BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai 20.561.973 juta. Adapun produksi tersebut diperoleh dari sepuluh propinsi penghasil ubi kayu utama di sampai dengan tahun 2009 adalah Lampung memproduksi 31,42%, Jawa Timur memproduksi 17,27 %, Jawa Tengah memproduksi 16,67%, Jawa Barat memproduksi 9,92%, DI Yogyakarta memproduksi 4,77%, Nusa Tenggara Timur memproduksi 4,35%, Sumatera Utara memproduksi 2,94%, Sulawesi Selatan memproduksi 2,46%, Sulawesi Tenggara memproduksi 1,14%, Kalimantan Barat memproduksi 1,08%. 5.1.1.2 Produktivitas Produktivitas rata - rata ubi kayu di memiliki trend yang meningkat seiring dengan adanya kemajuan teknologi hingga mencapai rata - rata hampir 50% dari produktivitas nasional. 5.1.1.3 Luas Areal Luas rata - rata areal Ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai 10.841,12 Ha. Adapun luas areal tersebut terdapat di 10 propinsi penghasil utama di yaitu Propinsi Lampung sekitar 27,53%, JawaTimur 188
189 sekitar 20,89%, Jawa Tengah sekitar 18,53%, Jawa Barat sekitar 10,34%, DI Yogyakarta sekitar 5,85%. Nusa Tenggara Timur 7,87%, Sumatera Utara sekitar 3,46%, Sulawesi Selatan 2,76%, Sulawesi Tenggara sekitar 1,32% dan Kalimantan Barat sekitar 1,44% dari luas areal secara nasional. 5.1.1.4 Proyeksi Produksi, Produktivitas dan Luas Areal Ubi Kayu di 5.1.1.4.1 Proyeksi Produksi Proyeksi peningkatan produksi ubi kayu rata - rata 1,36% per tahun artinya setiap tahun produksi ubi kayu akan meningkat sebesar 1,36%. 5.1.1.4.2 Proyeksi Produktivitas Proyeksi peningkatan produktivitas ubi kayu rata - rata 2,45% per tahun artinya setiap tahun produktivitas ubi kayu meningkat sebesar 2,45%. 5.1.1.4.3 ProyeksiLuas Areal Proyeksi penurunan luas areal ubi kayu rata - rata sebesar - 0,51% per tahun, artinya setiap tahun ada penurunan atau pengurangan luas areal ubi kayu sebesar 0,51%. 5.1.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Ubi kayu di di dalam model adalah: 5.1.2.1 Model Produksi Ubi kayu Domestik 1) Luas Areal Ubi kayu berpengaruh positif terhadap Produksi Ubi kayu
190 2) Produktivitas Ubi kayu lampau berpengaruh positif terhadap Produksi Ubi kayu 3) Luas areal Ubi kayu lampau berpengaruh positif terhadap Produksi Ubi kayu 4) Harga eceran Ubi kayu dan hargaubi kayu lampau berpengaruh positif terhadap Harga Ubi kayu 5) Harga ubi kayu berpengaruh negatif terhadap Luas Areal Jagung 6) Harga Jagung, Luas Areal Jagung, dan Produksi Jagung lampau berpengaruh positif terhadap Produksi Jagung 7) Harga Jagung dan Produksi Agroindustri Jagung lampau berpengaruh positif terhadap Produksi Agroindustri Jagung 8) Harga Jagung lampau berpengaruh positif terhadap Harga Jagung 5.1.2.2 Model Pasar Ubi Kayu Domestik 1) Harga Ubi kayu berpengaruh positif terhadap Agroindustri Ubi kayu 2) Stok Ubi kayu Akhir Tahun dan Harga Ubi kayu berpengaruh positif terhadap Penawaran Ubi kayu 3) Permintaan Ubi kayu lampau berpengaruh positif terhadap Permintaan Ubi kayu 4) Harga impor berpengaruh positif terhadap Impor Ubi kayu 5) Harga barang lain berpengaruh positif terhadap konsumsi ubi kayu 6) Harga Impor lampau berpengaruh positif terhadap Harga Impor 7) Harga Prevenue Gula berpengaruh positif terhadap Eceran Ubi Kayu
191 5.1.2.3 Model Pasar Ubi Kayu 1) Harga Ubi Kayu lampau berpengaruh positif terhadap Harga Impor 2) Ekspor Ubi Kayu berpengaruh positif terhadap Penawaran Ubi Kayu 3) Ekspor Ubi Kayu dan Ekspor Ubi Kayu Negara Lain berpengaruh positif terhadap Ekspor Ubi Kayu 4) Impor Ubi Kayu berpengaruh positif terhadap Permintaan Ubi Kayu 5) Harga Impor berpengaruh negatif Populasi, Impor Ubi Kayu, dan Impor Ubi Kayu lampau berpengaruh positif terhadap Impor Ubi Kayu. 5.2 Saran 1. Untuk meningkatkan produksi domestik ubi kayu diperlukan penambahan luas areal dan peningkatan produktivitas, khususnya di wilayah sentra produksi dan pengembangan pula wilayah - wilayah lainnya di. 2. Upaya peningkatan ubi kayu baik produktivitas luas areal dan produksi ubi kayu perlu dilakukan peningkatan teknologi budidaya yang lebih baik, perbaikan irigasi dan subsidi pupuk. 3. Agroindustri ubi kayu perlu dikembangkan di tingkat industri kecil guna menunjang penyediaan bahan baku untuk kebutuhan industri dalam negeri sehingga tidak tergantung impor. 4. Untuk meningkatkan ekspor, maka perlu dilakukan efisiensi produksi agar harga bisa bersaing di tingkat pasar dunia.
192 5. Perlu adanya penyuluhan yang intensif guna mendampingi teknis budidaya dan manajemen produksi ubi kayu di tingkat petani secara baik sehingga akan meningkatkan kuantitas maupun kualitas ubi kayu beserta olahannya. 6. Adanya kebijakan subsidi pupuk urea guna meningkatkan produksi dan produktivitas ubi kayu 7. Mempromosikan produk olahan guna meningkatkan penganekaragaman bentuk olahan ubi kayu sebagai makanan pengganti beras dan jagung 8. Meningkatkan areal ubi kayu dengan memanfaatkan lahan tidur 9. Menciptakan kebijakan Pangan Nasional menyangkut kebijakan perdagangan Internasional, kebijakan harga domestik dan kebijakan yang mendukung efisiensi produksi dalam negeri untuk komoditas ubi kayu