Desain Kondensor Jenis Shell and Tube Heat Exchanger Untuk Sistem Organic Rankine Cycle

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

BAB III TUGAS KHUSUS

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Perancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan Gas Buang Pada PLTU di Indonesia

Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI VARIASI LAJU PENDINGINAN COOLING TOWER TERHADAP SISTEM ORC (Organic Rankine Cycle) DENGAN FLUIDA KERJA R-123

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Cara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler...

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISA PERFORMANSI COOLER LUBE OIL DENGAN KAPASITAS 300 TON/JAM PADA UNIT 2 DI PLTU LABUHAN ANGIN LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3

Bab IV. Pengolahan dan Perhitungan Data 57 Maka setelah di klik akan muncul seperti gambar dibawah ini, lalu klik continue.

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALEXANDER SEBAYANG NIM :

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

ANALISIS ECONOMIZER#2 PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATION (HRSG) DI TURBIN GAS#2 UNTUK PROSES MAINTENANCE DI PT. XXX

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP AMURANG UNIT 1

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB II LANDASAN TEORI

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA EFISIENSI EXERGI PADA HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DI PLTGU

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

PENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Analisis Termal Alat Penukar Kalor Shell and Tube 1 2 Pass

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

Transkripsi:

Desain Kondensor Jenis Shell and Tube Heat Exchanger Untuk Sistem Organic Rankine Cycle *M. Wildam Akbar 1, Berkah Fajar TK 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: wildam.akbar@gmail.com Abstrak Organic Rankine Cycle (ORC) merupakan modifikasi dari siklus Rankine. Pada Rankine Cycle biasanya menggunakan air bertekanan dan bertemperatur tinggi sebagai fluida kerja. Sedangkan pada ORC, titik didih dari siklus ini lebih rendah sehingga air tidak cocok digunakan sebagai fluida kerja. Oleh karena itu, digunakan fluida kerja R 123, R 134, R 32 dan n-pentane untuk mendesain sebuah sistem ORC dengan data masukkan sebagai berikut; laju aliran massa sebesar 0,515 kg/s, suhu reservoir 70 o C, suhu masuk turbin 60 o C, suhu keluar turbin 45 o C, suhu keluar evaporator 50 o C. Dari keempat fluida kerja sistem tersebut, R 123 dipilih sebagai fluida kerja yang terbaik untuk mendesain alat penukar kalor berupa kondensor, karena memiliki tekanan yang relatif kecil yaitu P 1= 2 bar, P 2= 1.1592 bar dan memiliki daya yang relatif tinggi yaitu 2.1 kw. Selain itu, R 123 memiliki biaya lebih murah, pemasangan lebih mudah, ijin lebih mudah, dan mudah didapatkan dibanding ketiga refrigeran tersebut. Alat penukar kalor yang digunakan ialah jenis shell and tube (a two pass tube, baffled single pass shell) dengan head load 140000 Btu/hr (41 kw/h), serta heat transfer matrix geometry; 5/8 in, OD 16 Bwg (15.9 mm OD, 1.65 mm thick) brass tube. Dari hasil perhitungan desain didapat panjang tube per pass sebesar 3 ft (914.4 mm), diameter shell 0.7 ft (213.4 mm), jarak antar tube 0.067 ft (20.62 mm) dan perpindahan panas secara keseluruhan 166 Btu/h ft o F (W/m 2 C). Kata kunci : Organic Rankine Cycle, fluida kerja, daya, tekanan, alat penukar kalor, kondensor. Abstract An Organic Rankine Cycle (ORC) is s modification of the Rankine Cycle. Rankine cycle typically use high pressure water with high temperature as the working fluid. While the ORC, the boiling point of the cycle is lower, so the water is not suitable as a working fluid. Therefore, R 123, R 134, R 32, and n- penthane are used as a working fluid to design an ORC system with inputs as following: mass flow rate 0.515 kg/s, reservoir temperature 70 o C, turbine inlet temperature 60 o C, turbine outlet temperature 45 o C, and evaporator outlet temperature 90 o C. From the four working fluids, R 123 was selected as the best working fluid to design a condenser as a heat exchanger, because it relatively has a smaller pressure P 1 = 2 bar, P 2 = 1.1592 bar, and generates higher power 2.1 kw. Also, R 123 has a cheaper cost, easier installation, easier usage permit, and easy to obtain. The heat exchanger used was a shell and tube type (a two pass tube, baffled single pass shell) with head load 140000 Btu/hr (41 kw/h), also heat transfer matrix geometry 5/8 in, OD 16 Bwg (15.9 mm OD, 1.65 mm thick) brass tube. From the design, results were obtained as the tube per pass length 3 ft (914.4 mm), shell diameter 0.7 ft (213.4 mm), distance between tubes 0.067 ft (20.62 mm), and overall heat transfer 166 Btu/h ft o F (W/m 2 C). Keywords : Organic Rankine Cycle, the working fluid, power, pressure, heat exchanger, condenser. 1. Pendahuluan Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama di seluruh dunia. Kebutuhan akan energi tersebut setiap harinya meningkat, melihat cepatnya pertumbuhan manusia. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi semakin lama akan menipis, seperti minyak bumi dan batubara. Melihat fenomena tersebut banyak dari sekian peneliti melakukan riset untuk membuat energi yang terbaharukan. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah sistem pembangkit listrik yang menggunakan sumber panas bertemperatur rendah dan tekanan rendah atau yang disebut dengan metode pembangkit siklus rankine organik atau organic rankine cycle (ORC) [1]. JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 295

