1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerai makanan cepat saji sangat banyak dan beragam. Setiap hari gerai makanan cepat saji ini tidak pernah sepi dari konsumen. Sejarahnya kelahiran gerai-gerai makanan cepat saji khususnya di Amerika Serikat ditujukan untuk orang-orang yang sibuk berkerja khususnya bangunan yang rata-rata tidak memiliki waktu untuk sekedar makan. Kemudian, gerai makanan ini berkembang pesat dalam masyarakat industri dimana pekerja hanya memiliki sedikit waktu untuk mengisi perutnya. Seiring perkembangan dan penyebaran kapitalisme yang membuat masyarakat industri berkembang hampir ke seluruh dunia, gerai makanan cepat saji pun turut berkembang dan menjamur di seluruh dunia. Menjamurnya gerai makanan cepat saji di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia mampu mengubah pola kehidupan manusia, setidaknya mengubah pola makan masyarakat. Disamping itu, setidaknya di Indonesia, konsumen makanan cepat saji tidak hanya pekerja saja tetapi sudah merambah ke anak kecil hingga orang tua. Hal tadi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Fakta tadi turut melatarbelakangi lahirnya kerangka berpikir bahwa jika belum makan di gerai makanan 1
2 cepat saji dianggap nggak keren atau nggak gaul. Namun, dilihat dari segi gizi, makanan cepat saji sangat minim gizi bahkan cenderung tidak menyehatkan. Dengan harga yang relatif murah sehingga tidak perlu benar-benar kaya untuk mengonsumsinya, gerai-gerai makanan cepat saji hanya mementingkan keuntungan yang berlipat ganda tanpa memerhatikan kandungan gizi dan dampak yang diakibatkannya. Pola makan yang ditawarkan oleh berbagai gerai makanan cepat saji berbeda dengan pola makan yang sudah ada di Indonesia. Sebenarnya pola yang ditawarkan oleh gerai makanan cepat saji adalah pola makan orang-orang Amerika Serikat khususnya pekerja bangunan. Namun, peran media massa tidak bisa diabaikan dalam menyukseskan perkembangan gerai-gerai makanan cepat saji itu. Dilihat dari penting atau tidaknya dalam perspektif orang Indonesia, bisa dikatakan dengan tegas bahwa gerai-gerai makanan cepat saji tidak penting dan bukan merupakan prioritas utama dalam pemenuhan kebutuhan. Walau persaingan kedai cepat saji sudah sangat ketat, tawaran kemitraan atau waralaba makanan jenis ini tak pernah surut. Salah satu pembisnis yang menawarkan kemitraan gerai cepat saji ini adalah Setyajid. Dari Ciganjur, Jakarta Selatan, ia menawarkan kemitraan d'besto sejak awal 2011 lalu.
3 d Besto adalah salah satu Makanan Cepat Saji yang menjual makanan yang disukai oleh semua kalangan. d Besto hadir dengan konsep yang lebih modern dan dinamis dengan penyajian yang unik dan tambahan menu Burger, French Fries yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan tua, muda dan anak-anak. d Besto senantiasa mempertahankan citarasa Ayam Crispy yang unik dengan penyajian modern, dan selalu mengikuti perkembangan minat consumen, citarasa serta banyaknya tumbuh pesaing, sehingga menjadikan d Besto untuk terus berinovasi demi menciptakan brand minded terhadap permintaan pasar dengan selalu melakukan peningkatan dalam Quality, Service, Cleanliness dan Product. Meski makanan junkfood identik dengan kaum remaja, tempat makan ini rame disinggahi para keluarga yang membawa anak-anak kecil. Namun, tidak banyak yang makan di tempat. Rata-rata memesan makanan untuk dibawa pulang, termasuk kami berdua. Tempat duduknya memang tidak banyak, hanya ada 2-3 meja. Ruangannya memang tidak terlalu besar, didominasi dengan tempat menata pesanan sekaligus kasir, dan ada tempat untuk menaruh minuman. Dua menu utama d Besto adalah ayam goreng dan burger. Harganya sangat terjangkau. Mulai dari Rp 4000. Selain dua menu tersebut ada kentang goreng dan aneka minuman. Kami memesan dua burger, masing-masing Rp 6000. Pelayanannya tergolong cepat, tidak sampai 15 menit, pesanan kami telah siap kami bawa pulang. Kemasan dan Rasa Dengan harga yang terjangkau, penampilannya pun minimalis.
