BAB IV HASIL DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA KERJA PADA PEKERJAAN INSTALASI VERTICAL DRAIN DAN GEOTEXTILE DI KAWASAN INDUSTRI KENDAL

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Kuesioner

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

Analisis Penerapan Keselamatan Kerja Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan Pendekatan Fault Tree Anlysis (FTA)

Keselamatan kerja (work safety) pada setiap pekerjaan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pe

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI

ANALISA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROYEK MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) (STUDY KASUS PADA PROYEK JALAN HOTMIX

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembahasan. 4.1 Uji Validitas

MANAJEMEN RISIKO K3 (Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko)

HADI SUTANTO NRP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

III. METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal dilakukan


BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional. Cross sectional adalah penelitian non. data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010).

KUESIONER ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

Nama : Esa Rahmanda Hardianto NPM : Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST.,MT.

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga.

ANALISA KETERLAMBATAN PROYEK MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Akhir karena pada bab ini akan diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban dari

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

I. DATA UMUM. Nama responden : Jenis Kelamin : Umur : Masa Kerja : Pendidikan terakhir : Departemen : II. DATA KHUSUS (PERTANYAAN PENELITIAN)

PT. SAAG Utama PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO No: PK.HSE.01 Berlaku : Revisi : 00 Hal.

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

BAB III METODE PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PERSEPSI RISIKO TENTANG KEBAKARAN PADA PEKERJA DI PT. INDONESIA TORAY SYNTHETICS TAHUN 2016

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PERILAKU BAHAYA KERJA TERHADAP RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT SUBUR SARI LASTDERICH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

Reliability. Scale: ALL VARIABLES. Case Processing Summary N %

MATERI APLIKASI KOMPUTER LANJUT UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS


Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

69 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009

Kata Pengantar. Daftar Isi

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANSPORTASI KRL EKONOMI JURUSAN DEPOK - JAKARTA NOVIA TRI UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

#11 MANAJEMEN RISIKO K3

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2

LAMPIRAN. KUESIONER PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN PT. Mandiri Berlima

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

KUISIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu dengan memahami, mengidentifikasi, dan mengevaluasi risiko suatu

PENGARUH HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL TOYOTA AGYA DI WILAYAH JAKARTA TIMUR

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PT. BINA KARYA KUSUMA

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Scale. Variance if. Item Deleted. butir_ butir_ butir_

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan

MANAJEMEN RESIKO K3I

KUESIONER PENELITIAN MENGENAI TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PT PANATRADE CARAKA, JAKARTA

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

BAB III METODE PENELITIAN

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Kuesioner 4.1.1 Kuesioner Pakar Butir kuesioner yang digunakan diambil berdasarkan studi literatur terdahulu. Sebelum kuesioner diberikan ke responden, maka kuesioner akan dikonsultasikan terlebih dahulu setiap butirnya oleh pakar atau ahli. Pakar atau ahli ialah seseorang yang banyak dianggap sebagai sumber tepercaya atas teknik maupun keahlian tertentu yang bakatnya untuk menilai dan memutuskan sesuatu dengan benar, baik, maupun ada sesuai dengan aturan dan status oleh sesamanya ataupun khayalak dalam bidang khusus tertentu. Dalam penelitian ini, pakar yang dituju adalah pakar dalam bidang pelaksanaan konstruksi vertical drain dan geotextile. Pakar yang dituju terdiri dari Project Manager, HSE Supervisor, dan HSE Manager. Hasil konsultasi setiap butir kuesioner akan diminta persetujuan pendapat dari para pakar, lalu butir-butir yang tidak disetujui oleh pakar akan dieliminasi, setelah itu akan dibuat form kuesioner baru dengan butir kuesioner yang telah disetujui oleh pakar yang akan diberikan kepada responden. Butir kuesioner yang diajukan ke pakar disajikan pada tabel 4.2. Setelah butir kuesioner dikonsultasikan kepada pakar, maka dibuat rekapitulasi yang disajikan pada tabel 4.3. IV-1

Tabel 4.2 Butir Kuesioner Untuk Pakar/Ahli No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber 1 Unsafe Act 2 Unsafe Condition Penggunaan APD X1 Tidak menggunakan helm safety X2 Tidak menggunakan sepatu safety X3 Tidak menggunakan sarung tangan X4 Tidak menggunakan kacamata safety X5 Tidak menggunakan masker X6 Tidak menggunakan body harness X7 Berpura-pura menggunakan alat pelindung diri Tingkah Laku Pekerja X8 Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau Housekeeping Dwi, 2016 X9 Merokok di area kerja X10 Tidak mematuhi prosedur kerja HIRARC X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 Mengangkat beban yang berlebih dengan cara yang salah Menjalankan mesin/peralatan pada kecepatan yang tidak semestinya Merancang/memasang peralatan tanpa pengaman Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan Mengambil posisi di tempat yang berbahaya Terlalu lama berada dalam posisi yang tidak benar Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 HIRARC HIRARC X18 Jalan akses tidak bersih dan tidak rata X19 Daerah kerja banyak sampah X20 Lokasi kerja licin X21 Ada api di lokasi kerja Dwi, 2016 X22 Pelindung/pembatas kerja tidak memadai Dwi, 2016 X23 Kebisingan yang berlebih Dwi, 2016 Elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia X24 Kabel yang terkelupas/terbuka dan terpotong IV-2

