BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA
|
|
- Widya Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA 4.1. Spesifikasi Main Engine KRI Rencong memiliki dua buah main engine merk Caterpillar di bagian port dan starboard, masing-masing memiliki daya sebesar 1450 HP. Main engine merupakan penggerak utama untuk menghasilkan daya yang ditransmisikan pada penggerak (propeller). Tabel 4.1. Spesifikasi main engine FB Wisnu I No. Spesifikasi Port Main Engine Starboard 1. Merk Caterpillar 2. Type CAT 32 ACERT 3. Daya 1450 BHP 4. Putaran 2300 RPM 5. Safety Factor 0,85 6. Daya Output 408 HP 7. Pompa air tawar Pompa Sentrifugal 8. Pompa air laut Pompa Sentrifugal Sumber: Manual Book Caterpillar 43
2 Gambar 4.1 Main Engine Caterpillar CAT 32 Gambar 4.2 Spesifikasi Main Engine Caterpillar CAT 32 44
3 4.2. Sistem Pendingin main engine Caterpillar CAT BHP a. Komponen Sistem Pendingin Gambar 4.3 Gambar Komponen Sistem Pendingin Caterpillar Ket. : 1. Inlet Sea Water 2. Sea Water Pump 3. Sea Water Inlet Aftercooler 4. Aftercooler 5. Sea Water Outlet from Aftercooler to Exchanger 6. Exchanger b. Scematik Sistem Pendingin sebelum Modifikasi Gambar 4.4 Scematik Sistem Pendingin Air Laut Main Engine 45
4 c. Scematik Sistem Pendingin setelah Modifikasi Gambar 4.5 Scematik Sistem Pendingin Main Engine setelah Modifikasi Gambar 4.6 Komponen Sistem Pendingin Main Engine 1 46
5 Gambar 4.7 Komponen Sistem Pendingin Main Engine 2 Gambar 4.8 Komponen Sistem Pendingin Main Engine 3 47
6 Gambar 4.9 Spesifikasi Heat Exchanger Baru 1 Gambar 4.10 Spesifikasi Heat Exchanger Baru 2 48
7 Gambar 4.11 Spesifikasi Heat Exchanger Baru 3 Gambar 4.12 Spesifikasi Heat Exchanger Baru 4 49
8 4.3 Langkah - langkah Menganalisa Heat Exchanger Tambahan Adapun langkah langkah dalam melakukan analisa system pendingin pada heat exchanger terhadap putara mesin induk adalah sebagai berikut : Adapun langkah langkah untuk menganalisa performance heat exchanger adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pengamatan langsung terhadap mesin induk beserta system pendingin. Kemudian dilakukan pengambilan data sesuai dengan beberapa parameter, yaitu : Putaran Mesin Induk Puratan mesin induk merupakan putaran mesin mulai dari putaran rendah sampai putaran tinggi. Temperatur ruangan Temperatur ruangan merupakan temperature disekiling ruangan mesin. Temperatur Surface Temperatur fluida masuk HE Temperatur fluida keluar HE Temperatur air laut masuk HE Temperatur air laut keluar HE 2. Menghitung kalor yang dilepas oleh air tawar Adapun cara menghitung kalor yang dilepas air tawar yaitu sebagai berikut : v = π r 2.n 50
9 Dimana : V = Volume ṁ = v.ρ Dimana : ṁ = Laju massa v = volume spesifik ρ = massa jenis air tawar Adapun untuk menghitung kalor adalah menggunakan persamaan berikut: Q = ṁ.cp. T Q = Kalor yang dilepas ṁ = Laju massa T = Perubahan suhu 3. Menghitung kalor yang diserah oleh air laut Adapun cara menghitung kalor yang diserap oleh air laut yaitu sebagai berikut : v = π r 2.n Dimana : V = Volume ṁ = v.ρ Dimana : ṁ = Laju massa v = volume spesifik ρ = massa jenis air tawar 51
