PERENCANAAN BACKHAUL MICROWAVE UNTUK JARINGAN RADIO AKSES LONG TERM EVOLUTION DI KOTA BANYUMAS

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISTILAH. Besarnya transfer data dalam komunikasi digital per satuan waktu. Base transceiver station pada teknologi LTE Evolved Packed Core


Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1620

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

Perencanaan Dan Analisa Kapasitas Jaringan Transport Operator X Dengan Menggunakan Metode Overbooking Area Jombang Rawa

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

Analisis Perencanaan Integrasi Jaringan LTE- Advanced Dengan Wifi n Existing pada Sisi Coverage

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom Jl. D. I. Panjaitan No. 128, Purwokerto, *

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANSI PERENCANAAN LTE-UNLICENSED DENGAN METODE SUPPLEMENTAL DOWNLINK DAN CARRIER AGGREGATION DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

ANALISA PERENCANAAN LAYANAN DATA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) INDOOR PADA TERMINAL 3 KEBERANGKATAN ULTIMATE BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

PENGARUH SPACE DIVERSITY TERHADAP PENINGKATAN AVAILABILITY PADA JARINGAN MICROWAVE LINTAS LAUT DAN LINTAS PEGUNUNGAN

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

III. METODE PENELITIAN

Perencanaan Cell Plan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Menggunakan Software Mapinfo

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung Indonesia

ANALISIS PERFORMANSI PENERAPAN CARRIER AGGREGATION DENGAN PERBANDINGAN SKENARIO SECONDARY CELL PADA PERANCANGAN JARINGAN LTE-ADVANCED DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

BAB II LANDASAN TEORI

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 3145

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4537

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Universitas Kristen Maranatha

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

BAB III METODE PERENCANAAN

ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2]

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN Wi-Fi BERBASIS n DENGAN BALON UDARA DI KOTA BANDUNG

PERENCANAAN COVERAGE DAN CAPACITY JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTS) FREKUENSI 700 MHz PADA JALUR KERETA API DENGAN

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO ABSTRAK

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 3

Simulasi dan Analisis Performansi Algoritma Pengalokasian Resource Block dengan Batasan. Daya dan QualityofService pada Sistem LTE Arah Downlink

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ATMOSPHERIC EFFECTS ON PROPAGATION

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

PERENCANAAN CAPACITY COVERAGE PADA ACCESS LINK DAN BACKHAUL MENGGUNAKAN MINILINK PADA JARINGAN LTE DI DAERAH KOTA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN LTE-ADVANCED DENGAN METODA CARRIER AGGREGATION INTER-BAND NON-CONTIGUOUS DAN INTRA-BAND NON- CONTIGUOUS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4649

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

PERANCANGAN JARINGAN INDOOR 4G LTE TDD 2300 MHZ MENGGUNAKAN RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

Transkripsi:

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4338 PERENCANAAN BACKHAUL MICROWAVE UNTUK JARINGAN RADIO AKSES LONG TERM EVOLUTION DI KOTA BANYUMAS MICROWAVE BACKHAUL PLANNING FOR LONG TERM EVOLUTION RADIO ACCESS NETWORK IN BANYUMAS REGENCY Akrom Khoerul Hakim 1, Achmad Ali Muayyadi 2, M. Irfan Maulana 3. 1,2,3 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 akromhakim@students.telkomuniversity.ac.id, 2 alimuayyadi@telkomuniversity.ac.id, 3 muhammadirfanm@telkomuniversity.ac.id Abstrak. Perkembangan teknologi pada zaman sekarang sangat cepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu layanan yang mampu mengirim informasi dengan cepat dan dapat menampung kapasitas yang besar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dapat menggunakan suatu model jaringan telekomunikasi Long Term Evolution (LTE). Sedangkan jika dilihat dari sisi lain, jaringan LTE membutuhkan suatu backhaul untuk mengakomodasi sistem jaringan akses dari LTE tersebut. Backhaul memiliki peran yang penting karena dapat mempengaruhi performansi dari jaringan LTE tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan Link Backhaul Microwave untuk radio komunikasi pada daerah Kota Banyumas. Perencanaan ini dilakukan dengan meninjau kebutuhan kapasitas trafik jaringan LTE, setelah itu ditentukan frekuensi berdasarkan jarak dan bandwidth berdasarkan kapasitas link. Mengacu pada kebutuhan tersebut, pemilihan perangkat yang tepat juga dilakukan dalam perencanaan ini. Microwave dipilih sebagai media transport karena cocok untuk wilayah yang banyak terdapat pegunungan. Sedangkan performansi yang diinginkan pada penelitian ini adalah daya terima sebesar > -70.50 dbm, SES < 1 detik dan availability > 99,99%. Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi, perencanaan backhaul microwave pada daerah Kota Banyumas, telah ditentukan 9 link yang membutuhkan kapasitas link sebesar 160 Mbps serta menggunakan frekuensi kerja 7 GHz, 11 Ghz, 13 GHz dan 15 GHz yang ditentukan berdasarkan jarak dari site perencanaan. Dilihat berdasarkan kebutuhan kapasitas link serta frekuensi kerja yang ditentukan, maka spesifikasi yang digunakan adalah untuk gain antenna sebesar 31,2 dbi untuk frekuensi 7 GHz, 44 dbi untuk frekuensi 11 GHz, 35,60 dbi untuk frekuensi 13 GHz dan 36,80 dbi untuk frekuensi 15 GHz, serta kapasitas sebesar 265 Mbps, dan daya terima minimum sebesar - 70,50 dbm untuk frekuensi 7 GHz dan -70,50 dbm untuk frekuensi 11 GHz, 13 GHz, dan 15 GHz. Pada hasil simulasi, seluruh link backhaul microwave mencapai availability sebesar > 99,99%, hal ini disebabkan oleh level daya terima tiap site lebih besar dari level daya minimum perangkat. Kata kunci : Backhaul, Link Microwave Abstract. The development of technology in today's very fast. Therefore, we need a service that is able to send information quickly and can accommodate a large capacity. To meet these needs, can use LTE (Long Term Evolution) as a model telecommunications network. Meanwhile, if viewed from the other side, LTE networks require a backhaul to accommodate access network system from LTE. Backhaul has an important role because it can affect the performance of the LTE network. In this research, planning Microwave Backhaul Links for radio communications in the area Banyumas Regency. This planning is done by reviewing the needs traffic capacity of LTE network, after which It will be determined based on the distance and the frequency bandwidth based on the capacity of the link. Referring to those needs, selection of the right devices will also be done in this planning. Microwave selected as the media trasnport as suitable for the area are numerous mountains. While the desired performance on this research is the received power >-70.50 dbm, SES <1 sec and availability > 99.99%. Based on the results of the calculations and simulations, microwave backhaul planning at Banyumas Regency have been determined 9 link that require link capacity of 160 Mbps and uses thefrequency of 7 GHz,11 GHz, 13 GHz dan 15 GHz based on distance from site planning. Based on the needs of link capacity and working frequency is specified, the specification is used for antenna gain is 31,20 dbi for frequency 7 GHz, 44 dbi for frequency 11 GHz, 35,60 dbi for frequency 13 GHz and 36,80 dbi for frequency 15 GHz and antenna gain is 46.40 dbi for frequency 23 Ghz with capacity of 265 Mbps, and minimum received power is -70,50 dbm for frequencies 7 GHz and -70.50 dbm for frequency 11GHz,13 GHz,and 15 GHz. In the simulation results, the entire microwave backhaul link achieve availability of > 99.99%, this is caused by each site received power level is greater than the minimum power level of the device. Keywords: Backhaul, Microwave Link 1