Suhu dari sumber panas bumi memiliki variasi suhu yang berbeda-beda, maka dari itu dapat diketegorikan dalam tiga golongan yaitu sumber panas bumi suhu tinggi (>220 o C), suhu menengah (100-220 o C) dan suhu rendah (terutama diantara 70-100 o C). Sumber panas bumi suhu menengah, dimana temperatur berkisar antara 100-220 o C, sampai sejauh ini adalah jenis sumber panas bumi yang paling umum ditemukan. Pembangkit listrik tipe Binary Cycle adalah teknologi yang paling umum digunakan untuk sumber panas bumi suhu menengah dan suhu rendah. Ada banyak variasi dari pembangkit listrik tipe Binary Cycle diantaranya adalah Organic Rankine Cycles (ORC) dan Kalina Cycles [2-12]. Pada pembangkit listrik tipe binary cycle air dari sumber panas bumi digunakan untuk memanaskan fluida kerja, fluida kerja tersebut akan menguap dan uap itu akan digunakan untuk menggerakkan turbin/generator. Air dari sumber panas bumi dan fluida kerja tidak secara langsung bercampur tetapi hanya di lewatkan ke sebuah alat penukar kalor [13]. Sumber energi panas suhu rendah sangat melimpah di bumi. Mengubah energi panas bumi suhu rendah tersebut menjadi sebuah kerja yang efektif adalah salah satu cara untuk menghindari krisis energi. Pada penelitian Bertani tentang perkembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi di seluruh dunia menghasilkan peningkatan 2 GW selama 5 tahun dari 2005 2010 dan jika pembangkit listrik tenaga panas bumi suhu rendah dan menegah ditingkatkan maka kapasitas instalasi pembangkit listrik tenaga panas bumi akan meningkat 8,3% dari total produksi listrik dunia 2050 [14]. Organic Rankine Cycle (ORC) merupakan siklus yang memanfaatkan refrigeran sebagai fluida kerjanya untuk menghasilkan energi listrik. Fluida kerja yang digunakan antara lain isopentane, isobutane, R134a, R123 dan lain-lain, dimana fluida kerja tersebut memiliki titik didih yang rendah. Sistem pembangkit listrik jenis ORC ini terdiri dari 4 komponen utama yaitu Evaporator, Turbin, Kondensor dan Pompa. Dalam penelitian ini, difokuskan pada desain kondensor yang merupakan alat penukar kalor atau Heat exchanger. Heat exchanger (HE) merupakan suatu alat penukar kalor yang memiliki aliran energi panas diantara dua fluida atau lebih pada temperature yang berbeda. Heat exchanger bisa juga berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap panas lanjut (superheated steam) dan air sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pengaplikasian heat exchanger biasanya digunakan dalam industri proses-kimia, elektronik, industri manufaktur, air conditioning, refrigrasi dan lain-lain [15]. Heat exchanger yang digunakan adalah jenis A two pass tube, baffled single pass shell [16]. Fluida kerja yang digunakan untuk menggerakkan turbin ialah fluida kerja organik. Kemudian untuk menganalisis kerja siklus rankine digunakan software pendukung yaitu Cycle Tempo dan REFPROP, sedangkan untuk desain alat penukar kalor menggunakan software pendukung yaitu HTRI Xchanger suite 6.00 dan softwer Solid Work. Adapun tujuan yang ingin diperoleh penulis dalam penelitian tugas akhir ini adalah membuat siklus Rankine (daya yang dihasilkan, temperatur dan tekanan tiap komponen) menggunakan software Cycle Tempo dan REFROP, menentukan Refrigeran yang digunakan dalam siklus ORC (Organic Rankine Cycle), serta membuat desain kondenser jenis shell and tube. 2. Dasar Teori Penukar kalor jenis shell and tube (shell and tube heat exchanger) sejauh ini merupakan jenis yang paling umum digunakan untuk peralatan perpindahan kalor di dalam industri kimia dan industri lainnya. Pada dasarnya, penukar jenis shell and tube terdiri dari berkas pipa (tube) yang ditutupi oleh silinder cangkang (shell). Ujung-ujung pipa dipasang tube sheet, yang memisahkan sisi shell dan sisi cairan pipa (tube). Baffle yang terdapat dalam shell digunakan untuk mengarahkan aliran fluida dan menyokong pipa. Tujuan utama dalam desain penukar kalor adalah menentukan luas permukaan yang dibutuhkan untuk kondisi tertentu (laju perpindahan panas) menggunakan perbedaan suhu yang tersedia [17]. 1) Log Mean Temperature Difference (LMTD)/Beda temperatur rata-rata logaritmik LMTD = GTD LTD ln ( GTD LTD )...(1) [15]. Dimana GTD merupakan greatest temperature difference dan LTD merupakan least temperature difference 2) Heat Transfer Coefficients (Koefisien Perpindahan Kalor) h m = 0.725 ( k3 ρ 2 g H v ND o μ t ) 1 4 = 0.95 ( Lk3 ρ 2 g Wμ )1/3...(2) JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 296

