BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian global yang semakin pesat dalam kurun waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di dunia. Struktur perekonomian yang bebas telah menghapuskan batasan-batasan (barriers) yang membuat perdagangan internasional semakin mudah untuk dilakukan. Sama halnya dengan perdagangan bebas, integrasi ekonomi menerapkan kebijakan-kebijakan komersial dan perdagangan yang menghapuskan hambatan-hambatan antara negara-negara yang memiliki kesepakatan untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Kesepakatan antar negara ini dapat meliputi batasan kebijakan tarif & non tarif, aliran bebas pada barang, jasa ataupun faktorfaktor produksi, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya yang disepakati untuk mengkoordinasikan kebijakan perdagangan, fiskal maupun moneter. Integrasi ekonomi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengakses jangkauan pasar yang lebih besar sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan nasional. Pada umumnya integrasi ekonomi terbentuk lebih cepat pada negara-negara yang berada dalam satu region atau kawasan yang sama sehingga akses terhadap pasar internasional dikawasan tersebut akan semakin mudah. Asia merupakan salah satu kawasan yang memiliki tingkat integrasi ekonomi yang tinggi dan memiliki akses yang bebas dalam pasar barang, jasa maupun keuangan internasional. 1
Salah satu indikator yang dapat menunjukkan peningkatan integrasi ekonomi dalam suatu kawasan adalah pergerakan dalam perdagangan. Gambar 1.1 merupakan salah satu contoh aktivitas perdagangan internasional, khususnya pada pasar keuangan ASEAN yang ditunjukkan melalui pergerakan dalam penanaman modal asing langsung atau direct investment (DI) negara-negara asia ke pasar internasional (rest of the world). Gambar 1.1 Pergerakan Direct Investment ASEAN terhadap Pasar Keuangan Internasional 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00-200,00-400,00-600,00 Sumber : IFS, diolah (2016) Melalui gambar pergerakan DI diatas dapat dilihat bahwa posisi investasi yang ditanamkan negara-negara ASEAN pada perekonomian dunia secara ratarata prosentasenya meningkat dari tahun ke tahun, meskipun pada beberapa periode mengalami penurunan. Peningkatan dalam aktivitas perdagangan semacam inilah yang dapat menunjukkan bahwa akses perdagangan internasional semakin mudah dan integrasi ekonomi semakin menguat. Integrasi ekonomi terutama melalui jalur pasar keuangan yang semakin kuat akan memberikan berbagai macam pengaruh terhadap perekonomian domestik 2
masing-masing negara. Aktivitas pasar keuangan yang dalam penelitian ini dikerucutkan pada pergerakan aliran modal mendatangkan pengaruh yang beragam dalam perekonomian domestik. IMF (2012) menyatakan bahwa aliran modal dapat mendatangkan keuntungan bagi suatu negara, yaitu melalui meningkatkan efisisensi, mempromosikan daya saing sektor finansial dan memfasilitasi investasi produktif yang lebih besar serta meningkatkan konsumsi suatu negara. Disaat yang sama, aliran modal dapat membawa resiko yang dapat memperbesar gap pada keuangan dan infrastuktur negara. Liberalisasi aliran modal akan lebih menguntungkan dan sedikit beresiko apabila suatu negara telah mencapai level keuangan dan perkembangan perekonomian tertentu, dan sebaliknya aliran modal dapat menjadi boomerang apabila kondisi negara belum siap. Jeane (2010) dalam studinya mengungkapkan bahwa peningkatan aliran modal masuk yang kuat tanpa diimbangi dengan kedalaman sektor keuangan dapat mendorong nilai tukar tidak stabil, meledaknya nilai kredit serta currency mismaches. Integrasi keuangan yang mengaburkan hambatan-hambatan perekonomian, ternyata tidak hanya membawa pengaruh positif pada suatu negara. Hilangnya batasan-batasan (barriers) dalam integrasi ekonomi secara otomatis menghapuskan batasan dalam berbagai sektor dan kebijakan. Negara dengan integrasi ekonomi yang kuat memiliki peluang yang lebih besar dalam terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara yang terikat dengannya. Seperti hal-nya kawasan Asia yang memiliki integrasi ekonomi yang kuat satu sama lain, 3