4 Burger tersebut hanya dibungkus kertas putih. Dan isiannya pun bisa dibilang sederhana, hanya ada selapis daging cincang goreng, tomat, dan ketimun, dengan saus sambal. Meski sederhana, rasa dagingnya lumayan enak. Ya, kalau dibandingkan antara harga dan rasa, ya sebandinglah. Kemitraan d'besto sebenarnya adalah pengembangan pasar dari Kentuku Fried Chicken (KUFC). Setyajid sendiri telah merintis KUFC sejak 1994 lalu. Setelah berjalan selama 16 tahun, KUFC ingin menyasar pasar medium dengan membuka gerai ayam goreng krispi dan burger. Tingginya konsumsi ayam goreng krispi dan burger menjadi jaminan kemitraan ini memiliki prospek yang cerah ke depannya. "Apalagi, kami telah mengembangkan produk yang sama selama 18 tahun dan tetap eksis hingga sekarang," kata Achmad Haris, Bagian Divisi Pengembang Mitra d'besto. Kemitraan ini menawarkan dua paket investasi, yakni paket d'besto berupa paket booth dengan nilai investasi Rp 55 juta dan paket mini resto sebesar Rp 100 juta. Untuk paket Rp 55 juta, mitra akan mendapatkan booth d'besto lengkap dengan peralatan dan pelatihan karyawan. Adapun untuk paket investasi sebesar Rp 100 juta, mitra memperoleh semua peralatan dan perlengkapan serta pengelolaan manajemen. "Mitra tak perlu repot karena manajemen pusat yang akan menjalankan usaha ini," lanjut Haris. Kerja sama ini berlaku selama lima tahun. Manajemen pusat d'besto akan membagi keuntungan bersih sebesar 35% kepada mitra dan sisanya 65% menjadi milik manajemen pusat
5 menurut Haris, porsi keuntungannya lebih besar karena perusahaan harus menanggung risiko lebih besar. "Kami berusaha keras agar bisnis ini tidak rugi,". Saat ini, d'besto telah memiliki dua gerai mini resto milik sendiri dan tiga gerai milik mitra yang tersebar di Lampung, Parung, dan Bintaro. Harga menu ditawarkan cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp 6.000 - Rp 11.000. Omzet yang diraih pun bisa mencapai Rp 45 juta per bulan untuk booth dan Rp 72 juta setiap bulan untuk gerai mini resto. Mitra dapat balik modal dalam 12 hingga 15 bulan, tergantung paket yang dipilih. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Produk, Persepsis Harga Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Cepat Saji d Besto. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh produk terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto? 2. Bagaimana pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto? 3. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto?
6 4. Bagaimana pengaruh produk, persepsi harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto? 1.3 Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, maka penulis memberikan batasan terhadap permasalahan Pengaruh Produk, persepsi harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian Makanan Cepat Saji d Besto. Untuk konsumen wilayah Petukangan Utara, jakarta selatan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh produk terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto. 2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto. 3. Untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto. 4. Untuk menganalisis pengaruh produk, persepsi harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto.
7 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis a. Bagi pembaca Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya peran produk, persepsi harga, dan citra merek terhadap keputusan pembelian ditengah tengah persaingan produk sejenis, agar masyarakat dapat mempunyai keputusan untuk membeli produk khususnya ayam crispy, french fries, dan burger yang sesuai dengan seleranya. b. Bagi peneliti Dapat dijadikan bahan acuan yang menarik dan sebagai pertimbangan dalam melakukan penulisan skripsi atau penelitian ilmiah lainnya. c. Bagi perusahaan Diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam menggunakan peran produk, persepsi harga dan citra merek suatu produk kepada khalayak dan untuk pengambilan keputusan dan penentuan strategi strategi selanjutnya yang lebih efektif untuk memenangkan persaingan di pasar.