Untuk 2W /L μ < 2000, dimana : D o = diameter luar pipa, m (ft) L = panjang pipa, m (ft) H v = panas laten pada kondensasi, J/kg (Btu/lb) N = jumlah susunan pipa pada bidang vertikal t = perbedaan suhu antara dinding pipa dan uap jenuh W = laju aliran masa kondensat dari titik terendah per vertikal bank pipa Catatan untuk English unit, 32.2 x 3600 2 ft/h 2 [15]. 3) Perpindahan panas secara keseluruhan U = Q A DT... (3) Dimana : Q (laju perpindahan panas), A (Area permukaan perpindahan kalor), DT (penurunan suhu diantara fluida dan dinding) [15]. 4) Reynold Number [15]. Re = ρdv μ = DG μ...(4) 3. Metodologi Desain Pada pembuatan skripsi ini langkah-langkah yang digunakan dapat dijelaskan pada gambar 1 dan 2 diagram alir berikut ini: Mulai Studi pustaka Data masukan (input) : 1. Suhu reservoir 2. Suhu injection well 3. Tekanan reservoir 4. Laju aliran massa Hitung nilai Q (energi sumber /reservoir) 1 Batasi refrigeran yang akan dipakai ; R-134a; R-123; R32; n- pentana 2 Asumsikan suhu masuk T in dan keluar turbin T out Hitung tekanan (P), suhu (T), entalpy (h), entropi (s) untuk semua refrigeran Hitung laju aliran massa siklus ( m ) untuk semua refrigeran A JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 297

