BAB III PEMBAHASAN. biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya atau cost adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA OPERASIONAL PADAPT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA RANDIK KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN

Rhika Selviana 1, Gusnardi 2,Hendripides 3 Telepon:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

TABEL PRODUKSI PTPN IV UNIT/KEBUN PABATU TAHUN 2004

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Analisa Biaya Pemasaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anggaran dan Siklus Anggaran

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang akan menimbulkan kesulitan dalam perencanaan dan. pengendalian manajemen. Manajemen perusahaan yang baik merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis.

BAB II LANDASAN TEORI. informasi dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 1997). Akuntansi dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KONSEP BIAYA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari pada harga pokok yang dikorbankan didalam usaha untuk memperoleh penghasilan. Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pegertian berbeda, yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan kedalam neraca (Bustami dan Nurlela, 2009:7). Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa yang akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan ke dalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan. Biaya dapat digolongkan kedalam beberapa pengertian sesuai dengan tujuan penggunaan dari biaya tersebut. Menurut Raiborn dan Kinney (2011 : 34) mengatakan Biaya (cost) merefleksikan pengukuran moneter dari sumber daya yang dibelanjakan untuk

mendapatkan sebuah tujuan seperti membuat barang atau mengantarkan jasa.sedangkan menurut Surjadi (2013 : 4) mengatakan bahwa Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis (sifat kelangkaan) yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi dalam mencapai tujuan tertentu (to secure benefit). a. Nilai sumber ekonomis yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya historis, yaitu biaya yang telah terajadi di masa lalu. b. Nilai sumber ekonomis yang akan dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang. Contoh: diferetnial cost, opportunity cost. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa barang dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu manfaat yaitu pengingkatan laba di masa mendatang. 2. Klasifikasi Biaya Biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan informasi biaya tersebut digunakan, sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep Different Cost Different Purpose artinya berbeda biaya berbeda tujuan. Pengukuran biaya tergantung kepada kemampuan untuk menelusuri biaya tersebut ke objek biaya langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Bustami dan Nurlela (2009 : 9) Biaya langsung adalah biaya yang ditelusuri secara langsung kesasaran biaya atau objek biaya. Sedangkan

biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung kesasaran atau objek biaya. Klasifikasi biaya atau penggolongan suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.berikut klasifikasi biaya kedalam tiga fungsi utama, antara lain: a. Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang atau penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai: 1. Biaya bahan langsung Biaya bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.

3. Overhead Merupakan semua biaya yang tidak termasuk kedalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input yang diperlukan dalam membuat sebuah produk atau jasa. Bahan langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan dalam proses produksi biasanya dimasukkan kedalam kategori biaya overhead. b. Biaya non produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengembangan, pemasaran, distribusi, pelayanan pelanggan, dan operasional. Terdapat dua jenis biaya non produksi yang lazim digunakan, diantaranya: 1. Biaya penjualan atau pemasaran adalah biaya yang diperlukan dalam memasarkan, mendistribusikan dan melayani produk atau jasa. 2. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian pengembangan dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi. c. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) menggunakan data biaya dalam pengambilan keputusan, mengevaluasi kinerja dan dalam operasi perusahaan. Kegiatan tersebut merupakan hal penting bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kegiatan tersebut merupakan hal penting bagi

keberhasilan suatu perusahaan. Oleh karena itu perlu pemahaman lebih lanjut mengenai penggunaan biaya-biaya tersebut. Data biaya dapat digunakan untuk tujuan: 1. Perencanaan Perusahaan menggunakan data biaya untuk memilih metode atau program pencapaian tujuan yang terbaik untuk masa yang akan datang, yang ingin dicapai pada saat menelaahalternative pelaksanaan tindakan. Perusahaan juga menggunakan data biaya untuk untuk pembuatan anggaran (budget) yang digunakan untuk memperkirakan bahan baku, tenaga kerja dan teknologi. Hal tersebut dapat dilakukan dalam tahapan perencanaan. Perencanaan tersebut berorientasi kepada masa yang akan datang dan dapat berbentuk perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. 2. Pengawasan Pengawasan diperlukan untuk membandingkan dan mengevaluasi, apakah anggaran atau program yang dibuat sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan fungsi perencanaan. Tahap ini adalah merupakan tahap pemantauan terhadap pelaksanaan dari rencana yang sudah dibuat baik yang berhubungan dengan pencapaian harga pokok standar digariskan pada anggaran (budget). Membandingkan anggaran dan standar dengan actual dapat digunakan untuk pengendalian sehingga kinerja masing-masing divisi atau departemen dapat di nilai. 3. Pengambilan Keputusan

