BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juli 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol, benih kacang kedelai varietas Anjosmoro, kompos azolla, Urea, TSP, KCl, insektisida decis 2,5 EC, fungisida M - 45, dan bahan yang lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibek 30 x 40 cm, cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik, handsprayer, dan alat yang lain yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Waktu aplikasi kompos azolla (W) dengan 4 taraf, yaitu: W 1 = 21 hari sebelum tanam W 2 = 14 hari sebelum tanam W 3 = 7 hari sebelum tanam W 4 = 0 hari (diberi pada saat tanam)
Faktor II : Berbagai dosis kompos azolla (A) dengan 4 taraf, yaitu : A 0 = 0 g/tanaman A 1 = 20 g/tanaman A 2 = 40 g/tanaman A 3 = 60 g/tanaman Kombinasi Perlakuan : W 1 A 0 W 2 A 0 W 3 A 0 W 4 A 0 W 1 A 1 W 2 A 1 W 3 A 1 W 4 A 1 W 1 A 2 W 2 A 2 W 3 A 2 W 4 A 2 W 1 A 3 W 2 A 3 W 3 A 3 W 4 A 3 Jumlah ulangan Jumlah plot seluruhnya Panjang plot Lebar plot Jarak antar plot Jarak antar blok Jarak antar polibeg Jumlah tanaman/plot Jumlah sampel/plot Jumlah sampel seluruhnya : 3 ulangan : 48 plot : 130 cm : 70 cm : 30 cm : 50 cm : 30 cm x 30 cm : 6 tanaman : 4 sampel : 192 sampel Jumlah tanaman seluruhnya : 288 tanaman Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut : Y ijk : µ + ρ I + α j + β k + (αβ) jk + є ijk
Dimana : Y ijk :Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-j dan perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k. µ : Nilai tengah ρ i α j β k (αβ) jk : Efek blok ke-i : Efek perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-j : Efek perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k : Efek interaksi perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-j dan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k є ijk : Efek galat yang mendapat perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-i dan perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-j dan interaksi perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k. Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji DMRT dengan taraf 5%. Parameter Yang Diukur Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari pangkal tanaman sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai 2 minggu setelah tanam (MST) dan diulangi setiap satu minggu sekali sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Jumlah daun (helai) Jumlah daun dihitung sejak tanaman berumur 2 MST dengan interval satu minggu sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga. Jumlah cabang produktif (cabang) Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada setiap tanaman. Bobot basah tajuk (g) Bobot basah tajuk dihitung pada akhir vegetatif. Bobot basah tajuk dihitung dengan menimbang seluruh tajuk tanaman dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot basah akar (g) Bobot basah akar dihitung pada akhir vegetatif. Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada dengan menggunakan air, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot kering tajuk (g) Bagian tajuk tanaman yang telah dipisahkan dari akar dan telah di timbang bobot basahnya dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 0 C sampai bobot tajuk konstan. Setelah itu dikeluarkan lalu ditimbang bobot keringnya. Bobot kering akar (g) Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 0 C sampai bobot akar konstan. Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan kedalam desikator, lalu ditimbang bobot keringnya.
Bobot basah akar (g) saat panen Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot kering akar (g) saat panen Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 0 C sampai bobot akar konstan. Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan kedalam desikator, lalu ditimbang bobot keringnya. Akar yang dikeringkan merupakan akar yang diambil dari tanaman saat panen. Produksi biji per sampel (g) Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang seluruh produksi biji masing-masing tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari. Produksi biji per plot (g) Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari. Bobot kering 100 biji (g) Bobot kering 100 biji dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari. Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.