10 Adapun untuk menghitung kalor adalah menggunakan persamaan berikut: Q = ṁ.cp. T Q = Kalor yang dilepas ṁ = Laju massa T = Perubahan suhu T = ( T₁- T₂) / ln ( T₁/ T₂) ε = Q actual / Q max ηth =(T airtawar in - T airtawar out)/((t airtlaut in - T airlaut out) + Ts-T) 4. Menganalisa performansi heat exchanger berdasarkan variasi putaran mesin induk. Adapun cara menghitung efektifitas dan efisiensi yaitu sebagai berikut: ε = Q actual / Q max ηth =(T airtawar in - T airtawar out)/((t airtlaut in - T airlaut out) + Ts-T) 4.4 Sirkulasi Air Laut Kapal KRI Rencong Sistem pendingin main engine merupakan closed system yang dilengkapi sebuah HE untuk mengkondisikan air tawar sesuai dengan kebutuhan (ideal 32 o C). Pada sistem HE, air laut dipergunakan sebagai fluida kerjanya; saat ini rata-rata temperatur air tawar yang dapat dikondisikan hanya mencapai 39 o C pada putaran mesin 1900rpm. Gambar 4.2 memperlihatkan diagram sistem pendingin kedua main engine pada FB Wisnu I; lengkap dengan sirkulasi fluida. Aliran sistem pendingin mesin induk terdiri dari dua macam, yaitu aliran pendingin air laut dan air tawar. 52
11 Gambar 4.13 Diagram Sistem Pendingin Main Engine Caterpillar Modifikasi Sistem HE yang dipakai untuk mendinginkan air tawar dilengkapi dengan pompa yang memanfaatkan daya dari main engine (prime mover) melalui sistem transmisi pulley belt V. Sehingga, pompa bekerja bersesuaian dengan putaran mesin; untuk memindahkan air laut menuju HE pendingin air tawar maupun kebutuhan lainnya (pendingin oli, inter cooler, dan poros). Secara sistimatis, mekanisme kerja sistem pendingin dapat diuraikan sebagai berikut: a) Membuka katup sea chest sehingga air laut mengalir menuju pipa utama (header pipe). 53
12 b) Membuka katup sea water pump sisi in kedua mesin atau salah satu sesuai dengan kebutuhan operasional; agar air laut mengalir menuju rumah pompa sebgai akibat dari tekanan hidrostais yang terjadi akibat dari masa kapal. c) Mengecek tangki air tawar sesuai dengan level kebutuhan untuk mengetahui jumlah air tawar yang terdapat di dalam water jacket. Bila air tawar didalam tangki berada dibawah level kebutuhan water jacket maka harus ditambah. d) Ketika mesin dioperasikan maka rotor pompa bekerja dan menggerakkan air laut dari sisi suction menuju ke sisi discharge dalam rumah pompa; selanjutnya daya pompa dimanfaatkan untuk mensirkulasikan air laut menuju HE pendingin air tawar serta pendingin lainnya. e) Pada siklus air tawar, jaringan dilengkapi dengan thermostat yang bekerja membuka ketika temperatur air mencapai 50 o C sehingga air ini mengalir melalui HE. Penelitian dalam Tugas Akhir ini mengamati sistem pendingin dengan kondisi katup selalu terbuka; karena thermostat sedang rusak. Sehingga, pengamatan mencatat kondisi temperatur air tawar masuk HE lebih rendah dari 50 o C. Tabel 4.1 dan gambar 4.2 memuat spesifikasi teknis main engine lengkap dengan HE untuk air tawar water jacket. Sirkulasi air tawar untuk pendingin main engine dapat dimulai dari tanki air tawar. Air mengalir karena grafitasi dapat memenuhi saluran water jacket meskipun mesin mati. Ketika mesin beroperasi pompa bekerja 54
13 sehingga terjadi sirkulasi air tawar dari water jacket (cylinder liner dan silinder head) menuju tangki kemudian kembali mengalir ke water jacket. Saat temperatur air belum mencapai 50 0 C, katup termostart dalam keadaan tertutup sehingga air bersirkulasi sesuai dengan kondisi normal (tidak melalui HE). Tetapi ketika temperatur air tawar keluar water jacket mencapai 50 0 C atau lebih, katup thermostart akan terbuka sehingga air tawar mengalir melalui HE dan menuju ke tanki. Di dalam HE, air tawar mengalami pendinginan oleh air laut yang dipompakan berlawanan arah. Sistem Pendingin Air Tawar Salah satu sistem pendingin main engine Caterpillar adalah