BAB 1 PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan asing. Sektor pariwisata menjadi salah satu industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan bersaing saja yang dapat bertahan. Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin berkembangnya masyarakat modern seringkali dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. itu banyak investor yang merasa perlu untuk berinvestasi di industri tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah Restoran dan Kafe

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

2015 ANALISIS SWOT DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS DI RAMEN AA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan di masyarakat akan mempengaruhi pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. jasa. Sehingga setiap perusahaan dituntut untuk selalu berusaha keras dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, hanya perusahaan yang berorientasi pada konsumen yang berhasil menarik

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB I PENDAHULUAN. mengusung konsep makanan cepat saji (fast food) dan restoran spesialis. Restoran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya di Indonesia. Selain memiliki obyek wisata alam dan obyek wisata belanja, saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan membutuhkan inovasi dan kreatifitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai kelebihan dan keunikan dari masing-masing produk

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dapat dilihat dari banyak bermunculan tempat-tempat makan, baik yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, persaingan semakin ketat disertai

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen di masing-masing perusahaan juga dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Philip Kotler, 2008). Philip Kotler (2008) Cronin dan Taylor, dalam Prabowo 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

GAMBAR 1.1 Logo Ramen Bajuri Sumber : ramen bajuri.com, 2016

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek budaya dan sosial yang datang dari luar negeri membuat pola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita teliti, terlebih di era globalisasi terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama pada dunia usaha saat ini. Di samping itu, banyaknya usaha bermunculan baik perusahaan kecil maupun besar berdampak pada persaingan yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis. Hal ini menyebabkan perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha-usaha pemasaran sebuah produk yang dilakukan. Dalam konsep pemasaran, salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing. Salah satu hal yang menempati urutan teratas dalam pemenuhan kebutuhan manusia yaitu pangan, maka masalah pangan dikategorikan ke dalam kebutuhan primer atau kebutuhan pokok. Dengan alasan itu, manusia tidak dapat melepaskan kebutuhannya untuk makan karena hanya dengan makan manusia dapat terus melangsungkan hidupnya. Dalam menikmati makanan atau hidangan, setiap orang mempunyai cara yang berbeda untuk memenuhinya. Cara tersebut bisa dengan memilih kafe yang indah dengan pelayanan mewah, dengan harapan bahwa konsumen akan merasa puas setelah ia mengorbankan sejumlah uang yang dikeluarkannya. Disamping itu, ada pula yang lebih cenderung memilih kafe yang 1

2 biasa tetapi memberikan kepuasan dalam rasa makanan yang disantapnya. Sebagian konsumen ada yang beranggapan daripada makan makanan yang mewah serta mahal tetapi tidak cukup lezat rasanya, lebih baik memilih kafe biasa namun menghidangkan menu yang lezat sesuai dengan selera mereka sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen tersebut. Kota Bandung sejak dahulu dikenal sebagai kota yang memiliki beragam kekhasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terkenal sebagai kota wisata, kota fashion, dan kota kuliner, beraneka ragam fashion yang ditawarkan menjadi ciri khas tersendiri di kota ini. Banyaknya wisatawan lokal dan wisatawan asing yang berkunjung ke kota Bandung, dengan tujuan beragam seperti sekedar untuk shopping atau pun hanya untuk menghabiskan waktu libur dengan menikmati suasana Kota Bandung, telah tercantum dalam Undang Undang pariwisata di Kota Bandung dan peraturan Daerah Kota Bandung mengenai pariwisata di Kota Bandung yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan. Perubahan gaya hidup (lifestyle) dialami oleh masyarakat pada saat ini. Salah satu manifestasi gaya hidup modern saat ini adalah kebiasaan kelompok masyarakat tertentu yang nongkrong di kafe atau coffe shop. Hal ini didukung oleh pendapat Renald Kasali, seorang pakar di bidang pemasaran yang berkata, Ngopi kini bukan lagi sekedar untuk menghilangkan kantuk, tapi sebagai bagian gaya hidup, dimana coffe shop menjadi tempat kongkow yang amat diminati. Gaya hidup ini sesuai dengan karakter orang Indonesia yang suka berkumpul.