Pelaksanaan Penelitian Penyiapan lahan Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan sisasisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 130 cm x 70 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Pengapuran Tanah yang digunakan adalah tanah ultisol. Sebelum pengapuran dilakukan, terlebih dahulu ph awal tanah ultisol dianalisis, kemudian dihitung kebutuhan kapur sesuai dengan bobot tanah ultisol, ph awal tanah ultisol adalah 5,6, dilakukan pengapuran untuk menaikkan ph sesuai kebutuhan tanaman kedelai, ph tanah setelah dilakukan pengapuran adalah 6,4. Penyiapan media Tanah ultisol dimasukkan dalam polibek dengan ukuran 30 cm x 40 cm, dengan volume 10 kg. Tanah yang di masukkan dalam polibek kemudian diguncang hingga padat, sehingga terisi tanah dengan batas 10 cm dari bibir polibek. Aplikasi kompos azolla Aplikasi kompos azolla dilakukan 21 hari sebelum tanam, 14 hari sebelum tanam, 7 hari sebelum tanam dan pada saat tanam sesuai dengan perlakuan. Aplikasi kompos azolla dilakukan dengan mencampur media tanam dan kompos azolla dengan cara menuangkan tanah yang di dalam polibeg, kemudian dicampurkan kompos azolla sesuai perlakuan diaduk sampai merata lalu
dimasukkan kembali tanah yang telah bercampur kompos azolla. Kemudian polibek disusun sesuai dengan bagan lahan penelitian. Penanaman Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah yang di dalam polibek sampai kedalaman + 2 cm. Di tanam 3 benih per lubang tanam. Penyiraman Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila kondisi tanah di polibek kering penyiraman dilakukan sore dan pagi hari. Apabila kondisi tanah di polibek masih lembab, penyiraman tidak dilakukan. Penjarangan Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 0,25 g, TSP 0,90 g dan KCl 0,45 g per tanaman. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu 7 hari setelah benih ditanam. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di polibek, di lahan penelitian dan di sekitar lahan penelitian. Untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 1 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 g/l air. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman Panen Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm dari pangkal batang utama dengan menggunakan pisau atau sabit. Adapun kriteria panennya adalah ditandai sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan hama penyakit, lalu gugur, buah berubah warna dari hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak kecoklatan. Kemudian polong dijemur dibawah sinar matahari selama 4 hari, setelah 4 hari kemudian biji diambil dari polongnya selanjutnya biji di jemur kembali selama 2 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, dan 6 MST, jumlah daun 2-5 MST, jumlah cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering akar (tanaman sampael destruktif), bobot basah akar saat paanen, bobot kering akar saat panen, produksi biji persampel dan produksi biji perplot tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, bobot basah akar (tanaman sampael destruktif) dan bobot100 biji. Perlakuan berbagai dosis kompos azolla menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3, 5 dan 6 MST, jumlah daun 2, 3, dan 4 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 4 MST, jumlah daun 5 dan 6 MST, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar (sampael destruktif) bobot basah akar saat panen, bobot kering akar saat panen, bobot kering 100 biji, produksi biji persampel dan produksi biji per plot. Interaksi antara perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4 dan MST, bobot kering 100 biji dan bobot basah akar (tanaman sampael destruktif). Tinggi Tanaman (cm) Hasil pengamatan tinggi tanaman 2 MST dan daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST.