teknologi water jacket yang digunakan untuk menjaga temperatur cylinder liner dan head. Air tawar keluar dari sistem pendingin ini bisa mencapai temperatur 80 o C; oleh karena itu sistem pendingin ini dilengkapi dengan sensor thermostat yang di set-up untuk menjaga temperature maksimum air tawar pada water jacket 50 o C. Untuk menjaga air tawar pada tangki penampung <40 o C digunakan HE dengan fluida kerja air laut. Komponen sistem pendingin air tawar ini sebagai berikut: A. Heat exchanger (HE) Sistem pendingin pada main engine Caterpillar dilengkapi dengan sebuah HE yang difungsikan untuk menurunkan temperatur air tawar setelah keluar water jacket. Jenis HE yang digunakan pada FB Wisnu I adalah shell and tube, yaitu pipa aliran air laut terdapat di 55
14 dalam tabung aliran air tawar. Pada pelaksanaan FP ini, dimensi HE diukur berdasarkan fisik yang terlihat; sehingga parameter yang memungkinkan diukur adalah diameter luar dan panjang shell serta tube. B. Sea Water Pump Di Kapal KRI Rencong, sea water pump digunakan untuk memompa air laut dari sea chest dan didistribusikan ke HE untuk mengambil kalor air tawar hasil pendinginan mesin diesel. Keluar dari HE, air laut ini dialirkan ke oil cooler kemudian diteruskan ke manifold gas buang dan shell pendingin poros penggerak kapal. Pompa yang digunakan adalah jenis pompa sentrifugal yang memanfaatkan main engine sebai penggerak mula dengan sistim transmisi menggunakan teknologi pulley and belt. Gambar 4.4 menunjukkan kedudukan pompa air laut pada main engine. C. Fresh Water Pump Fresh water pump yang digunakan pada KRI Rencong adalah jenis sentrifugal. Pompa ini juga memanfaatkan main engine sebagai penggerak dengan sistem transmisi menggunakan teknologi pulley and belt. Fresh water pump digunakan untuk mesirkulasikan air tawar dari water tank ke sistem water jacket (cylinder liner dan head) kembali ke water tank. Fresh water pump 56
15 D. Thermostat Thermostat merupakan sebuah sensor temperatur yang dipasang untuk mendeteksi suhu air tawar dalam water jacket. Sensor ini berhubungan dengan katup pada saluran keluar air tawar dari water jacket menuju HE; sehingga katup ini disebut katup thermostat. Katup ini akan terbuka ketika thermostat mendeteksi suhu air tawar dalam water jacket mencapai 50 o C. Sehingga, sistem pendingina mesin utma dapat terjaga (input air tawar ke water jacket <40 o ). Gambar 4.6 memperlihatkan alat penunjuk suhu ( o C) yang terhubung dengan thermostat pada penutup silinder head. 4.5 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Data hasil pengamatan dan pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.2 sampai dengan Tabel 4.6. Analisa data pada sub-bagian 5.2 dilakukan pengelompokkan berdasarkan putaran, yaitu: putaran rendah berkisar antara rpm, sedang rpm, dan tinggi rpm. Pada Tabel 4.2, perubahan temperatur air laut pada berbagai putaran terdata meningkat dari 6 o C (32-26) o C samapai 38 o C (64-26) o C; dengan rata-rata perubahan 22 o C. 57
16 Tabel 4.2. Data operasi HE No n T Ts Air Laut Air Tawar T in T out T in (rpm) ( C) ( C) ( C) ( C) ( C) Sumber: Pengamatan & pengukuran pada tgl 10 Maret Temperatur air tawar keluar HE (T at.out ) dihitung menggunakan persamaan (2.9) dengan mengetahui parameter kalor yang dilepas air tawar (q at ) dan kalor yang diserap air laut (q al ); hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.3. Perubahan temperatur air tawar pada berbagai putaran terdata meningkat dari 5,72 o C (40-34,28) o C sampai 36,25 o C (80-43,75) o C; dengan rata-rata perubahan 21 o C. Kalor yang dilepas air tawar (q at ) dihitung menggunakan persamaan (2.6); sedangkan laju massa air tawar (ṁ at ) dihitung menggunakan persamaan (2.7) dengan mengetahui parameter massa jenis air tawar (ρ at ) dan laju aliran volume air tawar (V at ). Hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.3 dengan rata-rata perubahan 4511,35 kj. 58
