BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan bank mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pembangunan di Indonesia khususnya di bidang perekonomian. Sebagian besar penduduk Indonesia berada di pedesaaan, sehingga pembangunan di pedesaaan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Di pedesaaan terdapat Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang membantu tujuan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat di daerah pedesaan. Di Bali lembaga keuangan desa lebih dikenal dengan sebutan lembaga perkreditan desa (LPD). LPD dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Bali No. 972 Tahun 1984. Pemerintah Daerah berperan dalam menetapkan regulasi (pengaturan) dan bertanggung jawab dalam mengawasi industri LPD (I Ketut Nurcahya, 2006 : 209). PT Bank Pembangunan Daerah Bali bertindak untuk mengawasi kegiatan operasional LPD. Direksi Bank Pembangunan Daerah Bali telah menyusun suatu standar penilaian kinerja keuangan dan tingkat kesehatan LPD melalui Surat Keputusan No. 0303.102.10.2004.2 tentang sistem penilaian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dikeluarkan pada tanggal 5 Agustus 2004. Dalam SK tersebut menyangkut permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan likuiditas untuk menjamin pengelolaan LPD yang sehat. Dalam surat keputusan tersebut dikatakan bahwa kesehatan suatu LPD merupakan kepentingan semua pihak yang terkait baik bagi pemilik dan pengelola LPD, masyarakat pengguna jasa LPD 1
maupun PT Bank Pembangunan Daerah Bali selaku pengawas Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali adalah sebagai mediator bagi Krama Desa yang membutuhkan dana dan yang mempunyai kelebihan dana. LPD dimiliki oleh Desa Adat yang dibentuk atas kesepakatan pengurus Desa Adat dengan Krama Desa berdasarkan awig-awig Desa Adat setempat yang berlaku. Penggunaan dan pemanfaatan LPD ditujukan kepada usaha-usaha baik yang menyangkut kepentingan Desa Adat maupun peningkatan taraf hidup Krama Desa yang bersangkutan melalui usaha pengembangan potensi sektor-sektor ekonomi yang ada di pedesaan. LPD merupakan lembaga keuangan yang dimiliki oleh Desa Adat serta menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan ikut serta dalam menunjang pembangunan daerah. Dengan demikian LPD merupakan bagian dari kekayaan Desa Adat yang memiliki potensi meningkatkan perekonomian rakyat. Adanya suatu lembaga keuangan di tengahtengah masyarakat pedesaan secara langsung akan dapat menjadi sasaran untuk mendukung semua jenis usaha yang produktif di lingkungan Desa Adat. LPD sebagai Lembaga Keuangan Desa mempunyai karakteristik yang berbeda dari lembaga keuangan lainnya, sehingga dalam kegiatan operasionalnya dilakukan pembinaan dan pengawasan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja LPD dalam pengembangannya dan pelestariannya. Pembinaan yang dilakukan tersebut dapat berupa pembinaan umum dan pembinaan teknis. Tim pembina terdiri dari Tim Pembina Propinsi dan Tim Pembina Kabupaten/Kota 2
yang mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengendalian dalam usaha lebih mendorong perkembangan LPD di semua Kabupaten/Kota yang ada di Bali. LPD telah cukup berkembang di dalam usaha mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan kesempatan berusaha bagi Krama Desa serta menunjang program pemerintah dalam hal pengentasan kemiskinan. Eksistensi LPD di Bali tidak semata-mata sebagai lembaga keuangan yang memberikan pinjaman atau kredit maupun penyimpanan tabungan dan deposito, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana LPD mampu melakukan proses pengelolaan dana dari Krama Desa sehingga Krama Desa tidak salah mengelola uang yang mereka miliki. LPD memberi pengaruh positif terhadap terciptanya lapangan pekerjaan di pedesaaan walaupun dalam skala yang relatif kecil. Hambatan yang dihadapi oleh LPD saat ini adalah modal yang relatif rendah, manajemen yang sederhana, peralatan yang relatif terbatas serta keterbatasan dari sumber daya manusia (SDM). Tingginya tingkat persaingan antar lembaga keuangan lain yang ada di Bali mengharuskan LPD untuk menjaga kesehatan kinerja keuangannya agar tetap dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. LPD harus mampu bersaing dengan lembaga keuangan lain yang mempunyai modal lebih besar, manajemen yang lebih baik, menggunakan peralatan yang lebih modern serta SDM yang lebih berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Ramantha (2006 : 45) menyatakan bahwa tingkat kesehatan LPD merupakan salah satu indikator penting yang dapat menentukan kemampuannya untuk bersaing dengan lembaga 3
