Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 1 : (Januari 2017) ISSN

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

MATERI DAN METODE. Materi

Ahmad Nasution 1. Intisari

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN AMPAS AREN FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DOMBA EKOR TIPIS JANTAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Ade Trisna*), Nuraini**)

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with Certain Ratio of Forage-Concentrate and The Time of Feeding on Productivity of Male Local Rabbits Arif Qisthon Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl.Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1, Gedongmeneng, Bandar Lampung 35145 e-mail: arqisthon@unila.ac.id ABSTRACT This research was conducted to study the effect of ration with certain ratio of forageconcentrate and the time of feeding on productivity of male local rabbits. Eighteen rabbits were used in Completely Randomized Block Design with factorial pattern 3 x 2. The rabbits was devided in three groups based on its body weight. Body weight of the first group, the second group, and the third group respectively 1.085-1.185 g, 1.200-1.365 g, and 1.380-1.530 g. There were two factors in this design. The first factor were ration with certain ratio of forage-concentrate (R). In that factor there was three treatmens, ration with ratio of forage-concentrate 60%:40 as the first treatment (R1), 50% :50% as the second treatment (R2), and 40%:60% as the third treatment (R3). The second factor was the time of feeding (W). There were two treatments in this factor, the time of feeding on day (at 06.00 am. up to 06.00 pm.) as the first treatment (W1) and on night (at 06.00 pm. up to 06.00 am.) as the second treatment (W2). The result indicated that there was no interaction (P>0.05) between ration with certain ratio of forageconcentrate and the time of feeding on feed consumption, average daily gain, and feed efficiency. The factor of ration with certain ratio of forage-concentrate affected (P<0.05) feed consumption, however didn t affect (P>0.05) average daily gain and feed efficiency. Feed consumption of the rabbits that got treatment ration with ratio of forageconcentrate 40:60% (R3) was the lowest. The time of feeding didn t affect (P>0.05) feed consumption, average daily gain, and feed efficiency. Keywords: Forage, concentrate, ration, rabbits Diterima: 30-12-2012, disetujui: 30-04-2012

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan PENDAHULUAN Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan, antara lain mudah dikembangbiakkan, dapat melahirkan anak 4-6 kali per tahun, biaya pemeliharaannya murah, tidak membutuhkan areal yang luas untuk memeliharanya serta hasil sampingan berupa kotoran dan kulit dapat dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Kelinci juga menghasilkan daging berwarna putih yang rasanya lezat, kaya nutrisi, kandungan proteinnya tinggi, namun kandungan kalori, lemak, dan kolesterolnya rendah (Kartadisastra, 2001). Oleh karena itu, kelinci memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Masalah pokok bagi ternak yang dipelihara di daerah tropis, termasuk kelinci ialah bertambahnya panas tubuh (body heat load) akibat tingginya suhu lingkungan yang melebihi daerah termonetral ternak. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air minum sehingga mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Beban panas tubuh yang disebabkan oleh tingginya suhu lingkungan, semakin diperparah dengan meningkatnya panas yang dihasilkan dari proses pencernaan, terutama proses pencernaan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Panas tubuh ternak ruminansia yang dihasilkan dari proses pencernaan pakan berserat kasar tinggi, dapat dikurangi dengan cara meningkatkan proporsi konsentrat dalam ransum. Menurut Shibata (1996), peningkatan proporsi konsentrat dalam ransum dapat mengganti penurunan konsumsi pakan dan mencukupi kebutuhan energi metabolis bagi ternak yang hidup di lingkungan panas. Pakan dengan proporsi konsentrat yang tinggi juga dapat mengurangi pertambahan panas tubuh dengan cara mengubah proporsi produksi asam asetat dan propionat di dalam rumen. Selain itu, pakan tersebut dapat mencegah terjadinya peningkatan nutrisi by-pass yang relatif lebih besar. Beban panas tubuh yang tinggi ditanggung oleh ternak yang mengonsumsi pakan pada siang hari. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya suhu lingkungan yang berkombinasi dengan panas hasil proses pencernaan. Oleh karena itu pada siang hari ternak mengurangi konsumsi ransumnya, sedangkan pada malam hari ternak meningkatkan konsumsi. Menurut Sudjatinah dan Wibowo (2003), konsumsi ransum kelinci lebih tinggi apabila pakan diberikan pada malam hari daripada siang hari. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh imbangan hijauan-konsentrat dan waktu pemberian ransum terhadap produktivitas kelinci lokal jantan. METODE Penelitian dilakukan selama 8 minggu, di Kandang Percobaan Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Alat-alat yang digunakan terdiri atas timbangan elektrik kapasitas 200 g dengan ketelitian 0,01 g untuk menimbang ransum, timbangan elektrik merk Digi berkapasitas 30 kg dengan ketelitian 0,01 kg untuk menimbang kelinci, gelas ukur kapasitas 100 ml untuk mengukur air minum, termometer ruang untuk mengukur suhu kandang, higrometer ruang untuk mengukur kelembaban kandang, dan tempat ransum berbentuk mangkuk plastik Dua minggu pertama merupakan masa prelium dan enam minggu selanjutnya merupakan masa pengambilan data. Delapan belas ekor kelinci lokal jantan digunakan sebagai bahan penelitian dan dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan berat tubuhnya sebagai berikut: kelompok I (1.085-1.185 g), kelompok II (1.200-1.365 g), dan kelompok III (1.385-1.530 g). Kelinci ditempatkan dalam kandang individual (cage) berukuran panjang, lebar, dan tinggi 38 cm x 38 cm x 40 cm. Pakan kelinci berasal dari 70 Volume 12, No.2, Mei 2012