Tabel 4.2 Butir Kuesioner Untuk Pakar/Ahli (lanjutan) No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Kondisi Alam X25 X26 X27 Tidak ada penerangan di area gelap Peralatan listrik tidak pada kondisi yang memadai Ada genangan air di sekitar area listrik Dwi, 2016 X28 Terkena gas atau uap yang mudah HIRARC terbakar X29 Terkena bahan mudah terbakar HIRARC X30 Terkena bahan korosif HIRARC X31 Bencana alam (gempa bumi, banjir, dll) Messah dkk, 2012 X32 Cuaca yang tidak menentu Messah dkk, 2012 X33 Kerusakan lingkungan (polusi, limbah) Peringatan terhadap kecelakaan X34 Tidak ada rambu peringatan penggunaan APD X35 X36 Tidak ada rute penyelamatan saat bahaya Tidak ada rambu peringatan dan perlindungan Messah dkk, 2012 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Pakar yang dituju terdiri dari Project Manager, HSE Supervisor, dan HSE Manager. Biografi singkat tentang pakar yang dituju sebagai konsultan pada penelitian penulis disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Biografi Singkat Pakar Pakar Jabatan Pengalaman Pendidikan Kerja Pakar 1 : HSE Manager 20 tahun S2 Teknik Sipil Pakar 2 : Project Manager 11 tahun S1 Teknik Sipil Pakar 3 : HSE Supervisor 8 tahun D3 Teknik Sipil IV-3

Tabel 4.4 Rekapitulasi Butir Kuesioner Dari Pakar/Ahli Indikator Sub-Indikator Sumber Penggunaan APD X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Tidak menggunakan helm safety Tidak menggunakan sepatu safety Tidak menggunakan sarung tangan Tidak menggunakan kacamata safety Tidak menggunakan masker Tidak menggunakan body harness Berpura-pura menggunakan alat pelindung diri Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Persetuju an Pakar Y T Y T Y T Y T Dwi, 2016 Tingkah Laku Pekerja X8 Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau X9 Merokok di area kerja X10 Tidak mematuhi prosedur kerja HIRARC X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 Housekeeping X18 Mengangkat beban yang berlebih dengan cara yang salah Menjalankan mesin/peralatan pada kecepatan yang tidak semestinya Merancang/memasang peralatan tanpa pengaman Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan Mengambil posisi di tempat yang berbahaya Terlalu lama berada dalam posisi yang tidak benar Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan Jalan akses tidak bersih dan tidak rata Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 HIRARC HIRARC IV-4

Tabel 4.4 Rekapitulasi Butir Kuesioner Dari Pakar/Ahli (lanjutan) Indikator Sub-Indikator Sumber X19 Daerah kerja banyak sampah Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Persetuju an Pakar Y T Y T Y T Y T X20 Lokasi kerja licin X21 Ada api di lokasi kerja Dwi, 2016 X22 Pelindung/pembatas kerja tidak memadai Dwi, 2016 X23 Kebisingan yang berlebih Dwi, 2016 Elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia X24 Kabel yang terkelupas/terbuka dan terpotong X25 X26 X27 X28 Kondisi Alam X31 Tidak ada penerangan di area gelap Peralatan listrik tidak pada kondisi yang memadai Ada genangan air di sekitar area listrik Terkena gas atau uap yang mudah terbakar Dwi, 2016 HIRARC X29 Terkena bahan mudah HIRARC terbakar X30 Terkena bahan korosif HIRARC X32 X33 Bencana alam (gempa bumi, banjir, dll) Cuaca yang tidak menentu Kerusakan lingkungan (polusi, limbah) Peringatan terhadap kecelakaan X34 Tidak ada rambu peringatan penggunaan APD X35 X36 Tidak ada rute penyelamatan saat bahaya Tidak ada rambu peringatan dan perlindungan Messah dkk, 2012 Messah dkk, 2012 Messah dkk, 2012 Dwi, 2016 Dwi, 2016 Dwi, 2016 IV-5

Tabel 4.5 Alasan Pernyataan tidak dari Pakar/Ahli Butir Kuesioner Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 X5 Penggunaan masker tidak diperlukan karena karena tidak ada proses pekerjaan yang menghasilkan gas atau asap beracun, sisa kegiatan seperti serbuk atau yang lainnya Pada proses instalasi, tidak ada proses pekerjaan yang menghasilkan gas atau asap yang dapat membahayakan baik pekerja maupun lingkungan, yang ada mungkin hanya tumpahan bahan bakar atau bahan lainnya yang dapat mencemari lingkungan sehingga tidak diperlukan adanya penggunaan masker selain untuk menghalangi debu agar tidak masuk ke saluran pernapasan - X6 Dalam proses pekerjaan, instalasi tidak berada dalam ketinggian sehingga tidak diperlukan penggunaan body harness - Di lapangan, penggunaan body harness hanya untuk proses setting alat instalasi saja, sedangkan pada proses instalasi tidak ada pekerjaan yang memerlukan body harness X7 Klasifikasi penggunaan APD dalam kuesioner tidak disebutkan dengan jelas dan kurang detail Tindakan pada butir kuesioner tersebut tidak menimbulkan bahaya kerja karena dapat dikoreksi secara langsung Klasifikasi penggunaan APD dalam kuesioner klasifikasinya tidak dijelaskan secara detail X22 Pelindung/pembatas kerja yang disebutkan dalam kuesioner tidak jelas - - 4.1.2 Kuesioner Responden Penelitian Butir kuesioner yang digunakan diambil berdasarkan studi literatur terdahulu. Butir kuesioner yang digunakan untuk responden sudah terlebih dahulu dikonsultasikan dan disetujui oleh pakar/ahli yang sesuai dengan bidang penelitian. Butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian disajikan pada tabel 4.6. IV-6

Tabel 4.6 Butir Kuesioner Responden No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber 1 Unsafe Act 2 Unsafe Condition Penggunaan APD X1 Tidak menggunakan helm safety X2 Tidak menggunakan sepatu safety X3 Tidak menggunakan sarung tangan X4 Tidak menggunakan kacamata safety Tingkah Laku Pekerja X5 Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau X6 Merokok di area kerja X7 Tidak mematuhi prosedur kerja HIRARC X8 Mengangkat beban yang berlebih Dwi, 2016 dengan cara yang salah X9 Menjalankan mesin/peralatan pada Dwi, 2016 kecepatan yang tidak semestinya X10 Merancang/memasang peralatan tanpa pengaman Dwi, 2016 X11 X12 X13 X14 Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan Mengambil posisi di tempat yang berbahaya Terlalu lama berada dalam posisi yang tidak benar Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan Dwi, 2016 Dwi, 2016 HIRARC HIRARC Housekeeping X15 Jalan akses tidak bersih dan tidak rata X16 Daerah kerja banyak sampah X17 Lokasi kerja licin X18 Ada api di lokasi kerja Dwi, 2016 X19 Pelindung/pembatas kerja tidak Dwi, 2016 memadai X20 Kebisingan yang berlebih Dwi, 2016 Elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia X21 Kabel yang terkelupas/terbuka dan terpotong X22 Tidak ada penerangan di area gelap X23 Peralatan listrik tidak pada kondisi yang memadai X24 Ada genangan air di sekitar area listrik Dwi, 2016 X25 Terkena gas atau uap yang mudah HIRARC terbakar X26 Terkena bahan mudah terbakar HIRARC X27 Terkena bahan korosif HIRARC IV-7