keuangan yang lain seperti Bank Perkreditan Rakyat dan Usaha Simpan Pinjam Koperasi. Sumantoro Martowijoyo (1999 : 45) sebagai peneliti pada Tim Penyiapan Pusat Pendidikan dan Riset pada Bank Indonesia mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menggambarkan perilaku masyarakat pedesaan yang mempengaruhi kinerja lembaga keuangan mikro (LKM), misalnya : jam kerja, jarak rata-rata antara lokasi LKM ke lokasi nasabah, waktu pemrosesan kredit, tingkat penghasilan nasabah, suku bunga tabungan dan suku bunga pinjaman. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh Badan Pengurus LPD dalam rangka meningkatkan kepercayaan Krama Desa terhadap LPD. Dalam mengelola usaha LPD diperlukan prinsip kehati-hatian. Prinsip tersebut sangat diperlukan dalam mengelola LPD yang sehat yang menyangkut ketentuan yang mengatur kecukupan modal, batas maksimum pemberian kredit (BMPK), sistem klasifikasi pinjaman, tersedianya cadangan penghapusan kredit macet yang cukup, manajemen likuiditas, sistem penilaian terhadap LPD, ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaporan LPD, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi serta penerapannya, restrukturisasi, penutupan serta likuiditas LPD (Peraturan Daerah Propinsi Bali No.8 Tahun 2002 tentang LPD). Untuk mengetahui kemajuan suatu LPD, ukuran yang digunakan adalah kemampuan untuk memperoleh laba serta kinerja keuangan dilihat dari segi permodalan dan assets-nya berdasarkan laporan keuangan yang telah dibuat. Laba yang diperoleh dapat digunakan sebagai ukuran bahwa usaha tersebut telah bekerja secara efektif dan efisien dalam menggunakan modal maupun aktivanya. 4
Penilaian terhadap tingkat kesehatan LPD dilakukan dengan menggunakan rasio permodalan (capital), rasio kualitas aktiva produktif (assets), rasio rentabilitas (earning), dan rasio likuiditas (liquidity) atau yang lebih dikenal dengan CAEL. Setiap rasio diberikan penilaian dari kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Hasil akhir dari analisis tingkat kesehatan LPD menunjukkan kinerja keuangan LPD selama periode berjalan. LPD Desa Adat Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung didirikan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tingkat II Badung No. 581/1575/EK tanggal 2 Desember 1984, dan secara resmi berdiri pada tanggal 18 Desember 1985. LPD ini mengalami perkembangan yang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kas, bank, pinjaman yang diberikan, tabungan, deposito, modal dan laba. Perkembangan LPD periode 2003-2007 disajikan dalam tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Perkembangan Kas, Bank, Pinjaman yang Diberikan, Tabungan, Deposito, Jumlah Modal dan Laba LPD Desa Adat Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun 2003-2007 (Dalam Rupiah) No Pos-Pos 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kas 10.546.000 21.831.000 6.730.000 18.946.000 22.846.000 2 Bank 25.950.000 84.146.000 25.673.000 86.439.000 93.868.000 3 Pinjaman yang 299.210.000 273.975.000 403.163.000 444.535.000 646.952.000 Diberikan 4 Tabungan 124.274.000 179.199.000 208.815.000 269.598.000 396.948.000 5 Deposito 24.000.000 17.000.000-23.000.000 69.000.000 6 Modal 167.264.500 176.347.500 182.781.500 207.360.000 243.251.500 7 Laba 16.555.000 10.853.000 29.343.000 45.308.000 59.139.000 Sumber : Lampiran 1 dan 4 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas mencerminkan bahwa perkembangan jumlah kas, bank, pinjaman yang diberikan, tabungan, deposito, modal dan laba mengalami fluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan LPD Desa 5
Adat Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung mengalami peningkatan dan penurunan untuk setiap pos-pos keuangan selama lima periode yaitu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Sebagian besar modal pada LPD adalah simpanan yang berasal dari nasabahnya sehingga untuk menarik modal dari luar perusahaan sangat memerlukan faktor kepercayaan dari calon nasabah LPD. Nasabah LPD akan bersedia menyetorkan dananya apabila tersedia informasi yang meyakinkan. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh LPD yang bersangkutan adalah laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian yaitu bagaimana tingkat kesehatan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung ditinjau dari aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek rentabilitas dan aspek likuiditas periode 2003-2007? 1.2 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan penelitian, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung ditinjau dari aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek rentabilitas dan aspek likuiditas periode 2003-2007. 6
1.2.2 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian-kajian empirik mengenai tingkat kesehatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ditinjau dari aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek rentabilitas dan aspek likuiditas. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam penyelesaian masalah operasional Lembaga Keuangan Mikro (LKM) serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di masa mendatang khususnya dalam bidang keuangan. 1.3 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran tentang penelitian ini, maka pembahasan disusun dalam beberapa bab secara sistematis sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Dalam bab ini membicarakan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisannya. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar teoritis yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya. 7
Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang tempat dan objek, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data yang diperlukan, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan, deskripsi variabel penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini membicarakan mengenai simpulan dan saran dari hasil penelitian. 8