Arif Qisthon: Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian... rumput lapang, daun lamtoro, dedak padi, tepung kedelai, tepung jagung, dan premiks yang dicetak dalam bentuk pelet. Komposisi bahan pakan pada masing-masing perlakuan terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi bahan pakan penyusun ransum penelitian Nama bahan pakan Perlakuan penelitian Daun lamtoro (%) 30,0 30,0 30,0 Rumput lapang (%) 30,0 20,0 10,0 Dedak padi (%) 7,2 9,0 10,8 Tepung kedelai (%) 12,0 15,0 18,0 Jagung (%) 20,0 25,2 30,4 Premiks (%) 0,8 0,8 0,8 Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 2. Faktor pertama (R) terdiri atas tiga perlakuan dengan tiga taraf imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum. Masing-masing dengan imbangan 60:40 % sebagai perlakuan pertama (R1), 50:50 % sebagai perlakuan kedua (R2), dan 40:60 % sebagai perlakuan ketiga (R3). Faktor kedua ialah waktu pemberian ransum yang terdiri dari dua perlakuan. Waktu pemberian ransum siang hari pada pukul 06.00 18.00 WIB sebagai perlakuan pertama (W1) dan malam hari pada pukul 18.00 6.00 sebagai perlakuan kedua (W2). Kelinci yang mendapat perlakuan W1 diberi ransum pada pagi hari (pukul 06.00 18.00 WIB) dan yang mendapat perlakuan W2 diberi ransum pada malam hari (pukul 18.00-06.00 WIB). Ransum diberikan secara adlibitum. Sisa ransum pada perlakuan W1 diambil dan ditimbang pada pukul 18.00 WIB dan pada perlakuan W2 diambil dan ditimbang pada pukul 06.00 WIB. Hal ini untuk menghitung banyaknya konsumsi ransum kelinci per hari. Air minum diberikan dua kali dalam sehari secara adlibitum yaitu pada pukul 06.00 dan pukul 18.00 WIB. Peubah yang diamati meliputi pertambahan berat tubuh, konsumsi ransum, dan efisiensi ransum. Pertambahan berat tubuh (g.ekor -1. hari -1 ) dihitung dengan cara mengurangkan berat tubuh kelinci pada akhir minggu dengan berat tubuh pada awal minggu selanjutnya dibagi tujuh hari. Konsumsi ransum (g.ekor -1. hari -1 ) diperoleh dengan cara mengurangkan banyaknya ransum yang diberikan dengan sisa ransum. Efisiensi ransum (%) diperoleh dengan cara membagi pertambahan berat tubuh dengan konsumsi ransum berdasarkan bahan kering selanjutnya dikalikan 100%. Data peubah yang terkumpul dianalisis dengan sidik ragam dan uji wilayah berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rata-rata konsumsi ransum masing-masing-masing perlakuan selama penelitian berkisar antara 80,09 dan 94,78 g/ekor/hari dengan rata-rata 89,31 g/ekor/hari (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata konsumsi ransum kelinci lokal jantan Perlakuan pada faktor kedua Perlakuan pada faktor pertama (R) (W) Rata-rata ------------------------( g.ekor -1. hari -1 )------------------------------ W1 97,22 89,86 80,68 89,25a W2 92,23 96,25 79,50 89,36a Rata-rata 94,73b 93,06b 80,09a 89,31 Keterangan: Huruf yang berbeda masing-masing pada kolom dan baris rata-rata menunjukkan pengaruh yang berbeda (P<0,05) Volume 12, No.2, Mei 2012 71