Berdasarkan informasi biaya maka perusahaan dapat mengambil keputusan baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) terdapat beberapa biaya adalah sebagai berikut: 1. Biaya tidak langsung Yang termasuk kedalam biaya tidak langsung pada PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) adalah sebagai berikut: a. Biaya gaji, tunjangan dan biayasosial pegawai dan staf b. Biaya gaji dan biaya sosial non staf c. Biaya emplasmen d. Biaya pemeliharaan bangunan rumah e. Biaya pemeliharaan bangunan perusahaan f. Biaya pemeliharaan jalan, jembatan, saluran air g. Biaya pemakaian dan pemeliharaan sistem computer h. Biaya pajak bumi dan bangunan i. Biaya asuransi j. Biaya keamanan k. Biaya penerangan l. Biaya persediaan air 2. Biaya langsung Yang termasuk kedalam biaya langsung pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah:

a. Biaya tanaman 1. Biaya gaji, tunjangan dan biaya social pegawai dan staf tanaman 2. Biaya pemeliharaan TM 3. Biaya pemupukan 4. Biaya panen b. Biaya pabrik 1. Biaya gaji, tunjangan dan biaya social pegawai staf pengolahan 2. Biaya pengolahan 3. Biaya pemeliharaan mesin dan instalasi 4. Biaya pengepakan 5. Biaya asuransi pabrik B. Pengertian Biaya Operasional dan Klasifikasi Biaya Operasional 1. Pengertian Biaya Operasional Biaya merupakan unsur penting dalam menjalankan kegiatan operasi suatu perusahaan karena biaya harus terlebih dahulu dikeluarkan sebelum menghasilkan suatu produk, baik itu merupakan barang ataupun jasa. Rudianto (2009 : 116) mengatakan bahwa Biaya operasional adalah semua rencana pengeluaran yang berkaitan dengan distribusi dan penjualan produk perusahaan serta pengeluaran untuk menjalankan roda organisasi. Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) terdapat beban operasional pada laporan tahunan yaitu sebagai berikut:

1. Beban administrasi Yang termasuk kedalam biaya administrasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah sebagai berikut: a. Biaya Honorarium b. Biaya koordinasi dan lingkungan c. Biaya pengangkutan, perjalanan dan penginapan d. Biaya penelitian dan percobaan e. Biaya pemeliharaan/inventaris f. Biaya pemakaian alat inventaris kecil g. Biaya iuran dan sumbungan h. Biaya lain-lain i. Biaya sosial non produksi j. Biaya manajemen mutu dan kes.kerja k. Biaya penutupan buku dan RKAP l. Biaya pensiun m. Biaya jasa produksi n. Biaya pendidikan sekolah kebun o. Biaya beban imbalan kerja 2. Beban lain-lain a. Biaya gaji dan biaya sosial karyawan MBT b. Biaya penyusutan diluar harga pokok c. Lain-lain

2. Klasifikasi Biaya Operasional Biaya operasional digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu biaya penjualan dan biaya umum. Adapun jenis-jenis dari masing-masing biaya tersebut adalah sebagai berikut: 1. Biaya penjualan Termasuk dalam kelompok biaya penjualan adalah: a. Gaji karyawan penjualan b. Biaya pemeliharaan bagian penjualan c. Biaya perbaikan penjualan d. Biaya penyusutan peralatan bagian penjualan e. Biaya penyusutan gedung bagian penjualan f. Biaya listrik bagian penjualan g. Biaya telepon bagian penjualan h. Biaya asuransi bagian penjualan i. Biaya iklan bagian penjualan j. Biaya perlengkapan bagian penjualan k. Biaya lain-lain 2. Biaya adiminstrasi dan umum Termasuk dalam kelompok biaya administrasi dan umum adalah: a. Gaji karyawan kantor b. Biaya pemeliharaan kantor c. Biaya perbaikan kantor d. Biaya penyusutan peralatan kantor

