk. Sampah organik tersebut apabila dikelola dengan baik, tidak hanya berpotensi mengurangi sumber polutan, namun juga akan meningkatkan nilai guna sampah diantaranya digunakan sebagai pupuk organik yang mampu menggantikan sebagian besar kebutuhan pupuk kimia dan dapat memperbaiki struktur tanah serta untuk meningkatkan permeabilitas tanah. (Damanhuri, 1995). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sistem penanganan yang disarankan untuk dilakukan dalam mengurangi laju timbulan sampah yang masuk di TPA Srabah Kota Trenggalek adalah melalui penanganan sistem reduksi sampah pada sumber sampah. Salah satu penanganannya adalah dengan menggunakan sistem pengomposan sampah organik. Hal ini dilakukan karena sistem pengomposan tidak akan mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga pengolahan sampah organik dapat dilakukan pada daerah-daerah sumber sampah, diantaranya lingkungan tempat tinggal, pasar atau unit pengelolaan yang menghasilkan limbah organik. Kegiatan reduksi sampah di sumbernya dilakukan dengan memberdayakan masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam penanganan sampah di lingkungan sekitarnya. Pemberdayaan masyarakat untuk dapat memilah, mana sampah yang organik dan mana sampah yang anorganik akan menjadi kunci strategis dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan sistem penanganan sampah ini. Upaya reduksi sampah di sumbernya dapat dilakukan pada skala rumah tangga maupun skala komunal. a. Skala Rumah Tangga Dalam skala rumah tangga ini masyarakat diharapkan dapat berperan langsung dalam mengurangi timbulan sampah dengan melakukan pemilahan sampah mulai D-7-4
dari rumah tangga serta melakukan pengolahan sampah organik secara mandiri untuk dijadikan bahan yang lebih bermanfaat berupa kompos. Pengomposan dilakukan pada alat komposter dengan kapasitas 120 liter sebagai tempat pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk skala 5 orang dalam satu rumah tangga dan dapat digunakan selama lebih dari delapan bulan (Wijiastuti, 2002). b. Skala Komunal Pengelolaan reduksi sampah organik dengan sistem komunal ini dapat dilakukan dengan menggunakan TPS yang ada atau dengan pembentukan pos kelompok di tingkat RT. TPS ini akan dilengkapi dengan alat komposter komunal sebagai alat pembuatan kompos dan bila memungkinkan perlu disediakan pula mesin pencacah sampah karena volume sampah yang cukup banyak, sehingga perlu bantuan mesin untuk mencacah sampah yang masuk di TPS. Sedangkan pengelolaan dengan sistem pos kelompok pada prinsipnya sama dengan sitem TPS. Dalam sistem pos kelompok ini satu unit komposter dengan kapasitas 120 ltr dapat digunakan untuk lebih dari satu rumah tangga. Selanjutnya kompos yang dihasilkan akan dijual dan hasilnya digunakan untuk kepentingan lingkungan setempat, seperti pelaksanaan kebersihan, penghijauan atau untuk menambah kas RT atau PKK. Skenario Penanganan Agar sistem penanganan reduksi sampah di sumber sampah ini dapat berhasil, maka perlu disusun suatu skenario penanganan yang dilaksanakan secara bertahap melalui pendekatan kepada masyarakat mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pemantauan/ monitoring. Pelaksanaan penanganan sampah akan dilakukan secara bertahap dengan melakukan peningkatan secara berkala setiap tahunnya yang dilaksanakan berdasarkan prioritas daerah layanan dari hasil penilaian terhadap skala kepentingan pelayanan yang mengacu pada SNI 19-2454-2002. Penentuan prioritas daerah layanan tersebut ditinjau dari segi fungsi dan nilai daerah, kepadatan penduduk, daerah pelayanan, kondisi lingkungan, tingkat pendapatan penduduk dan kondisi topografi. Adanya penentuan prioritas daerah pelayanan sampah tersebut pada dasarnya juga merupakan skala prioritas dilakukannya upaya penanganan sampah melalui reduksi sampah di sumber sampah. Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka wilayah pelayanan di Kota Trengalek dapat dikategorikan ke dalam 4 skala prioritas penanganan yaitu prioritas I meliputi 4 desa dengan nilai 94, prioritas II (3 Desa) dengan nilai 91, prioritas III (2 desa) dengan nilai 79 dan Prioritas IV (4 desa) dengan nilai 73. Daerah yang berada pada prioritas pertama akan digunakan sebagai daerah percontohan dilakukannya upaya reduksi sampah pada sumbernya dan kemudian akan dilakukan pengembangan secara bertahap pada daerah lainnya. Poyeksi Timbulan Sampah Berbasis Reduksi Dengan adanya sistem penanganan reduksi sampah di sumber sampah diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah yang terangkut ke TPA sehingga dapat mengurangi timbulan sampah yang menggunung di TPA dan pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai TPA.. Upaya reduksi sampah akan mulai dilaksanakan secara bertahap mulai tahun ketiga (2008) dengan dilakukan peningkatan secara bertahap hingga pada tahun 2014 D-7-5
dapat tercapai target 70% sampah organik dapat dilakukan upaya reduksi di sumber melalui pengomposan. Upaya ini akan diikuti dengan peningkatan pelayanan sampah hingga tahun 2010 mencapai pelayanan sebesar 60% dan pada tahun 2015 tercapai pelayanan 80%. Tabel 2. Proyeksi Timbulan Sampah di TPA dengan Reduksi Pada Sumber Sampah Tahun Jumlah Tingkat Pelayanan Penduduk Volume Sampah Basah Sampah (77,9%) Komposting Daur Ulang Sampah Kering Plastik Kertas Logam (11,3%) (5,6%) (1,4%) Volume Sampah Di TPA Volume Sampah TPA Terkompaksi Volume Sampah Pertahun Volume Sampah Kumulatif % (ton/hari) % (ton/hari) % (ton/hari) % (ton/hari) % (ton/hari) (ton/hari) (m 3 / hari) (m 3 /tahun) (m 3 ) 2006 60.212 45 17,07 - - 50 0,966 40 0,38 80 0,198 15,52 24,96 9.108,86 9.108,86 2007 60.402 48 18,27 - - 50 1,034 40 0,41 80 0,212 16,61 26,70 9.746,84 18.855,69 2008 60.593 52 19,85 10 1,55 50 1,124 40 0,45 80 0,230 16,51 26,54 9.685,52 28.541,22 2009 60.785 56 21,44 20 3,34 50 1,214 40 0,48 80 0,249 16,16 25,98 9.483,76 38.024,97 2010 60.977 60 23,05 30 5,38 50 1,305 40 0,52 80 0,267 15,58 25,04 9.140,20 47.165,17 2011 61.170 64 24,66 40 7,68 50 1,396 40 0,55 80 0,286 14,75 23,71 8.653,52 55.818,70 2012 61.363 68 26,29 50 10,23 50 1,488 40 0,59 80 0,305 13,67 21,98 8.022,37 63.841,07 2013 61.557 72 27,92 60 13,04 50 1,581 40 0,63 80 0,324 12,35 19,85 7.245,40 71.086,46 2014 61.752 76 29,57 70 16,11 50 1,674 40 0,66 80 0,343 10,77 17,32 6.321,23 77.407,69 2015 61.947 80 31,22 70 17,02 50 1,767 40 0,70 80 0,362 11,37 18,29 6.674,96 84.082,65 Dari hasil perhitungan yang dilakukan, terlihat bahwa timbulan sampah yang masuk ke TPA pada tahun 2007 sebesar 9.746,84 m 3 sedangkan pada tahun 2015 sebesar 6.674,96 m 3. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya upaya reduksi sampah di sumbernya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015 akan mengalami penurunan jumlah timbulan sampah yang masuk di TPA rata-rata sebesar 4,47% pertahun. Sedangkan dengan tanpa penanganan di sumber sampah, laju timbulan sampah yang masuk di TPA akan terus mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan sebesar 6,94% pertahun (dari tahun 2007-2015). Demikian juga jika dilihat secara kumulatif, volume timbunan sampah terkompaksi yang masuk di TPA sampai tahun 2015 dengan sistem penanganan sampah di sumber sampah adalah sebesar 84.082,65 m 3. Sementara itu tanpa penanganan sampah di sumber sampah jumlah volume timbulan sampah di TPA akan mencapai 131.742,23 m 3. Dari kedua sistem tersebut akan terjadi perbedaan volume timbulan sampah terkompaksi yang masuk TPA sebesar 47.659,58 m 3 atau sebesar 36%. 18.000 16.000 Volume Sampah Pertahun 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tanpa Reduksi di Sumber Tahun Dengan Reduksi di Sumber Gambar 2. Grafik Perbandingan Timbulan Sampah Yang Masuk di TPA Pertahun antara Penanganan Dengan Reduksi di Sumber dengan Tanpa Reduksi di Sumber Sampah D-7-6