3 Fenomena maraknya coffe shop terjadi di Kota Bandung. Sikap konsumen dan minat beli di sebuah coffee shop dipengaruhi beberapa hal, seperti harga yang terjangkau maupun sarana fisik yang memadai. Hal tersebut mutlak dilakukan oleh pemilik usaha yang sedang dikelola. Untuk bertahannya sebuah usaha, maka haruslah memikirkan cara efektif dan efisien agar dapat bersaing. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kepuasan konsumen. Berikut adalah perkembangan industri kafe di Kota Bandung : Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kafe di Kota Bandung Persentase Tahun Jumlah Kafe Kenaikan 2010 191 2,68% 2011 196 2,61% 2012 235 19,89% 2013 432 49,8% 2014 653 51,2% Sumber : Kota Bandung Dalam Angka, 2015 (Bandungkota.bps.go.id) Tabel 1.1 menunjukan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terdapat peningkatan jumlah kafe yang mengakibatkan persaingan di Kota Bandung juga meningkat. Pada tahun 2011 presentase jumlah kafe di Kota Bandung menurun 2,61%, pada tahun 2012 mengalami peningkatkan sebesar 19,89%, pada tahun 2013 meningkat sebanyak 49,8%, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 51,2%. Hal ini menunjukan bahwa persaingan usaha kafe di Kota Bandung setiap tahun semakin ketat. Salah satu jenis kafe yang sedang booming di kalangan anak muda kota Bandung belakangan ini adalah kafe mie ramen, yang merupakan salah satu jenis

4 Asian cuisine. Mie yang berasal dari negara Cina ini memang menjadi makanan yang cukup booming setidaknya dalam 1-2 tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai restoran, rumah makan, cafe, maupun kedai yang menjual ramen di kota Bandung. Menu ramen sendiri sebenarnya diadaptasi dari negara Cina, namun disajikan dengan gaya asli Jepang. Umumnya ramen disajikan dengan kuah kaldu panas dengan berbagai pilihan topping. Untuk menarik minat pelanggan, banyak pelaku bisnis yang menciptakan ramen dengan citarasa lokal. Berikut ini adalah data 25 kafe di Kota Bandung yang menyediakan menu mie ramen versi Tripadvisor tahun 2015 : Tabel 1.2 Data 25 Kafe di Kota Bandung Tahun 2015 No Nama Kafe Alamat 1 Bober Café Jl. Riau No. 123 Bandung 2 Kafe Halaman Jl. Tamansari No. 92 Bandung 3 Oh Lala Café Jl. Ir. H. Juanda No.61 Bandung 4 Kafe Bali Jl. RE. Martadinata No.215 Bandung 5 Green Café Jl. Pelajar Pejuang No. 69 Bandung 6 Beat N Bite Café Jl. Ambon No. 8 Bandung 7 Karamba Café Jl. Sultan Tirtayasa No. 26 Bandung 8 Violet Café Jl. Braga No. 54 Bandung 9 Tokyo Connection Jl. Progo No.5 Bandung 10 Hanamasa Jl. Ir. H. Juanda No.48 Bandung 11 Gokana Teppan Jl. Pelajar Pejuang No. 45 Bandung 12 Kedai Ling-ling Jl. Sukajadi No. 157 Bandung 13 Fuku Ramen Jl. Sunda No. 46 Bandung 14 Ramen House Jl. Riau No. 111 Bandung 15 Jigoku Ramen Jl. Dipatiukur No. 40 Bandung 16 Sume Ramen Jl. Pajajaran No. 43 Bandung 17 Kafe Kuma Ramen Jl. Lengkong Besar No. 71 Bandung 18 Kafe Rider Ramen Jl. Setiabudi No. 37 Bandung 19 Oishi Ramen and Sushi Jl. Pramuka No. 69 Bandung 20 Udin Ramen Jl. Tamansari Bandung 25 Kafe Ramen Aboy Jl. Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung Sumber : www.tripadvisor.com