kondisi negara di Asia berpeluang besar untuk dipengaruhi kondisi-kondisi negara-negara Asia lainnya. Krisis Asia 1997 menjadi bukti nyata akan adanya dampak negatif dalam integrasi ekonomi. Krisis yang pada awalnya hanya terjadi pada satu negara, menular hampir ke seluruh negara di kawasan Asia karena ekonomi yang terhubung satu sama lain. Apabila dilihat lebih luas lagi, integrasi ekonomi dunia juga pernah mendatangkan dampak negatif berupa krisis ekonomi pada tahun 2008. Krisis yang bermula di Amerika Serikat, dalam waktu sekejap dapat menyebabkan perekonomian dunia melemah dan menciptakan krisis global pada hampir seluruh negara di dunia. Hal yang selanjutnya tejadi ketika guncangan perekonomian melanda suatu kawasan yang terintegrasi adalah ketidakstabilan perekonomian, salah satunya adalah terganggunya kestabilan pasar keuangan internasional. Pergerakan aliran modal sebagai salah satu sektor yang bergerak dalam pasar keuangan internasional tidak luput dari guncangan perekonomian ini. Peluang terjadinya sudden stop pada saat guncangan perekonomian melanda menjadi lebih besar. Sudden stop merupakan suatu keadaan yang terjadi apabila suatu negara mengalami penurunan secara mendadak dan besar-besaran pada aliran modal internasional yang masuk dari luar negeri dimana pada awalnya negara tersebut menerima modal asing dalam jumlah yang sangat besar (Edward, 2004). Sudden stop pada umumnya akan menyerang negara dengan sektor perdagangan yang kecil dan foreign exchange liabilities yang besar. Ketahanan sistem ekonomi yang berbeda pada setiap negara akan memunculkan dampak yang berbeda pula ketika 4
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 sudden stop menyerang. Calvo dkk (2003) mengatakan bahwa sudden stop dan current account reversal akan menimbulkan dampak yang lebih besar pada negara dengan perekonomian tertutup daripada negara dengan perekonomian terbuka. Untuk melihat momen sudden stop dibawah ini disajikan gambar yang menunjukkan gejolak pergerakan aliran modal pada 2 negara Asia pada tahun 1996 hingga tahun 2014. 6E+11 5E+11 4E+11 3E+11 2E+11 1E+11 0-1E+11-2E+11-3E+11 6E+10 5E+10 4E+10 3E+10 2E+10 1E+10 0-1E+10-2E+10-3E+10 Gambar 1.2 Pergerakan Aliran Modal Jepang & Thailand Jepang Tahun GDO GFI Net Flow Tahun GDO GFI Net Flow Thailand Sumber : IFS, diolah (2016) 5
Jepang dan Thailand merupakan 2 dari beberapa negara Asia yang mengalami gejolak pergerakan aliran modal pada saat terjadinya krisis Asia dan krisis Global. Dapat dilihat bahwa fluktuasi aliran modal sejak pada tahun 1994 hingga 2014 mengalami penurunan yang sangat drastis hingga mencapai 0 atau negatif pada sekitar tahun 1997,1998 dan 2008. Penurunan yang sangat drastis ini sebelumnya dimulai dengan peningkatan aliran modal yang lebih banyak daripada biasanya. Momen inilah yang disebut sebagai momen terjadinya sudden stop dalam aliran modal. Pada gambar 1.2 pergerakan aliran modal ditunjukkan dengan 3 macam kurva yang masing-masing menggunakan pendekatan aliran modal yang berbeda. Pendekatan dalam mengukur aliran modal pada dasarnya terdiri atas 2 macam cara. Pendekatan yang pertama adalah net capital flow (NF) atau aliran modal netto, dan pendekatan yang kedua adalah gross capital flow atau aliran modal kotor yang mana terbagi lagi menjadi gross foreign inflow (GFI) dan gross domestic outflow (GDO). GFI dapat dideskripsikan sebagai aliran modal asing bruto yang masuk dalam perekonomian. Investasi ini dilakukan oleh non-residen atau investor asing kepada suatu negara. Disisi lain, GDO dideskripsikan sebagai aliran modal keluar bruto yang keluar dari perekonomian menuju rest of the world yang dilakukan oleh rensiden atau investor domestik. Pendekatan net capital flow yang selanjutnya disebut dengan NF merupakan pengurangan dari komponen GFI dengan komponen GDO. Apabila diamati dengan seksama, pergerakan aliran modal melalui pendekatan net capital flow pada gambar 1.2 selalu diberada dibawah titik 6
koordinat nol atau bernilai negatif. Dengan hanya melihat kurva tersebut, persepsi yang muncul adalah aliran modal pada kedua negara tersebut selalu negatif dan merujuk pada lemahnya aktivitas pada pasar keuangan. Persepsi tersebut tidak benar, karena pada kenyataannya aktivitas aliran modal pada kedua negara sangat tinggi. Berbeda dengan pendekekatan net flow, pendekatan melalui gross capital fllow menggambarkan aktivitas pergerakan aliran modal secara spesifik. Pendekatan ini mengukur aliran modal berdasarkan jenis aliran modal itu sendiri serta pelaku investasi ini. Aliran modal masuk oleh investor asing dan aliran modal keluar oleh investor domesti di gambarkan pada kurva yang berbeda sehingga memungkinkan untuk mengetahui secara spesifik aktivitas manakah yang mengalami penurunan pada periode krisis. Perbedaan dalam menggunakan pendeketan inilah yang pada akhir-akhir ini menjadi perdebatan hangat dalam kalangan akademisi untuk digunakan dalam penelitian. Forbes & Warnock (2012) menangkap perbedaan ini. Studi yang dilakukan untuk menangkap momen sudden stop pada lebih dari 50 negara maju dan berkembang ini menggunakan 2 pendekatan yang telah disebutkan diatas. Hasilnya, ketika menggunakan pendekatan aliran modal bersih didapatkan 22 negara mengalami sudden stop pada periode 2008Q4 hingga 2009Q1, sedangkan ketika menggunakan pendekatan gross capital inflow didapatkan 47 negara mengalami sudden stop. Melalui hasil inilah diketahui bahwa penggunaan aliran modal bersih dalam analisis dapat menghilangkan dinamika penting dalam pergerakan aliran modal. 7
Pergerakan aliran modal yang pesat tanpa diimbangi dengan sektor keuangan yang kokoh hanya akan mendatangkan bencana pada perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu setiap negara dituntut untuk menguatkan perekonomiannya demi menghadapi pergerakan aliran modal yang semakin pesat pada era globalisasi. Upaya lain untuk mencegah mengubah aliran modal menjadi boomerang bagi perekonomian dalam negeri adalah dengan mengendalikan aliran modal yang masuk dan keluar pada perekonomian. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengendalikan aliran modal adalah dengan kebijakan moneter, kebijakan nilai tukar dan cadangan devisa. Cadangan devisa memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian negara. Peningkatan jumlah simpanan cadangan devisa/ reserve holding dari tahun ke tahun pada gambar 1.3 secara tidak langsung menunjukkan peran cadangan devisa yang signifikan dalam memproteksi perekonomian. Salah satu peran cadangan devisa yang telah diketahui adalah untuk mengendalikan nilai tukar. Selain itu, cadangan devisa diduga dapat digunakan untuk mengendalikan pergerakan aliran modal. Terlebih lagi, cadangan devisa juga diduga dapat mengendalikan dan mencegah terjadinya sudden stop. Dalam studinya, Moghadam dkk (2011) menemukan bahwa cadangan devisa terbukti berfungsi bisa menahan dampak dari terjadinya krisis keuangan global dan mampu melindungi investasi tidak keluar lebih jauh saat krisis 8