17 Kenaikan kalor yang dilepas air tawar pada putaran rendah ( rpm) menunjukkan persentase samapai 114,21%. Sedangkan pada putaran menengah, persentase kenaikan rata-rata mencapai 62,79%. Pada putran tinggi, persentase kenaikan mencapai 25,61%. Tabel 4.3. Kalor yang dilepas air tawar No. n (rpm) Air Tawar Tin Tout V ṁ q ( C) ( C) (l/det) (kg/det) (Kj) ,28 30,85 30,85 739, ,51 36,00 36, , ,78 41,15 41, , ,01 46,29 46, , ,24 51,43 51, , ,52 56,58 56, , ,75 61,72 61, ,50 Kalor yang diserap air laut (q al ) dihitung menggunakan persamaan (2.6) dengan mengetahui parameter ṁ al, Cp al, dan T al ; hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.4 dengan rata-rata perubahan 4511,61 kj. T LMTD dihitung menggunakan persamaan (2.10) dengan mengetahui parameter temperatur fluida air laut masuk HE (T al.in ), temperatur fluida air laut out (T al.out ), temperatur fluida air tawar in HE (T at.in ), dan temperatur fluida air tawar out HE (T at.out ). Hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.4 dengan perubahan rata-rata 12,12 0 C. Tabel ini juga memperlihatkan hasil perhitungan effektifitas dan efisiensi heat transfer yang dihitung menggunakan persamaan (2.13) dan (2.17). Efektifitifitas rata-rata mencapai 61,33%; sedangkan effisiensi thermal rata-rata sampai 42,46%. 59
18 Tabel 4.4. Performansi air laut No. n (rpm) Air Laut Performansi Tin Tout V ṁ q TLMTD ε ηth ( C) ( C) (l/det) (kg/det) (kj) ( C) (%) (%) ,85 31,62 739,91 7,25 42,86 18, ,00 36, ,19 9,37 52,38 38, ,15 42, ,28 9,13 62,96 44, ,29 47, ,06 12,62 64,71 47, ,43 52, ,44 14,39 65,85 49, ,58 57, ,60 14,70 70,21 49, ,72 63, ,77 17,40 70,37 50,34 Kalor yang di lepas ke lingkungan dihitung menggunakan persamaan (2.3) dengan mengetahui parameter koefisien perpindahan kalor konveksi (h), luas selimut shell HE (A), dan perbedaan temperatur permukaan dengan udara ruangan (Ts-T ). Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa kalor yang dilepas ke lingkungan pada putaran rendah, sedang, dan tinggi memiliki kenaikan rata-rata sebesar 0,0262 kj. Tabel 4.5. Kalor yang dilepas ke lingkungan n (rpm) Ts ( C) Udara Ruangan No. T Tf v k β h q pr Gr konveksi ( C) ( C) (m²/det) (kj/m C) (K-1) (kj/m C) (Kj) ,5 1, , ,725 3, , , , ,0 1, , ,726 3, , , , ,0 1, , ,722 3, , , , ,0 1, , ,724 3, , , , ,0 1, , ,723 3, , , , ,5 1, , ,723 3, , , , ,5 1, , ,727 3, , , , Perhitungan dengan menggunakan program HTRI digunakan untuk mendapatkan rancangan yang efektif untuk mendapatkan laju perpindahan 60
19 kalor yang maksimal. Penggunaan program ini dilakukan dengan 2 metode yaitu; manual dan simulasi. Metode manual menggunakan parameter Øinside shell, ṁ al, ṁ at, T al.in, T al.out, T at.in, dan T at.out sedangkan metode simulasi menggunakan parameter input Øinside shell, ṁ al, ṁ at, T al.in dan T at.in. Asumsi yang digunakan untuk kedua metode tersebut adalah; panjang tube = 580 mm, Øoutside tube = 9,525 mm, layout angle = 45 0, pitch 13 mm, dan jarak antar baffle = 116 mm. Tabel 4.6 menunjukkan perbedaan antara metode