5 Berdasarkan Tabel 1.2 pada halaman sebelumnya dapat diketahui bahwa Bober Kafe yang beralamat di Jl. Riau No. 123 Bandung menduduki posisi pertama, sedangkan Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung menduduki peringkat terakhir dan termasuk kafe yang kurang diminati. Hal ini menunjukan bahwa kinerja pemasaran pada kafe belum optimal. Selanjutnya untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan kafe tersebut berada pada posisi terakhir, maka diperoleh hasil wawancara dengan owner kafe pada tanggal 13 Juni 2016 didapat pula jumlah pengunjung kafe tersebut sebagai berikut : Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung Jumlah Tahun Bulan Keterangan Pengunjung 2015 Agustus 1800-2015 September 3873 (+)2073 2015 Oktober 2167 (-)1706 2015 November 2555 (+) 388 2015 Desember 2144 (-) 411 2016 Januari 4129 (+)1985 2016 Februari 3703 (-) 426 2016 Maret 3288 (-) 415 2016 April 2954 (-) 334 Sumber : Kafe Ramen Aboy Berdasarkan Tabel 1.3 di atas menunjukan bahwa jumlah pengunjung Kafe Ramen Aboy ini berfluktuaktif tetapi cenderung mengalami penurunan, yaitu pada bulan September, November 2015, dan Januari 2016 mengalami peningkatan pengunjung, sedangkan pada bulan Oktober, Desember 2015, Februari, Maret, dan April 2016 mengalami penurunan jumlah pengunjung, dimana penurunan pengunjung terjadi selama tiga bulan berturut.

6 Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan owner Kafe Ramen Aboy pada tanggal 13 Juni 2016 didapat pula data pendapatan yaitu sebagai berikut : Tabel 1.4 Data Pendapatan Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung Tahun Bulan Pendapatan Per/bulan Keterangan 2015 Agustus Rp. 162.000.000-2015 September Rp. 170.000.000 (+) Rp.8000.000 2015 Oktober Rp. 165.000.000 (-) Rp.5.000.000 2015 November Rp. 190.000.000 (+) Rp.25.000.000 2015 Desember Rp. 185.000.000 (-) Rp.5.000.000 2016 Januari Rp. 192.000.000 (+) Rp.7.000.000 2016 Februari Rp. 190.000.000 (-) Rp.2.000.000 2016 Maret Rp. 181.500.000 (-) Rp.8.500.000 2016 April Rp. 160.000.000 (-) Rp.21.500.00 Sumber : Kafe Ramen Aboy Berdasarkan Tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa data pendapatan berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Penurunan terjadi selama tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Februari, Maret, dan April 2016. Pada tahun pertama hingga tahun ke dua kafe berdiri, kafe ini tidak pernah sepi dikunjungi pelanggannya. Konsumen bersedia mengantri dalam waktu yang lama hanya untuk menikmati mie ramen. Akhir-akhir ini cenderung mengalami penurunan penjualan dikarenakan semakin banyaknya bisnis atau usaha rumah makan sejenis. Menurut Handi (2009:132) menyatakan bahwa turunnya data transaksi bisa dipengaruhi oleh turunnya kepuasan konsumen. Apabila konsumen merasa puas maka ditandai dengan rasa senang, begitu pula sebaliknya apabila konsumen merasa sedih maka dapat dikatakan bahwa konsumen tersebut tidak puas. Selain itu, banyaknya konsumen yang mengeluh juga menandakan bahwa konsumen tersebut merasa tidak

7 puas. Keluhan konsumen dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengukur seberapa besar kepuasan konsumen. Berikut adalah data keluhan konsumen : Tabel 1.5 Data Keluhan Konsumen Bulan Januari-April 2016 Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung No Keluhan Konsumen Jumlah 1 Harga menjadi lebih mahal 24 2 Harga naik tetapi porsi ramen menjadi sedikit 18 3 Konsumen terkadang merasa kesulitan menemukan tempat parker 19 4 Meja dan tempat duduk yang sedikit 21 5 Kondisi meja kotor dan berantakan sehingga membuat konsumen tidak 16 nyaman Total 98 Sumber : Kafe Ramen Aboy Berdasarkan Tabel 1.5 diatas menunjukan bahwa sebanyak 98 orang konsumen mengeluh, yaitu diantaranya 24 orang konsumen menyatakan bahwa harga menjadi lebih mahal, 18 orang konsumen menyatakan bahwa harga naik tetapi porsi makanan menjadi sedikit, 19 orang konsumen menyatakan bahwa konsumen kesulitan menemukan tempat parkir, 21 orang konsumen menyatakan bahwa ketersediaan meja dan tempat duduk yang sedikit, dan 16 orang konsumen menyatakan bahwa kondisi meja kotor dan berantakan sehingga membuat konsumen tidak nyaman. Maka dapat diartikan bahwa kepuasan konsumen pada Kafe Ramen Aboy berada dalam kondisi tidak puas. Selanjutnya untuk mengetahui lebih jauh mengenai masalah-masalah yang dihadapi, maka peneliti melakukan penelitian pendahuluan yaitu dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden konsumen yang berkunjung ke Kafe