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada interaksi (P>0,05) antara imbangan hijauankonsentrat dalam ransum dan waktu pemberian ransum terhadap konsumsi ransum, tetapi imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum berpengaruh (P<0,05) terhadap rata-rata konsumsi ransum, sedangkan waktu pemberian ransum tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap rata-rata konsumsi ransum kelinci. Hasil uji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa kelinci yang mendapat perlakuan ransum dengan imbangan konsentrat-hijauan 40:60 % (R3) ternyata mengonsumsi ransum dalam jumlah paling sedikit (P<0,05) yaitu 80,09 g/ekor/hari daripada kelinci yang mendapat perlakuan ransum dengan imbangan hijauan-konsentrat 60:40 % (R1) maupun yang mendapat perlakuan ransum dengan imbangan hijauan-konsentrat 50:50 % (R2) (Tabel 2). Rendahnya konsumsi ransum kelinci yang mendapat perlakuan R3 disebabkan oleh tingginya kandungan energi dalam ransum perlakuan R3 daripada kandungan energi dalam ransum R1 maupun R2. Muhtarudin dan Qisthon (1995) menyatakan bahwa banyaknya konsumsi ransum ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Kandungan energi yang cukup tinggi dalam ransum mengakibatkan penurunan konsumsi ransum. Hal ini karena tubuh sudah mampu mencukupi kebutuhan energi untuk berlangsungnya proses metabolisme. Hasil uji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa waktu pemberian ransum tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap rata-rata konsumsi ransum karena rendahnya selisih suhu lingkungan di lokasi penelitian pada siang dan malam hari. Suhu pada siang hari 25,73 o C dan pada malam hari 27,36 o C sehingga hanya berselisih 1,63 o C. Perbedaan suhu yang cukup rendah antara siang dan malam hari di lokasi penelitian tidak mengganggu kenyamanan kelinci karena masih berada dalam kisaran suhu yang ideal bagi kelinci. Smith dan Mangkuwidjoyo (1988) menyatakan bahwa kelinci akan mengalami stres apabila hidup pada suhu lingkungan lebih dari 28 30 o C dan mengalami cekaman yang hebat apabila selisih suhu lingkungan antara siang dan malam hari lebih dari 2 o C. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa kelinci masih merasa nyaman, baik pada siang maupun malam hari sehingga konsumsi ransum dan proses metabolisme tubuh tidak mengalami perubahan. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Tubuh Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada interaksi (P>0,05) antara imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum dan waktu pemberian ransum terhadap pertambahan berat tubuh kelinci. Faktor imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum maupun faktor pemberian ransum masing-masing juga tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap rata-rata pertambahan berat tubuh kelinci (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata pertambahan berat tubuh kelinci Perlakuan pada faktor kedua Perlakuan pada faktor pertama (R) Rata-rata (W) --------- ---------------( g.ekor -1. hari -1 )--------------------------- W1 6,74 7,30 6,71 6,92a W2 7,70 9,09 6,63 7,81a Rata-rata 7,22a 8,19a 6,67a 7,36 Keterangan: Huruf yang sama masing-masing pada kolom dan baris rata-rata menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan (P>0,05) Hasil uji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat tubuh kelinci yang mendapat perlakuan imbangan hijauan-konsentrat 60:40 % (R1), 50:50 % (R2), dan 40:60 % (R3) tidak berbeda (P>0,05). Demikian pula dengan rata-rata pertambahan berat tubuh 72 Volume 12, No.2, Mei 2012