A Hitung Daya turbin (W T ) untuk semua refrigeran Hitung effisiensi siklus (η) untuk semua refrigeran 2 Tidak Permodelan siklus dengan cycle tempo 5 dengan daya (> 2 kw), tekanan masuk turbin (< 2.1 bar), tekanan keluar turbin (< 1.2 bar), laju aliran massa (< 0.25 kg/s), serta efisiensi (> 4 %) dari setiap refrigeran Buat tabel perbandingan dengan parameter P 1, P 2, m, W T, η, dan ketersediaan Ya Buat grafik perbandingan dengan parameter P 1, P 2, m, W T, η, dan ketersediaan 1 Tidak Pilih refrigeran sesuai kriteria (tidak merusak lapisan ozon, tidak mudah terbakar, tekanan relatif kecil, biaya murah, dan ijin lebih mudah) dari parameter yang sudah dihitung Selesai Ya Gambar 1. Flowchart Desain sistem Organic Rankine Cycle dan Pemilihan Refrigeran Berikut ini Gambar 2 yang merupakan diagram desain alat penukar kalor jenis shell and tube: JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 298

Mulai Studi pustaka Data masukan (input): 1. Suhu masuk dan keluar (pipa) 2. Geometri pipa 3. Susunan pipa 4. Material pipa 5. Suhu masuk dan keluar (shell) Tentukan GTD (Greatest Temperature Difference) dan LTD (Least Temperature Difference) Menghitung LMTD (Log Mean Temperature Difference) Asumsikan kecepatan alirnya (flow velocity) Hitung flow rate, flow rate per passage dan total flow rate. Menghitung jumlah tube per pass Menghitung Reynold Number (Re) Hitung Friction Factor 1 Menghitung koefisien perpindahan kalor (h) dengan mengasumsikan panjang pipa (tube) Hitung beban dinamik (Dynamic Head) Menghitung 1/h Menghitung Conductance pada dinding pipa (tube) Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan A JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 299

A Hitung total surface area (external) Hitung surface area per tube 1 Tidak Menghitung panjang pipa (tube) dengan panjang (5.4-6) ft Ya Hitung kerugian tekanan pada air (water) Hitung diameter shell Hitung total tube Perhitungan menggunakan HTRI X Changer software Pembuatan gambar teknik dengan solid work software Selesai Gambar 2. Flowchart desain alat penukar kalor jenis shell and tube Dalam metodologi desain digunakan beberapa software pendukung yaitu REFPROP sebagai software properties fluida, cycle tempo sebagai software analisis termodinamika dan HTRI Xchanger suite 6.00 sebagai software desain alat penukar kalor. 4. Hasil dan Pembahasan Hasil perbandingan refrigeran sebagai fluida kerja pada sistem ORC dalam tugas akhir ini hanya dibatasi dengan 4 refrigeran saja yaitu : R-134, R-123, R-32, dan n-pentane. Pada sistem ini proses penganalisaan dibantu dengan menggunakan perangkat lunak Cycle Tempo dan REFROP. Analisa yang dilakukan dengan cara membandingkan keempat refrigeran dengan temperature yang sama yaitu 60 o C (suhu masuk turbin) dan 45 o C (suhu keluar turbin). Berikut ini Tabel 1 yang merupakan data masukan untuk membuat sistem ORC dengan fluida kerja yang telah ditentukan, serta Gambar 3 yang menunjukkan hasil analisa refrigeran dengan menggunakan software cycle tempo. Tabel 1. Data Masukan (input) Suhu reservoir Laju aliran massa Tekanan Suhu masuk turbin Suhu keluar turbin Suhu keluar evaporator (injectionwell)/aparatus 6 70 o C 0,515 kg/s 1 bar 60 o C 45 o C 50 o C JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 300