Analisis Pembiayaan a. Biaya pengangkutan Tabel 3. Kebutuhan Truk Pengangkut Sampah Tahun 2010 Tahun 2015 No. Jenis Angkutan Kapasitas Tanpa Reduksi Dengan Reduksi Tanpa Reduksi Dengan Reduksi Jumlah Ritasi Jumlah Ritasi Jumlah Ritasi Jumlah Ritasi (m 3) (Unit) (Rit) (Unit) (Rit) (Unit) (Rit) (Unit) (Rit) 1 Dump Truk 8 3 2 3 1 3 2 2 1 2 Arm rol 6 2 2 2 2 2 4 2 1 3 Light truk/ truk kecil 6 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Pick up 4 1 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 7 6 7 5 7 8 6 4 Sumber: Hasil analisis, 2006 Besarnya biaya pengangkutan sampah akan ditentukan oleh jumlah timbulan sampah yang dapat terangkut oleh truk sampah. Semakin besar jumlah timbulan yang ditangani maka akan semakin besar pula kebutuhan armada truk pengangkut sampah yang diperlukan. Berdasarkan Tabel 3, besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pengangkutan sampah pada tahun 2010 dengan tanpa sistem reduksi sampah di sumber sebesar Rp. 107.664.800,00 sedangkan dengan adanya sistem reduksi di sumber sampah sebesar Rp. 79.567.700,00. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pengangkutan sampah dengan tanpa sistem reduksi sampah sebesar Rp. 177.871.100,00 dan dengan adanya sistem reduksi di sumber sampah sebesar Rp. 60.860.600,00. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya upaya reduksi sampah di sumber sampah maka biaya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dapat diturunkan sebesar 26% (tahun 2010) dan 66% (tahun 2015). b. Pengadaan TPA Baru Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, tanpa adanya reduksi sampah di sumber, jumlah volume sampah terkompaksi di TPA sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 131.742,23 m 3 sedangkan dengan adanya reduksi sampah di sumber, volume sampah yang masuk di TPA adalah 84.082,65 m 3. Jika lahan yang tersedia mempunyai ketinggian rata-rata 15 m, maka kebutuhan lahan TPA tanpa adanya reduksi di sumber sebesar 8.783 m 2 dan adanya penanganan reduksi di sumber sebesar 5.606 m 2. Jika harga lahan per m2 sebesar Rp. 150.000,00 maka biaya pengadaan lahan dengan adanya penanganan reduksi sampah di sumber sebesar Rp. 840.826.537,00 dan tanpa reduksi di sumber kebutuhan biaya adalah Rp. 1.317.422.342,00. Selisih yang terjadi adalah sebesar Rp. 476.595.804,00 atau 36%. Jika dihitung berdasarkan masa pakainya, dengan rata-rata pertambahan sampah terkompaksi pertahun (dengan reduksi sampah di sumber) 8.408 m 3, maka penggunaan lahan TPA antara sistem penanganan reduksi di sumber sampah dengan tanpa penanganan terjadi selisih pemakaian selama 5,7 6 tahun. KESIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: - Strategi yang dilakukan dalam mengatasi laju timbulan sampah dan untuk mengurangi beban timbulan sampah yang masuk di TPA adalah dengan melakukan penanganan D-7-7
sampah melalui reduksi sampah pada sumbernya. Upaya ini dilakukan secara bertahap dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk berperan aktif dalam melakukan penanganan sampah di sumbernya secara mandiri dengan melakukan pemilahan sampah serta mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos. - Dengan adanya upaya reduksi sampah di sumber sampah, maka hal ini akan berdampak pada menurunnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Dari segi pengangkutan sampah maka akan menurunkan biaya pengangkutan sampah hingga mencapai 66%. Sedangkan dalam pengadaan TPA maka akan terjadi selisih biaya pengadaan TPA sebesar 36 % atau dengan luas lahan yang sama maka dengan adanya upaya reduksi sampah di sumber sampah dapat memperpanjang masa pakai TPA hingga 6 tahun. DAFTAR PUSTAKA Damanhuri, E. (1993), Usulan Teknik Pengelolaan TPA, Ministri of Public Workshop Republik of Indonesia, Jakarta. Damanhuri, E. (1995), Teknik Pembuangan Akhir Sampah, Jurnal Teknik Lingkungan ITB, Bandung. Peavy, H., Rowe, D., Tchobanoglous, G. (1985), McGraw- Hill Book Company, New York. Environmental Engineering, Rangkuti, Freddy (2004), Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Santi, Y., Damanhuri, T.P., Tomo, H.S. (2005), Analisa Penerapan Konsep Reduksi Sampah di Sumber Sampah Pada Sistem Pengelolaan Sampah Kota, Jurnal Teknik Lingkungan, Hal 523-530. Tchobanoglous. G, Theisen, H., Vigil, S. (1993), Integrated Solid Waste Management, McGraw Hill, Inc, International Editions, New York. Wijiastuti, A. (2002), Program Pengurangan Sampah Padat Melalui Komposter Aerob Skala Rumah Tangga, Jurnal Purifikasi, Vol. 3, No.4 Hal 191-196. D-7-8