Tabel 4.6 Butir Kuesioner Responden (lanjutan) No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Kondisi Alam X28 Bencana alam (gempa bumi, banjir, dll) Messah dkk, 2012 X29 Cuaca yang tidak menentu Messah dkk, 2012 X30 Kerusakan lingkungan (polusi, limbah) Messah dkk, 2012 Peringatan terhadap kecelakaan X31 Tidak ada rambu peringatan Dwi, 2016 penggunaan APD X32 Tidak ada rute penyelamatan saat Dwi, 2016 bahaya X33 Tidak ada rambu peringatan dan perlindungan Dwi, 2016 4.2 Analisis Statistik Data Kuesioner Data kuesioner yang telah diisi responden selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS untuk menguji validitas dan reliabilitas masing-masing butir pada kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas instrumen merupakan suatu proses untuk menilai valid atau tidaknya data pada kuesioner. Hasil penelitian bias dipercaya apabila datanya diukur dengan menggunakan alat ukur atau instrumen yang valid dan reliabel. 4.2.1 Uji Validitas Pengujian dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jika ada pernyataan yang tidak valid, maka pernyataan tersebut dibuang. Hanya pernyataan yang valid saja yang bisa diukur reliabilitasnya. IV-8

Menurut Sugiyono, 2012, instrumen yang valid harus memiliki faktor atau item dengan harga korelasi (r) lebih besar dari 0.30. Untuk uji validitas diperoleh hasil dari pengujian menggunakan Corrected Item Total Correlation tiap variabel. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS v24. Pada bagian Item Total Statistics, nilai r tabel untuk uji dua sisi taraf kepercayaan 90% atau signifikansi 10% dengan jumlah responden (n) = 31, memiliki derajat bebas atau degree of freedom (df) = n-2 = 31-2 = 29. Maka dengan df = 29 dan signifikansi 10% = 0,1, didapatkan r tabel = 0,3009. Tabel 4.7 Tabel r Statistika (untuk (n) = 1-40) Tingkat signifikansi untuk uji satu arah df = 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000 2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990 3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911 4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741 5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509 6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249 7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983 8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721 9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470 10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233 11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010 12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800 13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604 14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419 15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247 16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084 17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932 18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788 19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652 20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524 21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402 22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287 23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178 24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074 25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974 26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880 IV-9

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah df = 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790 28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703 29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620 30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541 31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465 32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392 33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322 34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254 35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189 36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126 37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066 38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007 39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950 40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896 Sumber : Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Sedangkan untuk r hitung, digunakan program SPSS v24 untuk menganalisis dengan mengacu pada bagian Corrected Item Total Correlation. Analisis dilakukan untuk setiap item penilaian yaitu dari tingkat keparahan dan frekuensi. Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan program SPSS v24 untuk penilaian tingkat keparahan terdapat satu butir pernyataan kuesioner yang dinyatakan tidak valid karena r yang diperoleh lebih kecil dari r tabel (0.3009), sedangkan pada penilaian frekuensi terdapat tiga butir pernyataan kuesioner yang tidak valid. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.8 dan 4.9. IV-10

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Tingkat Keparahan Tahap 1 Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted X1 221,7097 1098,013,811,737 X2 222,1290 1121,783,719,743 X3 222,2581 1128,265,571,745 X4 222,0968 1125,424,698,744 X5 222,6774 1107,226,710,740 X6 222,4194 1091,452,733,736 X7 221,9677 1110,032,633,741 X8 222,5161 1117,525,484,743 X9 221,8387 1126,806,531,744 X10 221,2903 1137,346,445,747 X11 221,3548 1133,103,572,746 X12 222,0968 1125,424,698,744 X13 222,8065 1137,028,391,747 X14 222,5806 1135,918,485,747 X15 223,5806 1133,118,333,746 X16 223,8387 1124,873,511,744 X17 223,3548 1123,170,383,744 X18 222,8710 1103,383,666,739 X19 222,5806 1124,985,777,744 X20 222,5484 1128,389,739,745 X21 221,5806 1126,318,741,744 X22 222,7097 1104,080,678,739 X23 222,4194 1135,652,524,746 X24 221,5484 1128,989,832,745 X25 221,4516 1116,989,569,742 X26 221,4839 1110,125,617,741 X27 221,6452 1103,103,639,739 X28 221,3871 1143,912,285,748 X29 222,9032 1140,424,341,748 X30 222,7419 1138,131,439,747 X31 222,5161 1090,925,878,736 X32 222,3226 1101,626,854,738 X33 222,2903 1100,946,862,738 TOTAL 112,9032 287,090 1,000,946 IV-11