manual terhadap simulasi dengan perubahan temperatur out fluida air tawar keluar dari HE pada putaran rendah, sedang, dan tinggi masing-masing memiliki kenaikan rata-rata sebesar 15, 32, dan 41%; sedangkan fluida air laut memiliki penurunan rata-rata sebesar 20, 40, dan 52%. Kenaikan kalor yang dilepas air tawar dengan metode simulasi pada putaran rendah menunjukkan persentase kenaikan mencapai 67,35%. Sedangkan pada putaran menengah, persentase kenaikan mencapai 33,34%. Pada putran tinggi, persentase kenaikan mencapai 22,06%. Tabel 4.6. Perhitungan Laju Perpindahan Kalor dengan Menggunakan Software HTRI n No (rpm) Manual Simulation Air Tawar Air Laut Air tawar Air laut q Overdesign q Overdesign Tin Tout Tin Tout Tin Tout Tin Tout ( C) ( C) ( C) ( C) (kj) (%) ( C) ( C) ( C) ( C) (kj) (%) , ,6-88, , ,20 159,3 0, , ,4-91, , ,73 266,6 0, , ,3-94, , ,14 377,9 0, , ,3-94, , ,61 517,2 0, , ,4-95, , ,04 671,5 0, , ,8-96, , ,39 821,7 0, , ,3-96, , , ,0 0,64 61
20 Daya output spec main engine (P out-spec ) pada manual book menunjukkan bahwa putaran maksimal (1600rpm) menghasilkan daya 300,29 kw dengan safety factor sebesar 0,85%; hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.6 dengan perubahan rata-rata tiap putaran 206,45 kw. Daya output makanik (P out-m ) main engine dihitung menggunakan persamaan (2.1) dengan mengetahui parameter diameter silinder (D), panjang langkah (S), tekanan kompresi (Pe), putaran (n), dan jumlah silinder (Z); hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.6 dengan perubahan rata-rata tiap putaran 161,15 kw. SFOC dihitung menggunakan persamaan (2.2) dengan mengetahui parameter laju massa bahan bakar (ṁ) dan daya output makanik (P out-spec ). Tabel 4.7 memperlihatkan penurunan SFOC pada putaran rendah menuju ke putaran tinggi dengan perubahan slope/gradien sebesar 0,0069%. 4.6 Laju Perpindahan Kalor Maksimum yang terjadi di Heat Exchanger Gambar 4.14 Performansi heat exchanger dengan parameter T dan q berdasarkan variasi putaran main engine. 62
21 Gambar 4.14 memperlihatkan hubungan antara laju perpindahan kalor menggunakan metode manual dan simulasi yang terjadi pada HE dengan menggunakan putaran main engine rendah, sedang, dan tinggi. Data FP ini memperlihatkan bahwa besarnya nilai laju perpindahan kalor memberikan hasil yang berbeda. Selain itu, grafik tersebut juga memperlihatkan bahwa laju perpindahan kalor dengan menggunakan kedua metode memiliki slope/gradien yang sama. Berdasarkan data pengamatan pada Tabel 4.6, perancangan desain HE dengan menggunakan program HTRI yang maksimal terjadi pada saat menggunakan metode simulasi. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan program HTRI tidak mengabaikan karakteristik konstruksi susunan HE jenis shell and tube. Sedangkan pada metode manual tidak menggunakan karakteristik konstruksi HE jenis shell and tube karena tidak terdapat manual book dan name plate yang jelas. 4.7 Efektifitas HE (ε) dan Effisiensi Thermal (η th ) Gambar 4.15 Performansi HE dengan parameter η th dan q berdasarkan variasi putaran main engine. 63