1 2 3 4 Gambar 3. Perbandingan refrigeran (1) R 134, (2) R 123, (3) R 32, (4) n-penthane menggunakan software cycle tempo. Dari semua analisa keempat refrigeran (R-134, R-123, R-32 dan n-pentane) dengan suhu masuk turbin yaitu, T in = 60 o C dan suhu keluar turbin, T out = 45 o C, maka didapat hasil perbandingan refrigeran. Berikut ini Tabel 2 yang merupakan hasil perbandingan refrigeran tersebut. Tabel 2. Perbandingan Refrigeran Dengan Suhu Masuk Turbin 60 o C Dan Keluar 45 o C No Refrigerant P 1 (bar) P 2 (bar) m (kg/s) W (kw) Effisiensi (%) 1 R-134 16 11.397 0.29 1.7 4 2 R-123 2 1.1592 0.23 2.1 5 3 R-32 34 27.948 0.18 1.32 2 4 n-pentane 2 1.0499 0.10 2.28 5 Dari tabel perbandingan refrigeran tersebut diambil R-123 untuk sistem, karena refrigeran tersebut memiliki: Tekanan relatif kecil serta pemasangan komponen, ijin lebih mudah dan biaya lebih murah. Daya yang dihasilkan relatif tinggi daripada refrigeran lain. Mudah didapatkan dibanding refrigeran lain. Memiliki daya tahan yang lebih pendek pada atmosfer. JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 301

Memiliki atom hidrogen yang ditambahkan ke struktur CFC, sehingga dapat menghindari atau meminimalkan transpor senyawa Cl kedalam stratosfer. 4.1 Desain Alat Penukar Kalor Jenis Shell and Tube Hasil perhitungan desain kondensor yang ditampilkan dalam tugas akhir ini diperoleh dari beberapa kondisi masukan yang terdiri dari geometri pipa, susunan pipa, material pipa, temperatur fluida masuk pipa, temperatur fluida masuk shell, temperatur fluida keluar pipa, dan laju aliran massa sisi pipa. Fluida dingin di dalam pipa adalah air dan fluida panas di dalam shell adalah uap panas lanjut. Penukar kalor yang digunakan yaitu jenis shell and tube dengan laluan (two pass). Berikut ini Tabel 3 yang merupakan data masukan untuk desain kondensor: Geometri pipa Tabel 3. Data Masukan Untuk Desain Kondensor Susunan pipa Triangular (30 o ) Material Pipa Temperatur fluida masuk pipa ( 0 C) Temperatur fluida masuk shell ( 0 C) Temperatur fluida keluar pipa ( 0 C) Temperatur fluida keluar shell ( 0 C) 5/8 in. OD 16 Bwg (15.9 mm OD, 1.65 mm thick) Brass Tube 27 o C 45 o C 30 o C 31.587 o C Dari data masukkan pada Tabel 3 tersebut, didapatkan hasil perhitungan manual dan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak untuk alat penukar kalor jenis shell and tube. Adapun hasil perhitungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan variable desain heat exchanger jenis shell and tube No Variable Perhitungan manual (teoritis) Perhitungan perangkat lunak 1 2 3 4 5 Panjang Total tube Diameter shell Overall heat transfer, U Heat duty 3 (ft) 64 tube 0.7 (ft) 166 (Btu/h Ft 2 o F) 0.1400 (MM Btu/h) 3 (ft) 64 tube 0.7 (ft) 161 (Btu/h Ft 2 o F) 0.1413 (MM Btu/h) Berikut ini Gambar 4 merupakan gambar skematik dari perangkat lunak untuk shell and tube. JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 302