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Frekuensi Tahap 1 Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted X1 180,8387 1519,340,745,736 X2 180,9677 1483,899,818,730 X3 180,6129 1506,178,828,733 X4 180,7419 1546,198,612,740 X5 180,9677 1567,766,335,744 X6 180,7097 1478,413,890,728 X7 181,5806 1503,918,829,733 X8 182,2581 1557,598,469,743 X9 182,4516 1541,323,817,739 X10 182,0323 1523,099,636,737 X11 182,2903 1536,880,462,740 X12 181,8710 1535,249,536,739 X13 181,9355 1545,462,469,741 X14 181,5484 1575,656,313,746 X15 182,0000 1562,133,498,743 X16 182,1613 1517,606,512,737 X17 182,4516 1560,523,344,743 X18 182,7419 1570,531,417,745 X19 182,2581 1550,865,645,741 X20 181,8065 1593,895 -,028,749 X21 182,3871 1573,312,266,745 X22 181,9355 1547,929,504,741 X23 182,5806 1547,918,708,741 X24 182,1935 1570,895,481,745 X25 182,7742 1578,447,341,746 X26 182,1290 1593,183 -,017,749 X27 181,8710 1569,249,346,745 X28 182,7419 1554,131,525,742 X29 182,7742 1556,247,485,742 X30 182,8065 1555,561,485,742 X31 181,9677 1517,232,860,735 X32 182,1935 1518,028,820,735 X33 182,5806 1546,918,768,740 TOTAL 92,3871 398,178 1,000,931 IV-12

Untuk uji validitas pada tahap kedua, semua butir pernyataan kuesioner yang tidak valid dieliminasi lalu diuji validitas ulang dengan SPSS v24. Dihasilkan seluruh butir pernyataan kuesioner semuanya valid untuk setiap penilaian baik dari tingkat keparahan maupun frekuensi karena r yang diperoleh lebih besar dari r tabel (0.3009). Lalu seluruh butir pernyataan yang valid akan diuji reliabilitasnya. Hasil analisis tahap 2 disajikan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Tingkat Keparahan Tahap 2 Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted X1 213,3871 1059,178,800,737 X2 213,8065 1082,428,705,743 X3 213,9355 1088,729,558,745 X4 213,7742 1086,047,681,744 X5 214,3548 1067,970,702,740 X6 214,0968 1053,224,718,736 X7 213,6452 1070,170,634,740 X8 214,1935 1078,161,476,743 X9 213,5161 1087,391,518,745 X10 212,9677 1097,699,429,747 X11 213,0323 1092,966,571,746 X12 213,7742 1086,047,681,744 X13 214,4839 1097,325,378,747 X14 214,2581 1095,931,478,747 X15 215,3548 1093,637,311,747 X16 215,2581 1091,665,354,746 X17 215,0323 1081,032,411,744 X18 214,5484 1063,323,672,739 X19 214,2581 1084,731,783,744 X20 214,2258 1088,114,744,745 X21 213,2581 1085,665,757,744 X22 214,3871 1062,978,698,739 X23 214,0968 1095,424,524,746 IV-13

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Tingkat Keparahan Tahap 2 (lanjutan) Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted X24 213,2258 1088,447,847,745 X25 213,1290 1077,316,565,742 X26 213,1613 1070,740,611,741 X27 213,3226 1064,492,625,739 X29 214,5806 1099,585,354,748 X30 214,4194 1098,118,431,747 X31 214,1935 1051,561,877,735 X32 214,0000 1061,200,868,738 X33 213,9677 1060,632,874,738 TOTAL 108,7419 277,065,999,945 Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Frekuensi Tahap 2 Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X1 164,8387 1486,540,753,739 X2 164,9677 1451,766,822,733 X3 164,6129 1474,445,827,736 X4 164,7419 1514,465,604,744 X5 164,9677 1535,632,329,748 X6 164,7097 1447,613,883,732 X7 165,5806 1472,318,827,736 X8 166,2581 1525,198,468,746 X9 166,4516 1509,056,817,742 X10 166,0323 1489,232,653,739 X11 166,2903 1501,546,490,742 X12 165,8710 1500,583,561,742 X13 165,9355 1509,996,502,743 X14 165,5484 1541,789,337,749 X15 166,0000 1528,933,510,746 X16 166,1613 1488,140,493,740 X17 166,4516 1530,256,319,747 X18 166,7419 1538,131,414,748 IV-14

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Frekuensi Tahap 2 (lanjutan) Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Item Deleted X19 166,2581 1519,131,635,744 X22 165,9355 1515,796,502,744 X23 166,5806 1515,785,705,744 X24 166,1935 1538,361,480,748 X25 166,7742 1546,181,332,749 X27 165,8710 1537,249,337,748 X28 166,7419 1521,865,523,745 X29 166,7742 1524,381,477,746 X30 166,8065 1523,561,479,745 X31 165,9677 1485,232,860,738 X32 166,1935 1485,895,821,738 X33 166,5806 1515,052,760,744 TOTAL 84,3871 389,978 1,000,937 4.2.2 Uji Reliabilitas Menurut Wieke Yuni Christina, 2012, uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur menghasilkan pengukuran yang sama atau konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur yang sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika jawaban terhadap instrumen tersebut konsisten atau stabil dari satu responden ke responden lainnya atau pada satu responden yang ditanyakan pada hari yang berbeda tetap memberikan jawaban yang sama. Berikut ketentuan uji reliabilitas dengan metode Cronbach Coefficien Alpha : a. Nilai Cronbach Coefficien Alpha < 0,6, menunjukkan bahwa instrumen penelitian tidak reliabel b. Nilai Cronbach Coefficien Alpha > 0,6, menunjukkan bahwa instrumen penelitian reliabel IV-15

Uji reliabilitas dilakukan setelah mengeliminasi butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Terdapat 29 variabel yang valid dari hasil uji validitas. Hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel 4.12 dan tabel 4.13. Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Keparahan Cronbach's Alpha N of Items,750 33 Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Frekuensi Cronbach's Alpha N of Items,751 31 Berdasarkan hasil uji reliabilitas, nilai Cronbach Coefficien Alpha untuk tingkat keparahan berada pada angka 0,750 dan untuk frekuensi berada pada angka 0,751 yang masing-masing nilainya lebih besar dari 0,6 yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian reliabel. 4.3 Nilai Potensi Bahaya Kerja Analisis nilai potensi bahaya kerja dilakukan dengan menggabungkan nilai tingkat keparahan dan frekuensi dari potensi bahaya yang dinyatakan dalam butir kuesioner. Dalam penentuan nilainya menggunakan matriks penilaian risiko sesuai dengan Australian Standard/New Zealand Standard for Risk Management (AS/NZS IV-16