e. Biaya penyusutan gedung kantor f. Biaya listrik kantor g. Biaya telepon kantor h. Biaya asuransi kantor i. Biaya perlengkapan kantor j. Biaya lain-lain. C. Prosedur Penyusunan Aggaran Biaya Opersional Pimpinan perusahaan juga membutuhkan anggaran, anggaran merupakan sarana untuk keperluan perencanaan, koordinasi dan pengawasan (Planning, Coordinating, Control). Menurut perusahaan, anggaran adalah suatu rencana kegiatan tentang penyusunan rencana keuangan yang di nyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu. Perusahaan menggunakan metode yang lazin dalam menyusun anggaran sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Didalam penyusunan anggaran biaya operasional sebaiknya mengetahui masa-masa yang baik, yaitu dirinci menjadi anggaran bulanan disesuaikan dengan proses produksi, disesuaikan dengan siklus musiman. Prosedur penyusunan anggaran biaya operasional yang dilakukan biasanya adalah dengan historikal atau pengalaman tahun lalu dan melihat kondisi secara umum. 1. Historikal atau pengalaman tahun lalu Dasar penyusunan historikal atau pengalaman tahun lalu adalah anggarananggaran tahun yang lewat, dimana perusahaan membandingkan anggaran

dengan realisasi tahun sebelumnya dan membandingkan laba sebagai acuan untuk menetapkan harga. 2. Melihat kondisi secara umum Penyusunan anggaran dengan melihat kondisi secara umum didasarkan pada apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, terutama mengenai kebijakan pemerintah. Kondisi ini sangat penting untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi. D. Perencanaan Biaya Operasional Setiap perusahaan harus membuat suatu perencanaan merupakan proses untuk menentukan tujuan perusahaan yang akan dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan perusahaan. Perencanaan pada dasarnya adalah fungsi penting diantara semua fungsi.perencanaan tidak hanya untuk mencapai tujuan saja tetapi juga untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien yang merupakan tujuan dari perusahaan tersebut. Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta masa lalu dengan perkiraan kejadian yang akan terjadi di masa mendatang untuk memutuskan aktivitas apa yang akan dilakukan pada periode perencanaan yang dimaksud, dianggap perlu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan yang baik akan membantu manajemen dalam melakukan pengawasan. Untuk memperoleh perencanaan biaya operasional yang tersusun dengan baik dan sistematis, manajemen harus menyusun suatu perencanaan atas

masing-masing elemen biaya operasional secara hati-hati sebagai tolak ukur yang akan dicapai. Menurut Suprihanto (2014 : 9) Perencanaan adalah memilih tujuan organisasi yang tepat dan arah kegiatan yang paling baik untuk mencapai tujuan tersebut. Dan terdapat tiga langkah yang terkait dalam proses perencanaan, yaitu: 1. Memutuskan tujuan atau sasaran yang akan ditetapkan dan dicapai oleh organisasi. 2. Memutuskan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran. Memutuskan cara mengalokasikan sumber daya organisasi yang akan digunakan dalam strategi untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut. Tingkat kinerja atau seberapa efektif dan efisien suatu organisasi ditentukan oleh seberapa baik manajer merencanakan dan mengembangkan strategi. Dharmanegara (2010 : 5) mengatakan bahwa Perencanaan menentukan seluruh aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran. Perencanaan diperlukan agar perusahaan dapat mengoperasikan departemen dan mencapai keberhasilan segmen. Sedangkan menurut Solihin (2009 : 63) Perencanaan (planning) pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menetapkan di awal berbagai hasil akhir (end results) yang ingin dicapai perusahaan di masa mendatang. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan berarti penyusunan suatu program kegiatan yang cukup menyeluruh yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Perencanaan perusahaan yang efektif hanya dapat

