BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat dan menyesuaikan produk dengan budaya masyarakat trersebut. Perilaku konsumen muncul salah satunya karena efek dari budaya. (Firman Putro, 2011: 8) Semenjak reformasi bergulir, kelihatannya arus globalisasi semakin deras masuk ke Indonesia dan telah merubah banyak aspek dalam kehidupan masyarakat. Baik di bidang sosial, ekonomi, dan budaya, semua berubah secara drastis dan cepat. Seketika kehidupan masyarakat berubah menjadi semakin beragam. Masyarakat menjadi semakin bebas berekspresi dalam kehidupan sehari-sehariannya. Perubahan kehidupan tersebut sering dipandang sebagai suatu peralihan dari masyarakat tradisional ke modern. Arus globalisasi secara cepat masuk dan merasuk kedalam semua sendi kehidupan masyarakat. Berubahnya kehidupan masyarakat sekarang ini secara tidak langsung telah meleburkan garis batas tradisi budaya yang selama ini telah dipegang oleh masyarakat dengan kebudayaan baru yang datang dari luar. Garis batas itu tampaknya telah hilang ketika tahap kehidupan masyarakat modern telah memasuki masa dimana mereka dapat menentukan kreasi dirinya dalam kultur yang kita sebut sebagai kultur masyarakat urban. Hal itu ditandai oleh banyak munculnya industriindustri, teknologi, dan gaya hidup yang dianggap modern. Budaya urban dirasa cukup menarik untuk dikaji terkait dengan kebudayaan dan kebiasaan individu dan masyarakat yang hidup dalam hingar-bingar kota-kota besar sebagai hasil dari proyeksi modernitas. Masyarakat urban adalah masyarakat yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan lain-lain. Masyarakat urban selalu diidentikan
dengan kehidupan yang glamour, penuh dengan segala kemudahan fasilitas, modern dan lain sebagainya, dan itu semua pastinya akan merujuk pada kehidupan yang hedonis dan pola perilaku yang konsumtif secara berlebih. Tentunya konsep masyarakat urban ini pasti mempunyai kelas sosial juga di dalamnya, akan tetapi penulis di sini akan memberikan batasan bawah konsep masyarakat urban yang penulis bahas dalam tulisan ini adalah masyarakat kelas sosial masyarakat menengah dan masyarakat menengah atas yang berdasarkan pengamatan penulis sudah mengenal perilaku konsumtif yang berlebih, walaupun tidak menutup kemungkinan juga dalam kelas sosial menengah bawah juga sudah mengenal perilaku konsumtif yang berlebih. Fashion merupakan sebuah identitas yang sangat fenomenal di dalam sebuah budaya urban. Semua masyarakatnya cenderung akan berusaha menunjukkan bahwa penampilannyalah yang paling menarik dan pasti untuk mendapatkan itu semua memerlukan banyak biaya agar terlihat menarik atau yang lebih dikenal dengan fashionable. Segala aktivitas masyarakat urban tidak akan terlepas dari gaya atau cara berpenampilan. Di dalam dunia kerja pun juga dituntut untuk berpenampilan menarik. Dapat dipahami bahwa dengan adanya itu semua akan terjadi persaingan di tempat bekerja. Di dalam budaya urban, kemodisan seseorang dapat dinilai dengan menggunakan benda atau barang-barang bermerek yang dikenakan. Anggapan seperti itulah yang kemudian membuat orang untuk berusaha mendapatkan benda atau barang-barang bermerek untuk mereka gunakan. Kehidupan metropolitan, gaya hidup urban yang modern, dan berkembangnya industri fashion, kita sering melihat pria yang sangat peduli terhadap citra diri dan penampilannya. Mereka mengenakan busana berkualitas tinggi dan model terkini, model rambut, dan menggunakan parfum berkelas, baik di lingkungan tempat kerja, pusat kebugaran, mal, cafe dan tempat umum lainnya.