4360:2004) yang disajikan pada tabel 4.14. Hasil rekapitulasi penilaian potensi bahaya disajikan pada tabel 4.16. Tabel 4.14 Matriks Penilaian Risiko Kemungkinan (peluang) Keparahan atau akibat 1 2 3 4 5 A H H E E E B M H H E E C L M H E E D L L M H E E L L M H H Sumber : Susihono, Tabel 4.15 Keterangan Matriks Penilaian Risiko Tingkatan E Penjelasan Extreme Risk (risiko ekstrim), memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak. Perbaikan sesegara mungkin. H High Risk (risiko tinggi), memerlukan pihak pelatihan oleh manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya. M Moderate Risk (risiko menengah), penangan oleh manajemen terkait. L Low Rsik (risiko rendah), kendalikan dengan prosedur rutin. Sumber : Susihono, IV-17

Tabel 4.16 Tingkatan Bahaya Potensi Bahaya Kerja No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Tingkat Keparahan Risiko Frekuensi Terjadinya Risiko Nilai Matriks Level Risiko 1 Unsafe Act Penggunaan APD X1 Tidak menggunakan helm safety 4 B 4B Extreme Risk X2 Tidak menggunakan sepatu safety 3 B 3B High Risk X3 Tidak menggunakan sarung tangan 3 B 3B High Risk X4 Tidak menggunakan kacamata safety 3 B 3B High Risk Tingkah Laku Pekerja X5 Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau 3 B 3B High Risk X6 Merokok di area kerja 3 B 3B High Risk X7 X8 Tidak mematuhi prosedur kerja Mengangkat beban yang berlebih dengan cara yang salah HIRARC 3 D 3D Moderate Risk Dwi, 2016 3 C 3C High Risk IV-18

Tabel 4.16 Tingkatan Bahaya Potensi Bahaya Kerja (lanjutan) No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Tingkat Keparahan Risiko Frekuensi Terjadinya Risiko Nilai Matriks Level Risiko X9 X10 X11 X12 X13 X14 Menjalankan mesin/peralatan pada kecepatan yang tidak semestinya Merancang/memasang peralatan tanpa pengaman Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan Mengambil posisi di tempat yang berbahaya Terlalu lama berada dalam posisi yang tidak benar Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan Dwi, 2016 3 D 3D Moderate Risk Dwi, 2016 4 C 4C Extreme Risk Dwi, 2016 4 D 4D High Risk Dwi, 2016 3 C 3C High Risk HIRARC 2 C 2C Moderate Risk HIRARC 3 C 3C High Risk 2 Unsafe Condition Housekeeping X15 Jalan akses tidak bersih dan tidak rata 2 C 2C Moderate Risk X16 Daerah kerja banyak sampah X17 Lokasi kerja licin 2 C 2C Moderate Risk 2 D 2D Low Risk IV-19

Tabel 4.16 Tingkatan Bahaya Potensi Bahaya Kerja (lanjutan) No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Tingkat Keparahan Risiko Frekuensi Terjadinya Risiko Nilai Matriks Level Risiko X18 Ada api di lokasi kerja Dwi, 2016 2 D 2D Low Risk X19 Pelindung/pembatas kerja tidak memadai Dwi, 2016 3 C 3C High Risk X20 Kebisingan yang berlebih Dwi, 2016 3 Tidak valid - Elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia X21 X22 Kabel yang terkelupas/terbuka dan terpotong Tidak ada penerangan di area gelap 4 Tidak valid - 3 C 3C High Risk X23 Peralatan listrik tidak pada kondisi yang memadai 3 D 3D Moderate Risk X24 X25 Ada genangan air di sekitar area listrik Terkena gas atau uap yang mudah terbakar Dwi, 2016 4 C 4C Extreme Risk HIRARC 4 D 4D High Risk X26 Terkena bahan mudah HIRARC 4 Tidak valid - terbakar X27 Terkena bahan korosif HIRARC 4 C 4C Extreme Risk IV-20

Tabel 4.16 Tingkatan Bahaya Potensi Bahaya Kerja (lanjutan) No Variabel Indikator Sub-Indikator Sumber Tingkat Keparahan Risiko Frekuensi Terjadinya Risiko Nilai Matriks Level Risiko Kondisi Alam X28 Bencana alam (gempa bumi, banjir, dll) Messah dkk, 2012 Tidak valid D - X29 Cuaca yang tidak menentu Messah dkk, 2012 3 D 3D Moderate Risk X30 Kerusakan lingkungan (polusi, limbah) Messah dkk, 2012 3 D 3D Moderate Risk Peringatan terhadap kecelakaan X31 Tidak ada rambu peringatan penggunaan APD Dwi, 2016 3 C 3C High Risk X32 X33 Tidak ada rute penyelamatan saat bahaya Tidak ada rambu peringatan dan perlindungan Dwi, 2016 3 C 3C High Risk Dwi, 2016 3 D 3D Moderate Risk IV-21

4.4 Fault Tree Analysis Menurut Priminta, 2012, fault tree analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan. Simbolsimbol yang digunakan dalam FTA disajikan dalam tabel 4.17. Tabel 4.17 Simbol-simbol dalam Fault Tree Analysis Simbol Keterangan Simbol Simbol Kejadian : menyatakan kejadian/ event yang terjadi dalam sistem Conditioning Event Conditioning event menyatakan suatu kondisi atau batasan khusus yang diterapkan pada suatu gerbang logika. Basic Event Basic event menyatakan kegagalan mendasar yang tidak perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari penyebab dari event tersebut. External Event External event menyatakan sebuah event yang diharapkan muncul secara normal, tidak termasuk dalam kejadian gagal. Intermediate Event Undeveloped Event Gerbang OR Gerbang AND Intermediate event menyatakan event yang muncul dari kombinasi kejadian masukan yang gagal yang masuk ke gerbang. Undeveloped event menyatakan sebuah event yang tidak diteliti lebih lanjut karena tidak tersedianya informasi atau karena konsekuensi event ini tidak terlalu penting. Gerbang OR menyatakan event yang muncul terjadi jika setidaknya salah satu masukan terjadi. Gerbang AND menyatakan event muncul jika semua masukan terjadi. Sumber : U.S Nuclear Regulatory Commision, 1981 IV-22