Gambar 4. Shell and tube layout 5. Kesimpulan Dari penelitian ini telah dibuat sebuah siklus Organic Rankine Cycle (ORC) dengan menggunakan analisis manual serta perangkat lunak pendukung yaitu Cycle Tempo dan REFROP. Adapun fluida kerja organik yang digunakan yaitu R 123, R 134, R 32 dan n-pentane. Didapatkan daya yang dihasilkan dari tiap-tiap fluida kerja yaitu untuk R 123 sebesar 2.1 kw (efisiensi 5 %), R 134 sebesar 1.7 kw (efisiensi 4 %), R 32 sebesar 1.32 kw (efisiensi 2%) dan n-pentane sebesar 2.28 kw (efisiensi 5 %). Kemudian hasil analisis dari sistem Organic Rankine Cycle (ORC) dengan data masukan suhu reservoir sebesar 70 o C, laju aliran massa 0.515 kg/s, suhu masuk turbin 60 o C, suhu keluar turbin 45 o C, dan suhu keluar evaporator 50 o C telah didapat jenis refrigeran yang sesuai untuk digunakan pada sistem ORC tersebut yaitu dengan fluida organik R 123. Karena refrigeran tersebut memiliki tekanan relatif kecil, pemasangan komponen serta ijin yang lebih mudah, biaya lebih murah, daya yang dihasilkan relatif tinggi daripada refrigeran lain dan mudah didapatkan dibanding refrigeran lain. Dalam desain kondensor jenis a two pass tube dengan single pass shell telah didapatkan juga hasil perhitungan desain yang terdiri dari geometri dari alat tersebut yaitu panjang tube 3 ft (914.4 mm) per pass, diameter shell sebesar 0.7 ft (213.4 mm), total surface area (external) sebesar 52.63 ft 2 (4.86 m 2 ), jarak antar tube 20.62 mm, jumlah tube 64, dan perpindahan panas secara keseluruhan sebesar 166 Btu/h ft 2 o F (941.96 W/m 2 o C). 6. Daftar Pustaka [1] Pamungkas, A. H., & Putra, A. B. K. (2013). Studi Variasi Flowrate Refrigerant pada Sistem Organic Rankine Cycle dengan Fluida Kerja R-123. Jurnal Teknik ITS, 2(2), B273-B277. [2] Yamamoto, T., Furuhata, T., Arai, N., & Mori, K. (2001). Design and testing of the organic Rankine cycle. Energy, 26(3), 239-251. [3] Hung, T. C. (2001). Waste heat recovery of organic Rankine cycle using dry fluids. Energy Conversion and Management, 42(5), 539-553. [4] Badr, O., O'Callaghan, P. W., & Probert, S. D. (1990). Rankine-cycle systems for harnessing power from lowgrade energy sources. Applied Energy, 36(4), 263-292. [5] Kalina, A. I., & Leibowitz, H. M. (1989). Application of the Kalina cycle technology to geothermal power generation. Trans.-Geotherm. Resour. Counc, 13, 605-611. [6] Desideri, U., & Bidini, G. (1997). Study of possible optimisation criteria for geothermal power plants. Energy Conversion and Management, 38(15), 1681-1691. [7] Hung, T. C., Shai, T. Y., & Wang, S. K. (1997). A review of organic Rankine cycles (ORCs) for the recovery of low-grade waste heat. Energy, 22(7), 661-667. [8] Subbiah, S., & Natarajan, R. (1988). Thermodynamic analysis of binary-fluid Rankine cycles for geothermal power plants. Energy Conversion and Management, 28(1), 47-52. [9] Uehara, H., & Ikegami, Y. (1990). Optimization of a closed-cycle OTEC system. Journal of Solar Energy Engineering, 112(4), 247-256. [10] Nakaoka, T., & Uehara, H. (1988). Performance test of a shell-and-plate-type condenser for OTEC. Experimental Thermal and Fluid Science, 1(3), 275-281. [11] Nakaoka, T., & Uehara, H. (1988). Performance test of a shell-and-plate-type condenser for OTEC. Experimental Thermal and Fluid Science, 1(3), 283-291. [12] Uehara, H., Kusuda, H., Monde, M., Nakaoka, T., & Sumitomo, H. (1984). Shell-and-plate-type heat exchangers for OTEC plants. Journal of Solar Energy Engineering, 106(3), 286-290. [13] Hettiarachchi, H. M., Golubovic, M., Worek, W. M., & Ikegami, Y. (2007). Optimum design criteria for an organic Rankine cycle using low-temperature geothermal heat sources. Energy, 32(9), 1698-1706. [14] Bertani, R. (2012). Geothermal power generation in the world 2005 2010 update report. Geothermics, 41, 1-29. JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 303

[15] Kakaç, S., Liu, H., & Pramuanjaroenkij, A. Heat Exchangers: Selection, Rating, and Thermal Design, Second. [16] Fraas, Arthur P. (1989). Heat Exchanger Design Second Edition. Canada: John Willey and Sons. [17] Richardson's dan Coulson. (1999). Chemical Engineering Volume 6 Third Edition. Great Britain: Butterworth Heinemenn. JTM (S-1) Vol. 3, No. 3, Juli 2015:295-304 304