8 Ramen Aboy. Hasil penelitian pendahuluan mengenai kepuasan konsumen yaitu sebagai berikut : Tingkat Kepuasan Puas Tidak Puas 40% 60% Gambar 1.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Mengenai Kepuasan Konsumen Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada Gambar 1.1 menyatakan bahwa kepuasan konsumen terhadap Kafe Ramen Aboy sekitar 40 % merasa puas dan sekitar 60 % merasa tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut (Fandy Tjiptono 2010:160). Konsumen dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu jika kinerja di bawah harapan, konsumen akan merasa kecewa tetapi jika kinerja sesuai dengan harapan pelanggan akan merasa puas dan apa bila kinerja bisa melebihi harapan maka pelanggan akan merasakan sangat puas senang atau gembira. Maka tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu barang atau jasa akan mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Sebagaimana yang dikatakan Kotler dan Keller (2012:144) yaitu kepuasan merupakan tingkat rasa setelah

9 membandingkan tingkat kinerja yang dia rasakan dengan harapan-harapannya, dimana dilihat dari data diatas masih belum memenuhi harapan konsumen sehingga konsumen merasa tidak puas. Melihat penyebab fenomena yang terjadi, penulis juga melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan kepuasan konsumen yang berdampak pada menurunnya tingkat penjualan di kafe tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen diantaranya adalah bauran pemasaran. Kafe Ramen Aboy adalah usaha yang bergerak di bidang jasa yang tidak hanya menjual produk tetapi juga memberikan service kepada kosumen. Hasil penelitian pendahuluan pada Kafe Ramen Aboy akan peneliti sajikan pada halaman selanjutnya yaitu : Tabel 1.6 Hasil Penelitian Pendahuluan Terkait Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen pada Kafe Ramen Aboy No Keterangan Pernyataan 1 Product 2 Price Produk makanan dan minuman di Kafe Ramen Aboy menarik perhatian Produk makanan dan minuman di Kafe Ramen Aboy sesuai dengan harapan Harga yang ditawarkan sangat cocok untuk semua kalangan usia Harga yang ditawarkan terjangkau Persentase Penilaian SS S CS TS STS 27% 33% 33% 3% 4% 27% 37% 27% 6% 3% 3% 17% 10% 40% 40% 8% 12% 27% 38% 15%

10 No Keterangan Pernyataan 3 Place 4 Promotion 5 People 6 Process 7 Physical Evidence Kafe Ramen Aboy sangat strategis Kafe Ramen Aboy sangat nyaman Promosi Kafe Ramen Aboy sangat cepat sampai pada konsumen Pesan promosi yang disampaikan Kafe Ramen Aboy sangat menarik Saya merasa dilayani dengan baik oleh karyawan atau pemilik Karyawan atau pemilik bersikap sopan kepada konsumen Proses pemesanan makanan dan minuman Kafe Ramen Aboy cepat ditanggapi oleh pelayan Proses pembayaran di Kafe Ramen Aboy sangat mudah Ketersediaan tempat duduk di Kafe Ramen Aboy sangat banyak Lahan parkir kendaraan di Kafe Ramen Aboy sangat luas Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan Persentase Penilaian SS S CS TS STS 23% 37% 30% 7% 3% 27% 36% 27% 7% 3% 34% 39% 17% 7% 3% 30% 57% 10% 3% - 32% 52% 12% 2% 2% 30% 48% 15% 3% 4% 32% 41% 20% 3% 4% 43% 38% 15% 4% - 15% 17% 22% 28% 18% 7% 7% 20% 39% 27%