Pada analisis, kejadian puncak yang diambil adalah kecelakaan kerja sedangkan penyebab dasar kejadian puncak tersebut diambil dari penyebab-penyebab terjadinya potensi bahaya yang telah disajikan pada kuesioner yang sumbernya berasal dari jurnal, referensi lain, dan dari pakar. Penyebab terjadinya potensi bahaya disajikan pada tabel 4.18. Tabel 4.18 Penyebab dan Dampak Potensi Bahaya No Var Ind Sub-Indikator Penyebab Dampak Sumber A1 Unsafe Act B1 Penggunaan APD B2 X1 X2 X3 X4 Tidak menggunakan helm safety Tidak menggunakan sepatu safety Tidak menggunakan sarung tangan Tidak menggunakan kacamata safety Tingkah Laku Pekerja X5 X6 Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau Merokok di area kerja - Tertimpa material atau objek lainnya - Terpeleset, terjatuh, terkena benda tajam - Tertimpa material atau objek lainnya - Kontak dengan suhu panas, bahan bakar, bahan korosif dan lainnya - Terpotong dan tergores - Terkena debu - Kontak dengan bahan bakar, bahan korosif dan lainnya - Terpeleset, terjatuh - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak - Memicu kebakaran Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja dan cacat sebagian Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja dan cacat sebagian Cidera yang hanya memerlukan penanganan P3K Cidera yang memerlukan perawatan medis Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja tanpa cacat Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja tanpa cacat - HIRARC - HIRARC - HIRARC X7 Tidak mematuhi prosedur kerja - Terpotong, tergores, atau terjepit Cidera yang memerlukan perawatan medis IV-23

Tabel 4.18 Penyebab dan Dampak Potensi Bahaya (lanjutan) No Var Ind Sub-Indikator Penyebab Dampak Sumber A2 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 Unsafe Condition B3 Housekeeping X15 X16 Mengangkat beban yang berlebih dengan cara yang salah Menjalankan mesin/peralatan pada kecepatan yang tidak semestinya Merancang/memasa ng peralatan tanpa pengaman Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan Mengambil posisi di tempat yang berbahaya Terlalu lama berada dalam posisi yang tidak benar Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan Jalan akses tidak bersih dan tidak rata Daerah kerja banyak sampah - Terpeleset dan terjatuh - Kontak dengan aliran listrik - Kelelahan fisik Menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak - Terpotong, tergores, atau terjepit - Terpotong, tergores, atau terjepit - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak Cidera berat yang mengakibatkan cacat tetap atau kematian Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja tanpa cacat Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja tanpa cacat Cidera berat yang mengakibatkan cacat tetap atau kematian - Kelelahan fisik Menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan - Kelelahan fisik Menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak - Terpeleset dan terjatuh - Kontak dengan suhu panas, bahan bakar, bahan korosif dan lainnya - Terpeleset dan terjatuh X17 Lokasi kerja licin - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak - Terpeleset dan terjatuh Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan Cidera berat yang mengakibatkan cacat tetap atau kematian - HIRARC - HIRARC - HIRARC - HIRARC - HIRARC IV-24

Tabel 4.18 Penyebab dan Dampak Potensi Bahaya (lanjutan) No Var Ind Sub-Indikator Penyebab Dampak Sumber B4 X18 X19 Ada api di lokasi kerja Pelindung/pembatas kerja tidak memadai Elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia - Kontak dengan api, memicu kebakaran - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan Cidera berat yang mengakibatkan cacat tetap atau kematian - HIRARC B5 X22 X23 X24 X25 X27 Kondisi Alam X29 Tidak ada penerangan di area gelap Peralatan listrik tidak pada kondisi yang memadai Ada genangan air di sekitar area listrik Terkena gas atau uap yang mudah terbakar Terkena bahan korosif Cuaca yang tidak menentu - Menabrak atau tertabrak objek yang diam atau bergerak - Kontak dengan aliran listrik - Kontak dengan aliran listrik - Terpapar gas atau uap yang mudah terbakar - Kontak dengan bahan kimia yang korosif - Terkena penyakit akibat kerja Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan - HIRARC Cidera yang memerlukan perawatan medis Cidera yang memerlukan perawatan medis Cidera yang - HIRARC memerlukan perawatan medis Cidera yang hanya - HIRARC menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan X30 Kerusakan lingkungan (polusi, limbah) - Kontak dengan bahan kimia yang korosif dan bahan yang mudah terbakar Cidera yang hanya menghentikan sebagian kecil proses pekerjaan - HIRARC B6 Peringatan terhadap kecelakaan X31 X32 Tidak ada rambu peringatan penggunaan APD Tidak ada rute penyelamatan saat bahaya - Tidak menggunakan APD secara tertib - Terpeleset, terjatuh, terkena benda tajam - Tertimpa material atau objek lainnya - Tidak ada penanganan pertama saat terjadi bencana atau kecelakaan Cidera yang memerlukan perawatan medis Cidera yang mengakibatkan hilang hari kerja tanpa cacat IV-25