1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Gambar 1.3 Posisi Cadangan Devisa dibeberapa Negara Asia Indonesia Jepang 1,5E+11 1E+11 5E+10 0 1,5E+12 1E+12 5E+11 0 Cadangan Devisa Posisi Cadangan Devisa Malaysia Cambodia 1,5E+11 1E+11 5E+10 0 6E+09 4E+09 2E+09 0 Posisi Cadangan Devisa Posisi Cadangan Devisa Sumber : IFS, diolah (2016) Berbeda dengan pendapat yang dipaparkan oleh Moghadam dkk, Blanchard dkk (2010) dan Aizenman dan Sun (2010) menemukan bahwa negara-negara yang memiliki cadangan devisa pada level tinggi tetap mengalami kesulitan dalam mempertahankan diri ketika menghadapi guncangan perekonomian global. Studi oleh Blanchard dkk (2010) dan Aizenman dan Sun (2010) juga menemukan bukti yang lemah tentang pentingnya cadangan devisa sebagai benteng pertahanan terhadap krisis. 9
Dengan latar belakang perbedaan pandangan oleh peneliti tentang peran cadangan devisa sebagai stabilisator aliran modal internasional saat terjadinya krisis global, maka studi kali ini akan mengangkat tema tentang peranan cadangan devisa dalam meredam atau mencegah sudden stop saat terjadinya guncangan perekonomian. Untuk menghindari terjadinya hilangannya momen penting dalam pergerakan aliran modal, maka pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan aliran modal bruto atau gross capital flow. Selain itu, karena pendekatan aliran modal bruto dibedakan antara aktivitas investor domestik dan investor global, maka penggunan pendekatan ini diharapkan dapat menangkap bagaimana perilaku para investor ketika terjadi sudden stop karena terdapat kemungkinan bahwa investor akan berperilaku berbeda dalam menghadapi guncangan perekonomian. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana perilaku para investor terhadap simpanan cadangan devisa yang diduga dapat mengendalikan dan mencegah terjadinya sudden stop. Penelitian ini akan dilakukan kepada negara-negara Asia, yang mana pemilihan negara didasarkan pada ketersediaan data penelitian. Periode yang akan diteliti adalah sejak tahun 1994 hingga 2008 dengan menggunakan krisis domestik dan krisis global sebagai momen terjadinya sudden stop. Periode krisis domestik diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Laeven dan Valencia (2012) serta Broner dkk (2013), sedangkan periode krisis global yang digunakan adalah tahun 1998 dan 2008. 10
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah cadangan devisa mempengaruhi perilaku investor asing dalam menanamkan modalnya pada perekonomian suatu negara, terutama selama terjadinya sudden stop? 2. Apakah cadangan devisa mempengaruhi perilaku investor domestik dalam menanamkan modalnya di luar negeri (rest of the world), terutama selama terjadinya sudden stop? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peran cadangan devisa dalam mempengaruhi perilaku investor asing untuk menanamkan modalnya pada perekonomian suatu negara, terutama selama terjadinya sudden stop. 2. Menganalisis peran cadangan devisa dalam mempengaruhi perilaku investor domestik untuk menanamkan modalnya di luar negeri (rest of the world), terutama selama terjadinya sudden stop. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi otoritas moneter, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam menyusun kebijakan yang terpadu dalam mengevaluasi akumulasi cadangan devisa serta pengendalian aliran modal melalui pendekatan aliran modal bruto. 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian lanjutan dan dapat memperkaya literatur 11
mengenai fenomena peran cadangan devisa dalam mengendalikan pergerakan aliran modal melalui pendekatan aliran modal bruto. 3. Bagi masyarakat umum, studi ini dapat dijadikan bahan untuk memperluas wawasan dan pengenalan terhadap fenomena peran cadangan devisa dalam mengendalikan pergerakan aliran modal melalui pendekatan aliran modal bruto. 12