11 Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada Tabel 1.5 terdapat masalah di Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung. Bauran pemasaran yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen diantaranya adalah harga, dimana dari 30 responden menyatakan 80% tidak setuju dan 20% menyatakan setuju. Maka dapat diartikan bahwa harga di kafe tersebut mahal menurut konsumen. Mahalnya harga dari suatu produk atau jasa dapat mengakibatkan kepuasan konsumen turun. Menurut Kotler dan Keller (2012: 439) mendefinisikan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atau manfaatmanfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga dilihat dari sudut pandang konsumen seringkali digunakan sebagai indikator nilai. Apabila harga dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas produk barang maupun jasa, nilai didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. Dengan kesediaan petunjuk-petunjuk yang bersifat nyata, konsumen mengasosiasikan harga yang tinggi dengan tingkat kinerja suatu produk atau jasa yang tinggi pula. Menurut Lupyoadi (2010) menyatakan bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Harga juga memainkan peranan yang penting dalam mengkomunikasikan kualitas dari produk atau jasa tersebut. Setelah ditinjau dari faktor harga, maka selanjutnya faktor sarana fisik juga merupakan hal yang menjadi pertimbangan atas kepuasan konsumen pada Kafe Ramen Aboy. Sarana fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli maupun menggunakan produk atau jasa

12 yang ditawarkan (Kotler dan Amstrong 2012:62). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan mengenai sarana fisik yaitu sebanyak 68 % menyatakan tidak setuju dan 32 % menyatakan setuju, dapat diartikan bahwa sarana fisik berada dalam kondisi kurang baik yaitu diantaranya ketersediaan tempat duduk yang kurang atau sedikit dan sempitnya lahan parkir kendaraan yang kemudian berdampak pada kurangnya kepuasan konsumen. Menurut Zeithmal (2011) menyatakan bahwa sarana fisik memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen karena turut mempengaruhi keaadaan atau kondisi yang dialami konsumen. Berdasarkan fenomena permasalahan yang diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menjadikan permasalahan yang terjadi sebagai topik penelitian dengan mengambil judul : Pengaruh Harga dan Sarana Fisik Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Kafe Ramen Aboy. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Pada sub-bab ini penulis akan membuat identifikasi masalah dan rumusan masalah mengenai harga, sarana fisik, dan kepuasan konsumen. Identifikasi masalah diperoleh dari latar belakang penelitian, sedangkan rumusan masalah menggambarkan permasalahan yang akan diteliti. 1.2.1 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan jumlah kafe di Kota Bandung.

13 2. Persaingan bisnis kafe yang semakin ketat. 3. Penurunan jumlah pengunjung pada Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung. 4. Pendapatan mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan pada Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung. 5. Banyaknya keluhan konsumen pada Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung. 6. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan bahwa harga pada Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung terbilang mahal. 7. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan bahwa sarana fisik di Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung berada dalam kondisi kurang baik. 8. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan bahwa konsumen pada Kafe Ramen Aboy Cabang Jalan Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung merasa tidak puas. 1.2.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap harga pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung. 2. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap sarana fisik pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung. 3. Bagaimana tanggapan kosumen terhadap kepuasan konsumen pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung.

14 4. Seberapa besar pengaruh harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung, baik secara simultan maupun parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Tanggapan konsumen terhadap harga pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung. 2. Tanggapan konsumen terhadap sarana fisik pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung. 3. Besaran kepuasan konsumen terhadap Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung. 4. Besaran pengaruh harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir 40 Bandung, baik secara simultan maupun parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian diatas. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini ditujukan untuk menguji apakah variabel harga dan sarana fisik dapat memperlihatkan pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. Hasil penelitian inilah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis.

15 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Penulis mendapatkan pengalaman langsung yaitu bidang manajemen pemasaran dan lebih mengetahui tentang pengaruh harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen pada Kafe Ramen Aboy Cabang Gegerkalong Hilir No. 40 Bandung. b. Penulis dapat mengetahui bagaimana tanggapan konsumen mengenai harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen. 2. Bagi Perusahaan a. Penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan mengenai pentingnya pengaruh harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen. b. Dapat meningkatkan kepuasan konsumen dengan melakukan usulanusulan yang diberikan penulis. 3. Bagi Peneliti Lain a. Membantu pembaca untuk mengetahui dan mengerti mengenai pengaruh harga dan sarana fisik terhadap kepuasan konsumen. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau sumbangan pikiran yang bermanfaat untuk para pembaca yang akan mengadakan penelitian pada bidang yang sama.