Pria metroseksual ini terlahir akibat arus modernisasi media. Pria yang tinggal di kota besar telah beradaptasi dengan budaya urban, dimana mereka dituntut untuk berpenampilan menarik. Mulai dari tatan rambut, kebersihan kulit sampai cara berbusana. Dengan adanya hal-hal di atas pasti dunia pasar juga memanfaatkan fenomena tersebut. Contohnya adalah The Goods Dept. Salah satu perusahaan retail yang menjual produk produk fashion dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki segmentasi pada kaum urban ibukota baik wanita maupun pria. The Goods Dept merupakan sebuah departement store yang maju di industri retail dalam negeri yang terus melakukan ekspansi bisnisnya. The Goods Dept berawal dari sebuah kegiatan bazzar yang di adakan berkala setiap tahunnya bernama Brightspot Market yang di adakan di awal 2009. Kesuksesan acara tersebut membuat tim dari Brighspot Market untuk membangun department store permanen. Lalu pada tahun 2010 ahirnya berdiri The Goods Dept yang bertempat di Plaza Indonesia. The Goods Dept membawa budaya urban untuk semakin di kenal oleh warga ibukota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Salah satu produk pria yang di jual di department store ini adalah Elhaus. Elhaus menawarkan produk yang beragam, seperti denim atau jeans, kemeja, dan dompet. Elhaus memiliki segmentasi pada konsumen menegah keatas, yakni adalah pria kategori remaja dan dewasa perkotaan yang sangat memperhatikan penampilan mereka. Produk dan layanan yang berkualitas berperan penting dalam membentuk kepuasan konsumen, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan akan semakin tinggi. Elhaus merupakan brand yang cukup memperhatikan detail. Brand ini salah satu yang pendekatannya paling unik dengan membuat sesuatu yang fresh, misalnya detail yang
berbeda dengan denim-denim lainnya serta menggunakan bahan bahan yang bekualitas. Melalui hal tersebut, Elhaus hadir untuk memenuhi kebutuhan pria urban yang kerap memperhatikan penampilan akan aktifitas sehari hari. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dalam bentuk penulisan ilmiah dengan judul Pengaruh Budaya Urban Terhadap Loyalitas Pembelian Produk Elhaus Untuk Konsumen Pria (Studi Kasus : The Goods Dept PIM) (Periode Maret April 2013) 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara budaya urban terhadap loyalitas pembelian produk Elhaus di The Goods Dept Pondok Indah Mall 2? 2. Apakah budaya urban mempengaruhi loyalitas pembelian produk Elhaus pada konsumen pria di The Goods Dept Pondok Indah Mall? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian ini akan di lakukan di The Goods Dept Pondok Indah Mall. Pemilihan lokasi ini di lakukan secara sengaja berdasarkan beberapa pertimbangan : (1) tingginya jumlah konsumen yang datang ke toko, (2) Kemudahan dalam mengakses tempat penelitian. Jangka waktu studi kasus ini adalah 1 bulan dalam periode tanggal 18 Maret sampai dengan 14 April 2013, yang akan dilaksanakan sebanyak 8 kali, setiap akhir pekan (23, 24, 30, 31 Maret serta 6, 7, 13, dan 14 April 2013).
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya urban terhadap loyalitas pembelian produk Elhaus pada konsumen pria di The Goods Dept Pondok Indah Mall 2, untuk mengetahui seberapa besar budaya urban yang ada di kota Jakarta, serta untuk mempelajari bagaimana Elhaus beradaptasi dengan budaya urban, sehingga mampu memasarkan produknya secara efektif. 1.4.2 Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, akan menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut: a) Manfaat akademis 1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis sebagai mahasiswa Komunikasi dan Pemasaran. b) Manfaat teoritis 1) Penulis sebagai mahasiswa komunikasi dan pemasaran dapat menerapkan ilmunya dalam mencermati dampak budaya terhadap keputusan pembelian konsumen. 2) Penulis sebagai mahasiswa Komunikasi dan Pemasaran dapat menerapkan ilmunya dalam melihat pola perilaku dan loyalitas pembelian produk Elhaus pada konsumen pria di The Goods Dept Pondok Indah Mall 2. c) Manfaat umum 1) Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber pengetahuan masyarakat dalam mencermati loyalitas pembelian produk Elhaus pada konsumen pria di The Goods Dept Pondok Indah Mall.
1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini yang merupakan laporan dari hasil penelitian, direncanakan terdiri dari lima bab, masing-masing bab berisi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah yang diteliti. Terdiri dari teori umum, teori khusus, kerangka teori, dan kerangka pemikiran. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang variabel penelitian, menentukan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian serta analisis data. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan saran-saran atau masukan yang mungkin berguna di masa mendatang.