22 Gambar 4.15 memperlihatkan hubungan antara perpindahan kalor aktual dan teoritis yang terjadi pada shell and tube HE dengan putaran main engine pada putaran rendah, sedang, dan tinggi. Data FP memperlihatkan bahwa besarnya nilai perpindahan kalor pada HE jenis shell and tube secata teoritis dan aktual memberikan hasil yang berbeda. Harga koefisien perpindahan kalor secara teoritis lebih besar dibandingkan secara aktual. Efektifitas dapat dianalisa dengan persamaan (2.13), hal ini ditunjukkan dengan adanya perbandingan antara data operasi HE dan perhitungan perpindahan kalor secara teoritis. Kompilasi data menunjukkan bahwa semakin tinggi putaran main engine, semakin besar pula keefektifan HE untuk menyerap kalor yang dihasilkan oleh mesin. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antara putaran main engine dengan putaran pompa air laut dan pompa air tawar. Jika putaran main engine tinggi maka temperaturnya akan semakin tinggi, sehingga laju aliran massa air laut dan air tawar sebanding lurus terhadap putaran main engine untuk menyerap kalor pada main engine di HE. Gambar 5.2 juga memperlihatkan hubungan antara effisiensi thermal pada shell and tube HE dengan putaran main engine pada putaran rendah, sedang, dan tinggi. Data FP ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi putaran main engine maka semakin besar effisiensi thermal yang terjadi pada shell and tube HE. Effisiensi thermal dapat dianalisa dengan menggunakan persamaan (2.17), hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perbandingan antara temperatur yang dibawa oleh fluida panas (air tawar) dengan fluida pendingin (air laut dan udara bebas). Berdasarkan data FP 64
23 dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran main engine maka semakin besar pula effisiensi thermal yang terjadi di HE. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antara putaran main engine dengan putaran pompa air laut dan pompa air tawar. Jika putaran main engine tinggi maka temperaturnya akan semakin tinggi, sehingga kerja pompa air laut dan air tawar akan sebanding lurus terhadap putaran main engine untuk menyerap panas pada main engine di HE. 65
ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)
ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine 600-1200 rpm) Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 6308030042 PROGRAM STUDI TEKNIK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciBab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Nylon yang merupakan salah satu industri
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator
Lebih terperinciANALISA PERFORMANCE HEAT EXCHANGER
ANALISA PERFORMANCE HEAT EXCHANGER Latar Belakang Masalah Di kapal, motor bantu sangat dibutuhkan untuk pengoperasian alat-alat bantu yang lainya. Seperti contoh pengoperasian untuk alat penerangan dan
Lebih terperinciCOOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )
COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji
Lebih terperinciSIDANG HASIL TUGAS AKHIR
SIDANG HASIL TUGAS AKHIR DESAIN COMPACT HEAT EXCHANGER TIPE FIN AND TUBE SEBAGAI ALAT PENDINGIN MOTOR PADA BOILER FEED PUMP STUDI KASUS PLTU PAITON, PJB Disusun Oleh : LUKI APRILIASARI NRP. 2109100073
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai
TUGAS AKHIR Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai Dipresentasikan Oleh: Devi Ratna Sari 21 111 05 012 Dosen Pembimbing Ary Bachtiar K.P, ST,
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE
ANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE Shahrin Febrian S.T, M.Si, Shanty Labora Manulang S.Pi, M.Si, Aldyn Clinton Partahi Oloan e-mail: shahrin.febrian@gmail.com, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC
PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air
Lebih terperinciBAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.