Uji beda rataan tinggi tanaman 2 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 1. Tinggi tanaman umur 2 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 13.72 14.81 14.97 13.88 14.34 W2 13.78 14.08 14.42 15.34 14.40 W3 13.14 14.18 15.38 15.93 14.66 W4 14.43 15.23 15.63 15.48 15.19 Rataan 13.77 b 14.57 ab 15.10 a 15.16 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 0, dan berbeda tidak nyata dengan A 1 dan A 2. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST Hasil pengamatan tinggi tanaman 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam 4 dan 5 MST dapat dilihat pada lampiran 5, 6, 7dan 8. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 dan 5 MST. Uji beda rataan tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 2. Tinggi tanaman 4 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 20.50 25.23 25.69 23.64 23.77 c W2 22.78 25.64 25.78 26.38 25.15 bc W3 23.55 24.43 28.05 28.16 26.05 ab W4 28.64 28.85 28.59 26.13 28.05 a Rataan 23.87 26.04 27.03 26.08 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla, perlakuan W 4 berbeda nyata dengan W 2 dan W 1 dan berbeda tidak nyata dengan W 3. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 4 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 4 MST
Uji beda rataan tinggi tanaman 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 3. Tinggi tanaman 5 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 31.89 35.27 35.68 33.66 34.13b W2 31.81 35.11 35.67 36.59 34.79b W3 31.48 34.19 38.98 38.88 35.88ab W4 39.53 39.08 39.73 35.97 38.58a Rataan 33.68 35.91 37.51 36.27 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla, perlakuan W 4 berbeda nyata dengan W 2 dan W 1 berbeda tidak nyata dengan W 3. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman umur 5 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 5 MST Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata pada para meter tinggi tanaman 4 dan 5 MST, hal ini disebabkan karena pemberian kompos
azolla pada saat tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, dan ini menunjukkan waktu aplikasi kompos setiap tanaman berbeda, pada tanaman kedelai pengaplikasian saat tanam memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang baik. Hal ini sesuai pernyataan dari pernyataan Sutedjo (2002), kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapan) adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya, dengan demikian pemupukan tak boleh dilakukan sembarang waktu, harus diperhatikan waktu yang dibituhkan. Jumlah Daun (helai) Hasil pengamatan jumlah daun 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam jumlah daun 4 dan 5 MST dapat dilihat pada lampiran 15, 16, 17 dan 18. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi waktu aplikasi kompos azolla, terhadap jumlah daun 4 dan 5 MST. Uji beda rataan jumlah daun 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini. Tabel 4. Jumlah daun 4 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 4.50 d 5.75 abc 5.50 abc 5.42 abcd 5.29 W2 4.50 d 4.92 cd 5.00 bcd 5.92 abc 5.08 W3 4.58 d 5.00 bcd 5.83 abc 6.25 a 5.42 W4 6.00 ab 5.33 abcd 5.42 abcd 5.08 bcd 5.46 Rataan 4.90 5.25 5.44 5.67 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W 3 A 3 berpengaruh nyata dengan W 1 A 0, W 2 A 0, W 2 A 1, W 2 A 2, W 3 A 0, W 3 A 1, W 4 A 3, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W 1 A 1, W 1 A 2, W 1 A 3, W 2 A 3, W 3 A 2, W 4 A 0, W 4 A 1, dan W 4 A 2. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada waktu aplikasi kompos azolla Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada berbagai dosis kompos azolla Uji beda rataan jumlah daun 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 5. Jumlah daun 5 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 8.33f 10.92abcde 10.25cdef 11.33abcd 10.21 W2 8.75fg 10.75bcdef 10.33cdef 12.58ab 10.60 W3 8.83efg 9.67defg 12.00abc 12.92a 10.85 W4 11.58abcd 10.83abcd 11.08abcd 11.08abcd 11.15 Rataan 9.38 10.54 10.92 11.98 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W 3 A 3 berpengaruh nyata dengan W 1 A 0, W 1 A 2, W 2 A 0, W 2 A 1, W 2 A 2, W 3 A 0, W 3 A 1, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W 1 A 1, W 1 A 3, W 2 A 3 W 3 A 2 W 4 A 0, W 4 A 1, W 4 A 2, W 4 A 3.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada waktu aplikasi kompos azolla Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada berbagai dosis kompos azolla Hasil pengamatan jumlah daun 6 MST dan daftar sidik ragam Jumlah Daun 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos
azolla berpengaruh nyata, sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah Daun 6 MST. Uji beda rataan rataan jumlah daun 6 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 6. Jumlah daun 6 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 12.83 15.67 15.00 17.08 15.15b W2 12.33 17.25 16.33 16.58 15.63b W3 13.75 14.25 17.92 19.00 16.23ab W4 16.83 16.58 17.00 18.50 17.23a Rataan 13.94c 15.94b 16.56ab 17.79a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla W 4 berbeda nyata dengan W 2, W 1 dan berbeda tidak nyata dengan W 3. Pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 1, A 0 dan berbeda tidak nyata dengan A 2. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 9. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan waktu aplikasi kompos azolla teradapat pada perlakuan W 3 (waktu aplikasi kompos azolla 7 hari sebelum tanam) A 3 (dosis kompos azolla 60 g) berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 dan 5 MST. Pengaplikasian kompos azolla pada 7 hari sebelum tanam dan semakin tinggi kompos azolla yang diberikan maka hasil yang diperoleh semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin banyak bahan organik dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Sementara waktu aplikasi kompos azolla, diaplikasikan
tepat pada waktunya maka kompos akan terdekomposisi sehingga semakin bagus untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan akan mudah diserap oleh tanaman,. Dengan demikian, unsur hara yang ada dalam kompos tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa, dengan pembenaman selama 7-15 hari sebelum tanam dapat menghasilkan nitrogen yang akan tersedia sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Dan didukung oleh pernyataan Isroi (2007) yang menyatakan kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Jumlah Cabang Produktif (Cabang) Hasil pengamatan jumlah cabang produktif dan daftar sidik ragam jumlah cabang produktif dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. Uji beda rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 7. Jumlah cabang produktif (cabang) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 3.58 3.75 4.25 4.25 3.96 W2 3.33 4.17 4.00 3.83 3.83 W3 3.17 3.58 4.25 4.58 3.90 W4 3.42 4.33 4.25 3.83 3.96 Rataan 3.38b 3.96ab 4.19a 4.13a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 2 berbeda nyata dengan A 1 dan A 0 dan berbeda tidak nyata dengan A 3. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 10 Gambar 10. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif Perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif, tinggi tanaman 2 MST dan jumlah daun 4, 5 dan 6 MST. Dari tabel rataan tinggi tanaman 2 MST menunjukkan bahwa perlakuan A 3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata dengan A 0 dan tidak berbeda nyata pada perlakuan A 1 dan A 2. Dari tabel rataan jumlah daun 6 MST menunjukkan perlakuan A 3 berbeda nyata pada perlakuan A 1 dan A 0 dan tidak berbeda nyata dengn A 2. Hal ini diduga karena semakin banyak bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah, maka unsur hara dalam tanah semakin meningkat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pada kompos azolla unsur hara N paling menonjol (3-5%), dimana unsur N sangat berperan dalam paertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut redaksi Agromedia (2007), bahwa salah satu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membangun tubuhnya
adalah protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur Nitrogen, maka tanaman pun banyak memerlukan unsur Nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya tanaman membutuhkan pupuk Nitrogen atau pupuk yang berkadar N yang tinggi. Hal ini juga didukung penyataan Ngadiman, dkk (1992) yang menyatakan kandungan yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3-5%). Mineralisasi hara nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif dimana hara Nitrogen sangat diperlukan dalam mensitesis asam amino dan asam nukleat sebagai senyawa esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bobot Basah Tajuk (g) Hasil pengamatan bobot basah tajuk dan daftar sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk. Uji beda rataan bobot basah tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 8. Bobot basah tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 19.89 20.07 23.32 25.47 22.19 W2 13.55 30.48 29.23 35.86 27.28 W3 26.33 21.59 29.27 24.09 25.32 W4 18.68 27.18 32.82 27.67 26.59 Rataan 19.61b 24.83a 28.66a 28.27a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 2 berbeda nyata dengan A 0, dan berbeda tidak nyata dengan A 1 dan A 3. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk Bobot Basah Akar (g) Hasil pengamatan bobot basah akar dan daftar sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Uji beda rataan bobot basah akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :
Tabel 9. Bobot basah akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 10.89e 14.71de 13.78de 22.42abc 15.45 W2 11.45e 19.05abcd 23.24abc 23.61ab 19.34 W3 14.46de 16.67bcde 13.79de 15.87cde 15.20 W4 16.78bcde 18.18abcd 24.76a 19.46abcd 19.79 Rataan 13.39 17.15 18.89 20.34 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W 4 A 2 berpengaruh nyata dengan W 1 A 0, W 1 A 1, W 1 A 2, W 2 A 0, W 3 A 0, W 3 A 1, W 3 A 2, W 3 A 3, W 4 A 0,, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W 1 A 3, W 2 A 1, W 2 A 2, W 2 A 3 W 4 A 1, W 4 A 3. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 12. Gambar 12. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada waktu aplikasi kompos azolla Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada berbagai dosis kompos azolla Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata pada perlakuan W 4 A 2. Pada tabel terlihat perlakuan W 4 A 2 berbeda nyata dengan W 1 A 0, W 1 A 1, W 1 A 2, W 2 A 0, W 3 A 0, W 3 A 1, W 3 A 2, W 3 A 3, W 4 A 0,, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W 1 A 3, W 2 A 1, W 2 A 2, W 2 A 3 W 4 A 1, W 4 A 3. Hal ini diduga karena waktu aplikasi kompos azolla pada saat tanam dan semakin banyak kompos azolla diaplikasikan kedalam tanah maka unsur hara yang terdapat dalam pada kompos azolla langsung tersedia ketika diaplikasi. Ketersediaan kompos azolla dapat memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang mempunyai aerse dan drainase yang baik dapat sangat menentukan pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai pernyataan Prihatman (2000) menyatakan kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Menurut Isroi (2007)
yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dengan penambahan kompos. Bobot Kering Tajuk (g) Hasil pengamatan bobot kering tajuk dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Uji beda rataan bobot kering tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 10. Bobot kering tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 7.63 7.88 10.02 9.13 8.66 W2 5.44 11.49 9.64 11.81 9.59 W3 9.18 7.86 10.50 9.75 9.32 W4 7.03 9.81 12.70 10.59 10.03 Rataan 7.32b 9.26a 10.71a 10.32a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 10. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 2 berbeda nyata dengan A 0 dan berpengaruh tidak nyata dengan A 1, dan A 3. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk Bobot Kering Akar (g) Hasil pengamatan bobot kering akar dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berbeda nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Uji beda rataan bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 11. Bobot kering akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 2.64 3.33 3.67 4.60 3.56 W2 3.36 3.68 5.74 5.12 4.48 W3 3.64 3.37 3.91 3.78 3.68 W4 3.16 3.59 5.02 5.89 4.41 Rataan 3.20b 3.49b 4.58a 4.85a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 11. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 1 dan A 0 dan berbeda tidak nyata dengan A 2. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar Bobot Baasah Akar (g) Saat Panen Hasil pengamatan bobot basah akar saat panen dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar saat panen. Uji beda rataan bobot basah akar saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :
Tabel 12. Bobot basah akar (g) saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 11.43 13.29 11.25 14.47 12.61 W2 10.60 15.25 15.97 16.45 14.57 W3 12.71 12.05 14.84 17.00 14.15 W4 13.43 14.50 16.96 14.49 14.84 Rataan 12.04b 13.77ab 14.75a 15.60a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 0 dan berbeda tidak nyata dengan A 2, dan A 1. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat panen Bobot Kering Akar (g) Saat Panen Hasil pengamatan bobot kering akar saat panen dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar saat panen. Uji beda rataan bobot kering akar saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 13. Bobot kering akar (g) saat panen Pada Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 2.68 2.83 2.65 3.34 2.87 W2 2.77 3.36 3.26 3.76 3.29 W3 3.04 2.77 3.75 3.81 3.34 W4 2.91 3.28 3.63 3.19 3.26 Rataan 2.85 c 3.06 b 3.32 ab 3.52 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 13. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 0 dan A 1 dan berbeda tidak nyata A 2. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar saat panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar saat panen