Arif Qisthon: Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian... kelinci yang mendapat perlakuan pemberian ransum pada siang hari (W1) dan malam hari (W2), juga tidak berbeda (P>0,05). Rata-rata pertambahan berat tubuh kelinci yang tidak berbeda pada perlakuan W1 dan W2 diduga dikarenakan tidak berbedanya jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi kelinci (Tabel 2). Konsumsi ransum kelinci yang mendapat perlakuan R1 (94,78 g.ekor -1. hari -1 ) dan R2 (93,06 g.ekor -1. hari -1 ) lebih tinggi (P<0,05) daripada kelinci yang mendapat perlakuan R3 (80,09 g.ekor -1. hari -1 ). Akan tetapi karena kadar serat kasar ransum pada perlakuan R1 dan R2 lebih tinggi yaitu masing-masing 14,27 % dan 13,22 % (Tabel 2) daripada R3 (12,93 %) maka energi yang dikonsumsi kelinci yang mendapat perlakuan R1, R2, dan R3 kemungkinan besar sama. Muhtarrudin dan Qisthon (1995) menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar dalam ransum mengakibatkan berkurangnya kecernaan zat-zat makanan lain, karena serat kasar cenderung melindungi zat-zat yang dapat dicerna dari cairan pencernaan. Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi Ransum Faktor imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum maupun faktor waktu pemberian ransum, masing-masing tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap efisiensi ransum. Hal tersebut diduga karena konsumsi zat-zat makanan yang relatif sama pada seluruh perlakuan. Kesamaan konsumsi zat-zat makanan terlihat dari kecenderungan kelinci pada perlakuan R3 yang jumlah konsumsi ransumnya lebih rendah daripada kelinci pada R1 dan R2. Rendahnya konsumsi ransum kelinci pada R3 disebabkan oleh rendahnya kandungan serat kasar dalam ransum karena proporsi konsentratnya lebih besar. Selain itu, tidak berpengaruhnya perlakuan terhadap efisiensi ransum disebabkan oleh tidak berbedanya pertambahan berat tubuh kelinci pada seluruh perlakuan. Rata-rata efisiensi ransum kelinci hasil penelitian ini terdapat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada interaksi (P>0,05) antara imbangan hijauan-konsentrat dalam ransum dan waktu pemberian ransum terhadap efisiensi ransum. Tabel 4. Rata-rata efisiensi ransum kelinci Perlakuan pada faktor kedua Perlakuan pada faktor pertama (R) Rata-rata (W) -----------------------------(%)------------------------------------ W1 6,89 8,09 8,00 7,66a W2 8,38 9,45 8,39 8,74a Rata-rata 7,64a 8,77a 8,19a 8,22 Keterangan: Huruf yang sama masing-masing pada kolom dan baris rata-rata menunjukkan tidak berpengaruhnya perlakuan (P>0,05) KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara imbangan hijauan-konsentrat dan waktu pemberian ransum terhadap konsumsi ransum, pertumbuhan, dan efisiensi ransum kelinci. Faktor imbangan hijauan-konsentrat berpengaruh pada konsumsi ransum, namun tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan efisiensi ransum. Demikian pula faktor waktu pemberian ransum, tidak mempengaruhi konsumsi ransum, pertumbuhan, dan efisensi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa kelinci masih merasa nyaman, baik yang mendapat ransum pada siang maupun malam hari sehingga proses metabolisme tubuh tidak mengalami perubahan. Volume 12, No.2, Mei 2012 73

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan DAFTAR PUSTAKA Kartadisastra, H. R. 2001. Ternak Kelinci: Teknologi Pascapanen. Cetakan VIII. Kanisius. Yogyakarta. Muhtarrudin dan A. Qisthon. 1995. Pengaruh Penggunaan Ransum dengan Berbagai Tingkat Tepung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap Pertumbuhan dan Penampilan Kelinci Jantan Lokal. Jurnal Ilmiah Sainteks. Vol. III. No. 1:19-26 Shibata, M. 1996. Factor Affecting Thermal Balance and Production of Ruminants in a Hot Environmental. A Review. Mem. Nat. Ins. Anim. Ind. No. 10. National Institute of Animal Industry Tsukuba. Japan. Smith, J. B. dan S. Mangkuwidjoyo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sudjatinah dan C. H. Wibowo. 2003. Konsumsi Pakan dan Persentase Karkas Akibat Pengaruh Perbedaan Waktu Pemberian Pakan pada Kelinci Persilangan Jantan. Jurnal Ilmiah Sainteks. Vol. X. No. 2:81-93. 74 Volume 12, No.2, Mei 2012