3.1 Diagram Alir Modifikasi BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN Mulai Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z Target Desain Modifikasi Perhitungan Modifikasi
Lebih terperinciUji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS
Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,
Lebih terperinciSKRIPSI APLIKASI PENUKAR KALOR PADA MODIFIKASI SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL IKAN 30 GT
SKRIPSI APLIKASI PENUKAR KALOR PADA MODIFIKASI SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL IKAN 30 GT Dosen Pembimbing : Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Sutopo Purwono F. ST, M.Eng, Ph.D Priyanto / 4209100083
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)
Lebih terperinciANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 78-83 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet
Lebih terperinciBAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI
BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI 3.1 SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI Desain dan peralatan sistem refrigerasi dengan menggunakan prinsip adsropsi yang direncanakan pada percobaan kali ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang
Lebih terperinciRe-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.
Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga
Lebih terperinciBAB lll METODE PENELITIAN
BAB lll METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Proses ini bertujuan untuk menentukan hasil design oil cooler pada mesin diesel penggerak kapal laut untuk jenis Heat Exchager Sheel and Tube. Design ini bertujuan
Lebih terperinciBAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN
BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator
Lebih terperinciMAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.
MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja
Lebih terperinciKunci Jawaban Latihan Termodinamika Bab 5 & 6 Kamis, 12 April 2012 W NET
Kunci Jawaban Latihan Termodinamika Bab 5 & 6 Kamis, 12 April 2012 1. Sebuah mesin mobil mampu menghasilkan daya keluaran sebesar 136 hp dengan efisiensi termal 30% bila dipasok dengan bahan bakar yang
Lebih terperinciKINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3
PROS ID I NG 2012 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis
Lebih terperinciDitulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang digunakan sebagai penggerak mula dari generator
Lebih terperinciANALISA SISTEM PENDINGIN KAPASITAS GPM PADA MESIN DIESEL DI PLTD TITI KUNING
ANALISA SISTEM PENDINGIN KAPASITAS 1.200 GPM PADA MESIN DIESEL DI PLTD TITI KUNING LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian.............
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Peralatan Pengujian Pembuatan alat penukar kalor ini di,aksudkan untuk pengambilan data pengujian pada alat penukar kalor flat plate, dengan fluida air panas dan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciBAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR
BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan
Lebih terperinciPerencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika
Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika Muhamad dangga A 2108 100 522 Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar Krishna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS 3.1 Bahan Studi Kasus Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data pengukuran pompa sirkulasi minyak sawit pada Concentrated Solar Power selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai bahan bakar cat yang
Lebih terperinciBAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN.... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan
Lebih terperinciPOMPA TORAK. Oleh : Sidiq Adhi Darmawan. 1. Positif Displacement Pump ( Pompa Perpindahan Positif ) Gambar 1. Pompa Torak ( Reciprocating Pump )
POMPA TORAK Oleh : Sidiq Adhi Darmawan A. PENDAHULUAN Pompa adalah peralatan mekanik yang digunakan untuk memindahkan fluida incompressible ( tak mampu mampat ) dengan prinsip membangkitkan beda tekanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciTugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika
Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMANFAATAN MARINE FUEL OIL (MFO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ENGINE DIESEL MaK
PERENCANAAN PEMANFAATAN MARINE FUEL OIL (MFO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ENGINE DIESEL MaK Hendra Poeswanto 1) Ahmad Yani 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Trunajaya Bontang. 1,2) Jl.Taekwondo