Dari hasil uji beda rataan, perlakuan berbagai dosis azolla pada parameter bobot, bobot basah akar, bobot basah akar saat panen, pada perlakuan A 3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata terhadap perlakuan A 0, dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A 1 dan A 2. Pada parameter bobot kering akar, dan bobot kering akar saat panen pada perlakuan A 3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata terhadap perlakuan A 1 dan A 0, dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A 2. Pada parameter bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan jumlah cabang utama pada perlakuan A 2 (40 g dosis kompos azolla) berbeda nyata pada perlakuan A 0 dan berbeda tidak nyata pada perlakuan A 1 dan A 3. Hal ini diduga karena banyaknya jumlah dosis kompos azolla yang diaplikasikan kedalam tanah mempengaruhi kandungan bahan organik tanah yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Kemudian kompos azolla yang di berikan mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, Mn dan Fe yang dibutuhkan tanaman dan diserap oleh akar. Apabila akar dapat menyerap seluruh unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara maka dapat mendukung proses fotosintesis sehingga langsung berpengaruh pertumbuhan tanaman secara baik. Dan akan meningkatkan bobot kering pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tyasmoro (2006) menyatakan peningkatan jumlah azolla mengakibatkan peningkatan pertumbuhan dan bobot kering tanaman. Menurut Agromedia (2007) bahwa pada masa pertumbuhan, tanaman memerlukan nutrisi untuk mendukung perumbuhan vegetatif baik batang, cabang maupun daun. Produksi Biji Per Sampel (g) Hasil pengamatan produksi biji per sampel dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap produksi biji per sampel. Uji beda rataan produksi biji per sampel pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 14. Produksi biji per sampel (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 15.33 18.29 16.70 21.45 17.94 W2 15.14 19.00 18.43 19.58 18.04 W3 14.89 14.32 18.29 23.03 17.63 W4 16.73 20.25 19.39 20.66 19.26 Rataan 15.5 c 17 b 18.20 b 21.18 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 14. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 2, A 1 dan A 0. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan produksi biji per sampel dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan produksi biji per sampel
Produksi Biji Per Plot (g) Hasil pengamatan produksi biji per plot dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 37 dan 38. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap produksi biji per plot. Uji beda rataan produksi biji per plot pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 15. Produksi biji per plot (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 61.34 73.15 66.81 85.79 71.77 W2 60.57 75.98 73.70 78.33 72.15 W3 59.54 57.29 73.17 92.13 70.53 W4 66.93 81.01 77.57 82.63 77.04 Rataan 62.10 c 71.86 b 72.81 b 84.72 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 15. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A 3 berbeda nyata dengan A 2, A 1 dan A 0. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan produksi biji per plot dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan produksi biji per plot Bobot Kering 100 Biji (g) Hasil pengamatan bobot kering 100 biji dan daftar sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 39 dan 40. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji. Uji beda rataan bobot kering 100 biji pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 16. Bobot kering 100 biji (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan A0 A1 A2 A3 W1 14.23bcd 14.21bcd 13.66cd 13.97bcd 14.02 W2 13.33d 14.16bcd 13.84bcd 14.68b 14.00 W3 13.49cd 14.15bcd 14.47bc 14.18bcd 14.07 W4 13.68cd 14.99ab 14.42bc 15.89a 14.75 Rataan 13.68 14.38 14.10 14.68 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %. Pada tabel 16. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W 4 A 3 berbeda nyata