Tabel 4.18 Penyebab dan Dampak Potensi Bahaya (lanjutan) No Var Ind Sub-Indikator Penyebab Dampak Sumber X33 Tidak ada rambu peringatan dan perlindungan - Tidak menggunakan APD secara tertib - Terpeleset, terjatuh, terkena benda tajam - Tertimpa material atau objek lainnya - Kontak dengan suhu panas, bahan bakar, bahan korosif dan lainnya Cidera yang memerlukan perawatan medis - Tabel 4.19 Daftar Penyebab dari Sub-Indikator Potensi Bahaya Kerja Penyebab P1 Tertimpa material / objek lain P2 Terpeleset, terjatuh, terkena benda tajam P3 Tergores, terpotong, terjepit P4 Kontak dengan suhu panas, bahan mudah terbakar, bahan korodif dan lainnya P5 Terkena debu, serpihan material P6 Menabrak atau tertabrak objek yang bergerak atau diam P7 Kontak dengan api, memicu kebakaran, terpapar gas / uap yang mudah terbakar P8 Kontak dengan aliran listrik P9 Kelelahan fisik P10 Tidak menggunakan APD P11 Tidak ada penanganan pertama kecelakaan P12 Terkena penyakit akibat kerja Setelah mengetahui penyebab dan dampak dari masing-masing potensi bahaya, lalu dibuat diagram fault tree analysis dengan top event kecelakaan kerja (A) yang diuraikan menjadi unsafe act (A1) dan unsafe condition (A2). Diagram top event disajikan pada gambar 4.1 IV-26

Gambar 4.1 Diagram FTA top event (A) () Keterangan: A A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B6 : Kecelakaan kerja : Variabel 1, unsafe act : Variabel 2, unsafe condition : Indikator 1, penggunaan APD : Indikator 2, tingkah laku pekerja : Indikator 3, housekeeping : Indikator 4, elektrikal, pencahayaan dan bahan kimia : Indikator 5, kondisi alam : Indikator 6, peringatan terhadap kecelakaan Pada gambar 4.1 terlihat hubungan masing-masing kejadian sesuai dengan gerbang yang telah digambarkan. Pada bagian variabel, terdapat gerbang OR yang memiliki arti kejadian akan muncul apabila salah satu masukan terjadi, maksudnya apabila salah satu variabel potensi bahaya kerja (A1 atau A2) terjadi maka akan terjadi kecelakaan kerja. IV-27

Selanjutnya, pada bagian A1 terdapat gerbang OR yang menghubungkan indikator B1 dan B2, artinya kejadian A1 akan terjadi apabila salah satu indikator (B1 atau B2) dilakukan oleh pekerja. Pada bagian A2, terdapat empat indikator (B3, B4, B5, B6) yang masing-masing dihubungkan dengan gerbang OR. Sehingga berdasarkan diagram pada gambar 4.1 didapat aljabar Boolean yang disajikan pada tabel 4.19. Tabel 4.20 Aljabar Boolean Top Event A = A1 + A2 A1 = B1 + B2 A2 = B3 + B4 + B5 + B6 Selanjutnya, untuk rincian diagram untuk kejadian B1, B2, B3, B4, B5 dan B6 akan disajikan pada gambar 4.2, gambar 4.3, gambar 4.4, gambar 4.5, gambar 4.6, dan gambar 4.7. Gambar 4.2 Diagram FTA Indikator 1 (B1) () Keterangan: B1 : Indikator 1, penggunaan APD X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) IV-28

Pada gambar 4.2, sub-indikator X2 terdapat gerbang AND yang menunjukkan terjadinya kejadian tersebut dikarenakan P1 dan P2 terjadi keduanya. Sama halnya dengan sub-indikator X3 dan X4. Sehingga aljabar Boolean yang dihasilkan dari diagram B1 disajikan pada tabel 4.21. Tabel 4.21 Aljabar Boolean Indikator B1 B1 = (X1. X2) + X3 + X4 = (P1. P2) + (P3 + P4) + (P4. P5. P7) X1 = P1 X2 = P1. P2 X3 = P3. P4 X4 = P4. P5. P7 Diagram kejadian sub-indikator B2 disajikan pada gambar 4.3, sedangkan aljabar Booleannya disajikan pada tabel 4.22. Gambar 4.3 Diagram FTA Indikator 2 (B2) () IV-29

Keterangan: B2 : Indikator 2, tingkah laku pekerja X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) Tabel 4.22 Aljabar Boolean Indikator B2 B2 = X5 + X6 + X7 + (X8. X13. X14) + (X9. X10. X11) + X12 = (P2. P6) + P7 + (P2. P3. P8) + P9 + (P2. P3. P6) + P6 X5 = P2. P6 X6 = P7 X7 = P2. P3. P8 X8 = P9 X9 = P6 X10 = P2. P3 X11 = P2. P6 X12 = P6 X13 = P9 X14 = P9 Diagram kejadian sub-indikator B3 disajikan pada gambar 4.4, sedangkan aljabar Booleannya disajikan pada tabel 4.23. Gambar 4.4 Diagram FTA Indikator 3 (B3) () IV-30

Keterangan: B3 : Indikator 3, housekeeping X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) Tabel 4.23 Aljabar Boolean Indikator B3 B3 = (X15. X16. X17) + X18 + X19 = (P2. P4. P6) + P7 + P6 X15 = P2. P6 X16 = P2. P4 X17 = P2. P6 X18 = P7 X19 = P6 Diagram kejadian sub-indikator B4 disajikan pada gambar 4.5, sedangkan aljabar Booleannya disajikan pada tabel 4.24. Gambar 4.5 Diagram FTA Indikator 4 (B4) () IV-31

Keterangan: B3 : Indikator 3, housekeeping X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) Tabel 4.24 Aljabar Boolean Indikator B4 B4 = (X22. X23. X24) + X25 + X27 = (P2. P4. P6) + P7 + P6 X22 = P6 X23 = P8 X24 = P8 X25 = P7 X27 = P4 Diagram kejadian sub-indikator B5 disajikan pada gambar 4.6, sedangkan aljabar Booleannya disajikan pada tabel 4.25. Gambar 4.6 Diagram FTA Indikator 5 (B5) () IV-32

Keterangan: B3 : Indikator 3, housekeeping X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) Tabel 4.25 Aljabar Boolean Indikator B5 B5 = X29 + X30 = P12 + P4 X29 = P12 X30 = P4 Diagram kejadian sub-indikator B6 disajikan pada gambar 4.7, sedangkan aljabar Booleannya disajikan pada tabel 4.26. Gambar 4.7 Diagram FTA Indikator 6 (B6) () IV-33