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN
KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang
Lebih terperinciDESAIN DAN PERHITUNGAN TEORITIS POMPA SENTRIFUGAL DENGAN STUDI KASUS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
DESAIN DAN PERHITUNGAN TEORITIS POMPA SENTRIFUGAL DENGAN STUDI KASUS DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA Briyan Oktama 1, Tulus Burhanudin Sitorus 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)
Lebih terperinciPROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT
TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Lebih terperinciVERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN LITERATUR
BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN
ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciSKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR
SKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE UNTUK AFTERCOOLER KOMPRESSOR DENGAN KAPASITAS 8000 m 3 /hr PADA TEKANAN 26,5 BAR OLEH : FRANKY S SIREGAR NIM : 080421005 PROGRAM
Lebih terperinciTURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA
TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya. Shalawat serta salam penulis junjung kepada Nabi Muhammad
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
ANALISA KINERJA PENUKAR PANAS AKIBAT PERUBAHAN DIAMETER TABUNG DARI 9 mm MENJADI 13 mm PADA BANTALAN OLI PENDUKUNG UNIT 1 PT. PJB UP PLTA CIRATA PURWAKARTA Bono Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses produksi Asam Sulfat banyak menimbulkan panas. Untuk mengambil panas yang ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T
PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciSujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48
PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger
Lebih terperinciCOOLING WATER SYSTEM
2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA
PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
Lebih terperinciANALISA WAKTU PENGOSONGAN GRAVING DOCK YANG TIDAK MAKSIMAL BERDASARKAN PERHITUNGAN DAN DATA AKTUAL DI PT. BEN SANTOSA SURABAYA
ANALISA WAKTU PENGOSONGAN GRAVING DOCK YANG TIDAK MAKSIMAL BERDASARKAN PERHITUNGAN DAN DATA AKTUAL DI PT. BEN SANTOSA SURABAYA Disusun oleh : Nevi Febriyani 6308030035 Latar Belakang Masalah Waktu pengosongan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Mesin Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalm silinder. Panas yang di hasilkan tidak di buang akibatnya
Lebih terperinciTabel 2.3 Daftar Faktor Pengotoran Normal ( Frank Kreit )
h i = Konduktansi permukaan rata-rata fluida sebelah dalam pipa (Btu/h ft 2 F) R o = Tahanan pengotoran pada sebelah luar pipa (Btu/h ft 2 F) R i = Tahanan pengotoran pada sebelah dalam pipa (Btu/h ft
Lebih terperinciBAB VII PENDINGINAN MOTOR
BAB VII PENDINGINAN MOTOR Pendinginan adalah suatu media (zat) yang berfungsi untuk menurunkan panas. Panas tersebut didapat dari hasil pembakaran bahan bakar didalam silinder. Sebagaimana diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET
PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN
Lebih terperinciANALISA PERFORMANSI COOLER LUBE OIL DENGAN KAPASITAS 300 TON/JAM PADA UNIT 2 DI PLTU LABUHAN ANGIN LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISA PERFORMANSI COOLER LUBE OIL DENGAN KAPASITAS 300 TON/JAM PADA UNIT 2 DI PLTU LABUHAN ANGIN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan
Lebih terperinciDOSEN PEMBIMBING : PROF. Dr. Ir. DJATMKO INCHANI,M.Eng. oleh: GALUH CANDRA PERMANA
PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI SISTEM KOMPRESI PENDINGIN ABSORPSI DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL PADA KAPAL NELAYAN IKAN MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) DOSEN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 85-90 PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet Priyoatmojo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciTINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL
HALAMAN JUDUL Teknik LAPORAN PENELITIAN DOSEN TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL Oleh : Bagiyo Condro Purnomo NIK. 087606031 Fakultas Teknik Saifudin,
Lebih terperinciPerancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan
Lebih terperinciBAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR
27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai
Lebih terperinci