dengan W 1 A 0, W 1 A 1, W 1 A 2, W 1 A 3, W 2 A 0, W 2 A 1, W 2 A 2, W 2 A 3, W 3 A 0, W 3 A 1, W 3 A 2, W 3 A 3, W 4 A 0, W 4 A 2, W 4 A 3, dan berbeda tidak nyata dengan W 4 A 1 Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering 100 biji pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 20. Gambar 20. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering 100 biji pada waktu aplikasi kompos azolla Hubungan waktu aplikasi azolla dengan bobot kering 100 pada berbagai dosis kompos kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 21. Gambar 21. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot kering 100 pada berbagai dosis kompos azolla
Dari hasil uji statistik perlakuan berbagai dosis azolla didapatkan bahwa produksi biji per plot, produksi biji persampel dan bobot kering perlakuan A 3 (60 g dosis kompos azolla) bebeda nyata terhadap perlakuan A 2, A 1, A 0. Hal ini disebabkan karena kompos azolla merupakan salah satu bahan organik yang cocok dimanfaatkn untuk peningkatan produksi kedelai pada dosis tertentu dimana kadar dan kualitas bahan organik sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman dan menghasilkan senyawa yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ngadiman, dkk (1992) yang menyatakan Masukan bahan organik kedalam tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berdaya membenahi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kadar dan kualitas bahan organik didalam tanah sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman, sehingga harkatnya perlu dipertahankam pada kisaran tertentu dengan pasokan bahan organik. Ini didukung pernyataan dari Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan waktu aplikasi kompos azolla teradapat pada perlakuan W 4 (waktu aplikasi kompos azolla saat tanam) A 3 (dosis kompos azolla 60 g) berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji. W 4 A 3 berbeda nyata dengan W 1 A 0, W 1 A 1, W 1 A 2, W 1 A 3, W 2 A 0, W 2 A 1, W 2 A 2, W 2 A 3, W 3 A 0, W 3 A 1, W 3 A 2, W 3 A 3, W 4 A 0, W 4 A 2, W 4 A 3, dan berbeda tidak
nyata dengan W 4 A 1. Hal ini diduga karena waktu aplikasi kompos azolla pada saat tanam dan semakin banyak kompos azolla diaplikasikan kedalam tanah maka unsur hara yang terdapat dalam pada kompos azolla langsung tersedia ketika diaplikasi. Ketersediaan kompos azolla dapat memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang mempunyai aerse dan drainase yang baik dapat sangat menentukan pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai pernyataan Prihatman (2000) menyatakan kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Menurut Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dengan penambahan kompos.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Waktu aplikasi kompos azolla memperoleh hasil yang baik pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla saat tanam (W 4 ) terhadap tinggi tanaman 4 MST (28,05 cm) dan 5 MST (38,8 cm), jumlah daun 6 MST (17,23 helai) 2. Berbagai dosis kompos azolla memperoleh hasil yang baik pada perlakuan dosis kompos azolla 60 g per tanaman (A 3 ) terhadap tinggi tanaman 2 MST (15,16 cm), jumlah daun 6 MST (17,79 helai), bobot kering akar (4.85 g), bobot kering akar saat panen (3,52 g), hasil yang baik juga diperoleh pada perlakuan 40 g per tanaman (A 2 ) terhadap jumlah cabang produktif (4,13 cabang), bobot basah tajuk (28,66 g), bobot kering tajuk (10,71g), bobot basah akar saat panen (15,60 g), dan meningkatkan produksi biji per sampel dimana produksi yang terendah perlakuan dosis 0 g per tanaman (A 0 ) (15,5 g), tertinggi pada perlakuan A 3 (21,18 g), dan produksi biji per plot dimana produksi yang terendah perlakuan A 0 (62,10 g), tertinggi perlakuan A 3 (84,72 g). 3. Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla memperoleh hasil yang baik pada perlakuan W 3 A 3 terhadap jumlah daun 4 MST (6,25 helai) dan 5 MST (12,92 helai), hasil yang baik juga diperoleh pada perlakuan W 3 A 4 terhadap bobot basah akar (24,76 g), dan meningkatkan bobot kering 100 biji dimana produksi yang terendah perlakuan W 2 A 0 (13,33) tertinggi perlakuan W 3 A 3 (15,89 g).
Saran Disarankan untuk penelitian lanjutan, waktu aplikasi kompos azolla dilaksanakan saat panen dan meningkatkan dosis kompos azolla untuk mendapatkan dosis anjuran yang sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman Kedelai.