Keterangan: B3 : Indikator 3, housekeeping X : Sub-indikator (tabel 4.18) P : Penyebab (tabel 4.19) Tabel 4.26 Aljabar Boolean Indikator B6 B6 = (X31. X33) + X32 = (P1. P2. P4. P10) + P11 X31 = P1. P2. P10 X32 = P11 X33 = P1. P2. P4. P10 Setelah dilakukan penamaan, kemudian mencari cut set dengan menggunakan aljabar Boolean. Dari aljabar Boolean yang telah tersusun, kemudian dicari minimal cut set untuk menemukan kombinasi dari beberapa kejadian sampai hasilnya tidak dapat direduksi/disederhanakan lagi. Hasil kombinasi dari kejadiankejadian tersebut disebut penyebab dari terjadianya top event. Berikut kombinasi aljabar Boolean menurut hukum-hukumnya. Minimal Cut Set A = A1 + A2 = B1 + B2 + B3 + B4 + B5 + B6 = (X1. X2) + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + (X8. X12. X13. X14) + (X9. X10. X11) + X12 + (X15. X17) + X18 + X19 + (X22. X23. X24) + X25 + X27 + X29 + X30 + (X31. X33) + X32 = (P1. P2) + (P3. P4) + (P4. P5. P7) + (P2. P6) + P7 + (P2. P3. P8) + P9 + (P2. P3. P6) + P7 + P6 + (P6. P8) + P7 + P4 + P12 + P4 + (P1. P2. P4. P10) + P11 IV-34

Dari uraian aljabar Boolean diatas, didapat minimal cut set sebanyak 15 yang disajikan pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Jumlah Minimal Cut Set No Kombinasi Event 1 P1. P2 2 P3. P4 3 P4. P5. P7 4 P2. P6 5 P2. P3. P8 6 P2. P3. P6 7 P2. P4. P6 8 P6. P8 9 P1. P2. P4. P10 10 P4 11 P6 12 P7 13 P9 14 P11 15 P12 Dari hasil minimal cut set dicari kejadian yang sering muncul sehingga kejadian tersebut merupakan faktor yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja pada pekerjaan vertical drain dan geotextile, disajikan pada tabel 4.28. Tabel 4.28 Banyaknya Kejadian Muncul No Kombinasi Event Jumlah 1 P1 2 2 P2. P6 3 3 P3 2 4 P4. P5 1 5 P7 2 6 P8 1 7 P9 1 IV-35

Tabel 4.28 Banyaknya Kejadian Muncul (lanjutan) No Kombinasi Event Jumlah 8 P10 1 9 P11 1 10 P12 1 Berdasarkan tabel 4.20, didapat kejadian P2 dan P6 dengan jumlah kejadian yang dominan dari yang lainnya. Sehingga dasar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada pekerjaan vertical drain dan geotextile disebabkan oleh terpeleset, terjatuh, terkena benda tajam (P2) dan menabrak atau tertabraknya pekerja dengan objek yang diam atau bergerak (P6). Apabila penyebab ini dikaitkan dalam tabel 4.18 tentang dampak dan penyebab kecelakaan pada potensi bahaya kerja yang ada, maka potensi bahaya kerja yang masuk dalam penyebab ini adalah: 1. Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau (X5) 2. Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan (X11) 3. Jalan akses tidak bersih dan tidak rata (X15) 4. Lokasi kerja licin (X17) 4.5 Upaya Pengendalian Potensi Bahaya Kerja Setelah didapatkan potensi bahaya dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada pekerjaan vertical drain dan geotextile, maka perlu dilakukan adanya upaya pengendalian. Upaya pengendalian untuk masing-masing potensi bahaya kerja disajikan pada tabel 4.29. IV-36

Pengendalian Tabel 4.30 Upaya Pengendalian Potensi Bahaya Kerja Dominan Melempar, melompat, memanjat, berlari, bergurau (X5) 1 APD: Sarung tangan, sepatu safety tidak bocor, helmet, goggles, masker (Pakar) 2 Sosialisasi tentang sikap dan perilaku saat di lokasi kerja (Pakar) 3 Breafing tentang keselamatan kerja dan penggunaan APD (HIRARC) Membetulkan mesin pada keadaan mesin masih berjalan (X11) - Pastikan terlihat oleh operator tempatkan diri di daerah aman (HIRARC) - Operator pastikan aba-aba di laksanakan (HIRARC) - Operator memiliki surat ijin opeerasional yang berlaku (HIRARC) - APD Sosialisasi tentang pengoperasian dan maintenance alat (HIRARC) - Breafing tentang keselamatan kerja dan penggunaan APD (HIRARC) - Safety talk tentang maintenance & penggunaan kendaraan (HIRARC) Sub-Indikator Jalan akses tidak bersih dan tidak rata (X15) - Lakukan pembersihan area jalan akses, lakukan pengupasan untuk jalan akses (Pakar) - Bila diperlukan buat jalan akses sementara (Pakar) - Penggunaan APD: Sarung tangan, sepatu safety, helmet (Pakar) Breafing tentang keselamatan kerja dan penggunaan APD (HIRARC) Lokasi kerja licin (X17) - Buat platform sebagai landasan kerja (Pakar) - Jauhkan bahanbahan yang dapat membuat licin area kerja (Pakar) - APD: Sarung tangan, sepatu safety tidak bocor, helmet (Pakar) Breafing tentang keselamatan kerja dan penggunaan APD (HIRARC) 4 Inspeksi K3L Inspeksi K3L 5 Pemberian tanda bahaya pada bagianbagian tertentu. (Pakar) Pemberian tanda bahaya pada bagian-bagian tertentu. (Pakar) Keterangan kategori pengendalian pada tabel 4.29: 1 : Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas, sanitasi, instruksi kerja/prosedur, relokasi, reduce, reuse, recycle, redesign maupun clean emission, Alat Pelindung Diri. 2 : Pendidikan dan pelatihan IV-37

3 : Insentif, penghargaan dan motivasi diri 4 : Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi 5 : Penegakan hukum IV-38