dilakukan berdasarkan fakta dan analisis. Berfikir secara berkesinambungan, imajinasi, kemampuan memperhitungkan sebab dan akibat serta kemampuan memandang ke masa depan merupakan hal-hal yang sangat diperlukan dalam perencanaan untuk menghindari kegagalan. Ada dua jenis perencanaan, yaitu: a. Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan jangka pendek dibagi dalam dua kategori yaitu berdasarkan frekuensi dan jenis keputusan. Beberapa keputusan mempunyai kaitan dengan kegiatan-kegiatan sekarang dan dapat dibuat harian atau mingguan. Keputusan-keputusan seperti ini ditandai oleh keteraturan dari frekuensinya dan disebut keputusan-keputusan operasi jangka pendek. b. Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan jangka panjang melibatkan pengambilan keputusan yang pengaruhnya menjangkau beberapa tahun kedepan. Biasanya tiga sampai lima tahun bahkan bias pula lebih lama. Keseluruhan perencanaan jangka panjang kadang kala disebut perencanaan strategis. E. Pengawasan Biaya Operasional Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang dilaksanakan dalam manajemen. Dengan adanya suatu pengawasan dapat diketahui apakah perencanaan yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (Manullang, 2015 : 173). Menurut Handoko (2012 : 359) Pengawasan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian tersebut disimpulkan bahwa pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menentukan, mengoreksi penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan. Apabila dalam pelaksanaan ditemukan penyimpangan maka diadakan tindakan perbaikan agar rencana sejalan dengan pelaksanaan. Perngawasan perlu dilakukan agar tercpainya kegiatan yang efektif dan efisien. Untuk mendukung pengawasan yang baik maka perlu mengetahui suatu pengukuran dari kegiatan yang efektif dan efisien tersebut. Sedangkan menurut Effendi (2014 : 223) Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang paling esesnsial, sebaik apa pun pekerjaan yang dilaksanakan tanpa adanya pengawasan tidak dapat dikatakan berhasil. Pengawasan yang berhubungan dengan tindakan atau usaha penyelamatan jalannya perusahaan ke arah tujuan yang diinginkan yakni tujuan yang telah direncanakan. Pengawasan biaya operasional dapat dilaksanakan oleh satuan pengawasan intern perusahaan dengan dua aspek, yaitu:

1. Pengawasan Operasional Pengawasan operasional merupakan pengawasan yang dilakukan pimpinan melalui kegiatan (operasi) perusahaan.tetapi dengan berkembangnya perusahaan apabila sasaran hendak dicapai, pengawasan operasional tidak dapat dipertahankan karena hal tersebut merupakan pemborosan dan kurang efisien, maka pengawasan operasional sebaiknya ditambah dengan pengawasan akuntansi. 2. Pengawasan akuntansi Pengawasan akuntansi merupakan pengawasan yang dilakukan melalui prosedur akuntansi dan pencatatan-pencatatan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sebab sasaran pokok tertuju pada pengelompokkan biaya. Pengawasan akuntansi bertujuan untuk menciptakan suatu sistem pencatatan yang dapat mengembangkan pertanggung jawaban biaya-biaya arus pekerjaan, serta memberikan laporan singkat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan dan laporan statistic untuk mengetahui perkembangan orangorang yang bertanggung jawab atas biaya, apakah mereka melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan atau tidak. Pengawasan terhadap biaya operasional tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya perencanaan yang telah digariskan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan pengawasan yang baik terhadap biaya operasional perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Biaya yang dikeluarkan harus disetujui oleh pihak yang berwenang dan biaya tersebut memang benar-benar diperlukan. b. Biaya yang terjadi merupakan tanggung jawab pengawasan yang berwenang.

Berikut ini adalah data biaya operasional pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) 4 (empat) tahun terakhir dimulai dari 2013 s/d 2016.

Tabel 3.1 Biaya Operasional PTPN IV Tahun 2013 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero), 2013

Tabel 3.2 Biaya Operasional PTPN IV Tahun 2014 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero), 2014

Tabel 3.3 Biaya Operasional PTPN IV Tahun 2015 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero), 2015

Tabel 3.4 Biaya Operasional PTPN IV Tahun 2016 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero), 2016

F. Analisis dan Evaluasi Dalam hal ini penulis akan menganalisis dan mengevaluasi hasil penelitian berupa data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan. Berikut ini dapat diuraikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masing-masing administrasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah sebagai berikut: 1. Biaya tidak langsung a. Biaya Gaji, tunjangan, biaya sosial pegawai dan staf tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 24.198.689.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 22.625.481.591,- mangalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.573.207.409,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 28.721.814.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 24.835.614.441,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.886.199.559,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 31.335.988.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 24.674.473.305,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.661.514.695,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 26.640.139.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 23.164.543.743,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.475.595.257,-. b. Gaji dan biaya sosial non staf tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 52.679.189.000,- dengan realisasinya Rp. 51.860.242.535,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 818.946.465,-.

Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 62.173.663.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 55.878.705.649,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 6.294.957.351,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 71.272.893.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 56.625.404.026,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 14.647.488.974,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 62.993.250.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 56.954.664.301,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.038.585.699,-. c. Biaya Emplasmen pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 20.961.800.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 18.666.490.102,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.295.309.898,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 21.215.801.000,- dengan realisasinya Rp. 18.221.697.448,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.994.103.552,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 22.517.848.000,- dengan realisasinya Rp. 18.314.275.371,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 4.203.572.629,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 20.316.791.000,- dengan realisasinya Rp. 16.850.135.266,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.466.655.734,-.

d. Biaya pemeliharaan bangunan rumah tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 12.524.583.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 9.984.264.944,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.540.318.056,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 13.704.646.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 9.821.845.107,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.882.800.893,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 16.213.225.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 10.737.008.861,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 5.476.216.139,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 12.929.737.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.986.812.087,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.942.924.913,-. e. Biaya pemeliharaan bangunan perusahaan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 10.770.171.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 9.367.001.219,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.403.169.781,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp 11.054.080.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.561.489.170,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.492.590.830,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 12.476.786.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.834.180.474,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.642.605.526,-.

Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 10.742.296.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.278.345.018,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.463.950.982,- f. Biaya pemeliharaan jalan, jembatan, dan saluran air pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 14.654.073.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 12.874.270.812,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 1.779.802.188,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 16.448.961.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 13.361.937.476,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.087.023.524,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 17.872.976.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 15.251.519.823,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.621.456.177,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 15.682.648.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 11.705.895.701,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.976.752.299,-. g. Biaya pemakaian dan pemeliharaan sistem komputer pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 5.944.826.000,- dengan realisasinya sebesar 5.556.779.674,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 388.046.326,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 6.727.456.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 5.257.498.079,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.469.957.921,-

Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 6.608.798.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 4.629.296.397,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 1.979.501.603,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 5.242.000.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 4.006.781.683,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.235.218.317,- h. Biaya pajak bumi dan bangunan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 54.131.166.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 51.334.180.847,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.796.985.153,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 65.256.092.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 55.524.712.466,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 9.731.379.534,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 64.914.604.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 71.895.895.079,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar 6.981.291.079,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 74.053.105.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 70.133.429.547,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.919.675.453,-. i. Biaya Asuransi pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 585.552.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 896.060.819,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 310.508.819,-

Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 1.156.580.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.273.617.883,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 117.029.883,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 2.055.341.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.579.122.436,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 476.218.564,- Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 1.800.526.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 983.190.941,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 817.335.059,-. j. Biaya Keamanan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 90.151.732.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 95.798.455.450,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 5.646.723.450,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 103.767.075.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 104.573.319.233,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 806.244.233,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 135.118.373.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 120.374.825.790,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 14.743.547.210,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 132.354.819.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 121.665.065.652,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 10.689.753.348,-.

k. Biaya Penerenangan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 19.294.041.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 18.256.882.649,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.037.158.351,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 24.317.571.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 18.177.564.901,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.140.006.099,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 28.043.420.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 21.539.197.549,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.504.222.451,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 22.681.846.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 18.772.641.617,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.909.204.383,-. l. Biaya persediaan air pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 19.674.972.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 19.988.654.670,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 313.682.670,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 22.928.103.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 21.108.592.912,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.819.510.088,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 25.880.054.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 21.509.955.549,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 4.370.098.451,-.

Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 22.623.072.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 19.506.898.661,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3.116.173.339,-. 2. Biaya Langsung 2.1 Biaya Tanaman a. Biaya gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai dan staf tanaman pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 35.285.821.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 34.745.056.459,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 540.770.541,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 37.857.058.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 35.453.961.372,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.403.096.678,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 45.458.586.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 35.455.291.131,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 10.003.294.869,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 38.008.957.000,- dengan realisasinya Rp. 33.531.029.952,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 4.457.987.048,-. b. Biaya pemeliharaan TM pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 242.938.286.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 197.252.163.268,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 45.686.122.732,-.

Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 267.349.856.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 222.219.813.585,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 45.130.042.415,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 288.545.021.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 260.082.889.118,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 28.462.131.882,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 280.715.936.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 231.294.908.676,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 49.421.047.324,-. c. Biaya Pemupukan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 550.925.154.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 375.153.880.077,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 175.771.273.923,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 597.801.610.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 520.454.326.509,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 77.347.283.491,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 724.264.446.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 629.168.608.162,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 95.095.837.838,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 750.769.507.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 502.759.505.272,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 248.010.001.728,-.

d. Biaya Panen pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 327.819.920.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 276.765.012.883,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 51.054.907.117,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 359.813.321.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 295.301.990.668,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 64.511.330.332,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 422.114.448.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 322.598.321.316,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 99.516.126.684,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 411.144.188.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 360.438.994.253,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 50.975.193.747,-. e. Biaya Pengangkutan ke Pabrik pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 156.678.702.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 130.748.253.284,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 25.930.448.716,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 184.391.020.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 147.382.063.711,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 37.008.956.289,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 208.185.215.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 174.700.173.291,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 33.485.041.709,-.

Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 210.320.482.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 188.098.759.970,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 22.221.722.030,-. 2.2 Biaya Pabrik a. Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai dan staf pengolahan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 14.374.580.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 15.191.960.688,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 817.380.688,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 17933.515.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 15.792.704.156,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.140.810.844,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 19.482.790.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 14.572.841.071,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 4.909.948.929,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 16.108.123.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 14.245.106.861,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.863.016.139,-. b. Biaya Pengolahan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 157.808.909.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 154.053.592.551,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 3. 755.316.449,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 176.247.047.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 174.544.083.905,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.702.963.095,-.

Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 206.599.309.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 183.396.113.447,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 23.203.195.553,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 204.377.256.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 177.539.542.778,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 26. 837.713.222,-. c. Biaya pemeliharaan mesin dan instalasi pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 109.256.501.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 106.395.544.995,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.860.956.005,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 120.368.930.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 118.745.414.823,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.623.515.177,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 126.749.071.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 113.996.736.133,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 12.752.334.867,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 132.860.467.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 117.326.058.704,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 15.534.408.296,-. d. Biaya pengepakan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 5.336.586.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 3.948.198.036,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.388.387.964,-

Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 5.062.617.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 3.994.859.107,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.067.757.893,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 5.566.429.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 3.762.738.996,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.803.690.004,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 4.723.263.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 3.128.979.760,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.594.283.240,-. e. Biaya asuransi pabrik pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 5.650.607.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 3.057.314.437,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.593.292.563,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 5.041.702.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 4.938.734.279,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 102.967.721,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 6.463.167.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 5.892.585.743,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 570.581.257,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 7.835.801.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 6.552.445.622,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.283.355..378,-.

3. Biaya Administrasi a. Biaya honorarium pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 939.235.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 979.892.084,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 40.657.084,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp 1.601.988.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.183.679.291,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 418.308.709,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 1.678.168.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.310.754.526,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 367.413.474,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 1.697,262.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.187.107.459,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 510.154.541,-. b. Biaya pengangkutan, perjalanan dan penginapan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 39.617.385.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 45.061.455.415,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 5.444.070.415,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 47.228.826.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 49.769.338.862,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 2.540.512.862,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 57.617.918.000 dengan realisasinya sebesar Rp. 48.665.365.837,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 8.952.552.163,-.

Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 52.022.438.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 47.957.016.631,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 4.065.421.369,-. c. Biaya pemeliharaan/inventaris pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 1.115.812.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 965.912.923,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 149.899.077,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 1.548.825.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 954.548.984,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 594.276.016,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp 2.372.186.000,- dengan realisasinya sebesar 1.107.719.502,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.264.466.498,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 1.821.227.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.205.211.035,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 616.015.965,-. d. Biaya pemakaian alat inventaris kecil pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 1.192.894.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 712.286.059,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp.480.607.941,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 1.818.872.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 905.394.821,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 913.477.179,-.

Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp.2.486.538.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 739.953.014,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.746.584.986,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 1.668.863.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 688.872.027,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 979.990.973,-. e. Biaya iuran dan sumbangan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 204.140.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 79.048.900,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 12.091.100,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 189.484.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. Rp. 67.497.515,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 121.986.485,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 222.074.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 114.445.200,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 107.628.800,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 247.355.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.547.000,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 245.808.000,-. f. Biaya lain-lain pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 7.987.832.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.772.631.198,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 784.799.198,-.

Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 9.549.660.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.871.162.148,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 678.497.852,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 11.636.244.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.673.977.853,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.962.266.147,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 11.116.743.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 9.070.482.975,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.046.260.025,-. g. Biaya sosial non produksi pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 17.631.290.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 18.950.017.663,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 1.318.727.663,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 19.521.906.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 17.394.560.089,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.127.345.911,- Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 17.989.277.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 15.388.725.177,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.600.551.823,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 18.319.233.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 16.370.148.049,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp 1.949.084.951,-. h. Biaya manajemen mutu dan Kes.Kerja pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 2.965.887.000,- dengan realisasinya sebesar Rp.

3.200.063.230,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 234.176.230,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 4.030.582.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 2.418.675.200,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.611.906.800,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 6.967.614.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 4.133.495.782,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.834.118.218,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 7.127.894.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 5.103.037.179,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.024.856.821,-. i. Biaya penutupan buku dan RKAP pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 1.857.638.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.662.500.000,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 195.138.000,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesasr Rp. 1.696.000.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.726.000.000,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 30.000.000,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 1.805.000.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 2.088.000.000,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 283.000.000,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 1.682.500.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 1.357.500.000,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 325.000.000,-.

j. Biaya pensiun pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 80.395.375.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 33.719.020.590,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 46.676.354.410,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 142.291.055.000,- dengan realisasinya Rp. 35.417.358.454,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 106.873.696.546,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 76.547.070.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 37.506.286.461,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 39.040.783.539,- Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 66.996.949.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 41.912.400.412,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 25.084.548.588,- k. Biaya pendidikan sekolah kebun pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 49.298.110.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 47.564.529.294,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 1.733.580.706,- Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 52.811.487.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 46.273.881.530,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.537.605.470,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 55.098.659.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 47.144.461.960,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 7.954.197.040,-.

Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 51.759.465.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 46.978.184.186,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 4.781.280.814,-. l. Biaya imbalan kerja pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 143.947.357.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 155.924.543.424,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 11.977.186.424,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 159.170.205.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 175.579.054.331,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 16.408.849.331,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 188.160.463.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 171.163.270.963,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 16.997.192.037,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 137.169.626.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 160.283.716.613.,- mangalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 23.114.090.613,-. 4. Biaya Lain-lain a. Gaji dan biaya sosial karyawan MBT pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 27.283.380.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 25.082.039.811,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 2.201.340.189,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 20.515.228.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 30.644.998.825,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 10.129.770.825,-.

Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp.34.855.309.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 28.087.082.698,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 6.768.226.302,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 23.008.903.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 22.154.671.987,- mengalami penyimpangan favorable sebesar Rp. 854.231.013,-. b. Biaya penyusutan diluar harga pokok pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 670.159.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 8.966.590.294,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 8.296.431.294,-. Pada tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp. 1.145.332.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 6.237.669.616,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 5.092.337.616,-. Pada tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp. 2.557.002.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 20.122.053.086,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 17.565.051.086,-. Pada tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 22.120.237.000,- dengan realisasinya sebesar Rp. 34.153.433.862,- mengalami penyimpangan unfavorable sebesar Rp. 12.033.196.862,-. Dari analisis data penyimpangan biaya operasional tersebut dapat dievaluasi bahwa penyebab terjadinya penyimpangan biaya operasional pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) penyusunan anggaran biaya yang dibuat oleh perusahaan sudah realistis tetapi pada pelaksanaannya ada biaya yang mengalami kenaikan dan juga yang mengalami penurunan. Secara keseluruhan setiap biaya mengalami

kenaikan yang signifikan setiap tahunnya, dan penyimpangan yang terjadi tidak terlalu besar, dapat dikatakan perencanaan dan pengawasan biaya operasional pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) sudah efektif dan efisien.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perencanaan dan pengawasan biaya operasional pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) maka dapat disimpulkan bahwa: 1. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) menggunakan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebagai alat perencanaan kerja dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh bagian perusahaan. 2. Terdapat penyimpangan biaya operasional baik yang menguntungkan (favorable) maupun yang merugikan perusahaan (unfavorable). 3. Penyimpangan yang terjadi antara realisasi dengan anggaran kemungkinan disebabkan karena kurangnya ketidaksiapan manajemen untuk menghadapi perubahan yang terjadi dilapangan atau terdapatnya pengawasan yang kurang memadai terhadap biaya yang ada. 4. Secara keseluruhan perencanaan dan pengawasan biaya operasional pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dapat dikatakan sudah efektif dan efisien.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebeut, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan perencanaan dan pengawasan biaya operasional perusahaan agar berjalan dengan efektif dan efisien demi tercapainya tujuan perusahaan, sebagai berikut: 1. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) harus lebih tanggap dan bergerak cepat apabila terjadi penyimpangan pada anggaran biaya operasional. 2. Mengingat pentingnya anggaran, sebaiknya PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) lebih teliti lagi dalam menyusun Recana Kerja Anggaran perusahaan (RKAP).