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4339 1. Pendahuluan Teknologi informasi terutama telekomunikasi selalu berkembang. Teknologi informasi terutama seluler pada saat ini berfungsi untuk mengirimkan semua informasi dengan cepat. Maka, munculnya suatu jaringan telekomunikasi yang telah dirilis oleh standar 3GPP yaitu LTE (Long Term Evolution) yang mempunyai spesifikasi kecepatan data rate pada downlink 100 Mbps dan 50 Mbps untuk uplink, sehingga dibutuhkan suatu teknologi yang dapat menunjang kebutuhan datarate dan capacity yang tinggi pada jaringan LTE, maka dibutuhkan sebuah jaringan penghubung (backhaul) yang memadai namun dengan cost yang seminimum mungkin. Saat ini, perencanaan jaringan LTE di Indonesia hanya fokus terbatas di Kota besar di Indonesia dikarenakan demand pengguna layanan seluler di Kota besar jauh lebih tinggi daripada di daerah daerah lainnya. Namun, diprediksi beberapa tahun mendatang perencanaan jaringan LTE di Indonesia tidak hanya difokuskan terhadap Kota besar nya saja dikarenakan kebutuhan layanan data yang ditimbulkan dari perkembangan konten maupun aplikasi dari smartphone menuntut operator harus menyediakan layanan untuk mendukung konten maupun aplikasi tersebut.selain itu, untuk meningkatkan perfomansi dari jaringan LTE tersebut, maka diperlukan teknologi transport yang memiliki kemampuan untuk menyalurkan radio komunikasi agar sinyal jaringan LTE dapat lebih optimal terjangkau. Pada Tugas Akhir ini akan dirancang backhaul untuk mendukung radio komunikasi agar jaringan LTE dapat terjangkau pada daerah Kota Banyumas. Backhaul yang akan digunakan pada penelitian ini adalah microwave, karena dilihat dari kondisi geografis yang banyak terdiri dari daerah pegunungan sehingga microwave cocok untuk digunakan, sehingga menghasilkan link microwave yang sesuai agar performansi jaringan LTE dapat lebih optimal. 2 Dasar Teori Tahapan perencanaan yang sistematis diperlukan untuk melakukan perencanaan backhaul microwave agar perencanaan ini dapat berjalan sesuai dengan harapan. Dalam tugas akhir ini akan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut: Mulai Analisis Wilayah Perencanaan Estimasi Jumlah User Perhitungan Kapasitas Perhitungan Kelengkungan Bumi Perhitungan User Single Throughput Penentuan Tinggi Antena Perhitungan Network Throughput Perhitungan Redaman Hujan Perhitungan Jumlah Sel dan Site Capacity Perencanaan Site Backhaul Perhitungan Link Budget dan Fading Margin Penetapan Frekuensi dan Polarisasi Tidak Sesuai Syarat LOS? Perhitungan Jari Jari Fresnel Zone Ya Simulasi Perencanaan Backhaul Microwave Analisis Hasil Simulasi Selesai Gambar 2.1 Diagram Alir 2

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4340 2.1. Backhaul Backhaul merupakan suatu media transport dalam jaringan radio akses seluler yang fungsinya untuk menghubungkan base station dengan EPC (evolved Packet Core) pada jaringan Long Term Evolution yang di dalamnya terdapat MME, S-GW dan P-GW. 2.2. Transmisi Microwave[6] Gambar 2. 2 Backhaul Sistem transmisi gelombang mikro bertujuan untuk mengirimkan suatu informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa gangguan dan hasilnya dapat diterima dengan jelas. Microwave adalah bentuk dari pancaran radio yang ditransmisikan melalui udara dan diterima dengan menggunakan peralatan semacam antenna yang berbentuk bundar yang dipasang digedung yang tinggi atau tower. Sinyal microwave tidak dapat diblok oleh gedung atau lembah. Untuk melakukan transmisi arus dihindari adanya penghalang atau kemiringan bumi. Sehingga jika posisi antar gedung terhalang, maka diperlukan menara untuk menempatkan antenna lebih tinggi lagi agar tetap dalam posisi saling melihat (Line of sight). 2.3. Estimasi Target User[1] Gambar 2. 3 Sistem Transmisi Microwave Faktor pertumbuhan penduduk berasal dari jumlah penduduk, sehingga persamaan untuk mendapatkan faktor pertumbuhan penduduk menjadi : P = P 0 (1 + ) (2.1) Pn merupakan jumlah penduduk tahun ke-n, GF adalah faktor pertumbuhan penduduk dan Po merupakan jumlah penduduk tahun ke-0. Target user digunakan untuk mencari estimasi jumlah user yang menggunakan layanan LTE pada wilayah tertentu. Penentuan target user dapat diperoleh dari nilai jumlah penetrasi seluler, market share operator dan penetrasi user LTE dengan persamaan : = P (2.2) 3

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4341 2.4. Throughput per Service[1] Tiap layanan LTE seperti VoIP, Video Phone, Web Browsing dan sebagainya memliki throughput yang berbeda sesuai layanan yang digunakan. Throughput tiap layanan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : h h = e e e 1 1 Dimana: Throughput = Throughput tiap layanan yang harus dimiliki (Kbit); Session Time = Durasi dari setiap sesi layanan (s); SDR = Session Duty Ratio, rasio data transmisi tiap sesi; BLER = Block Error Rate yang diizinkan pada satu sesi; Bearer Rate = Nilai data rate yang harus dimiliki dari layanan aplikasi layer (IP). 2.5. Single User Throughput dan Network Throughput[1] Single user throughput dapat diperoleh dari perhitungan berdasarkan traffic model dan service model. Pada umumnya, single user throughput merupakan hasil penjumlahan semua throughput tipe layanan yang digunakan satu user pada kondisi jam sibuk. Pada layanan packet switch, margin diperlukan untuk mengantisipasi traffic yang tidak dapat diprediksi, sehingga dalam persamaan single user throughput terdapat parameter peak to average ratio. = +P ) Σ ( h gh P e e e (1 3600 Dimana SUT = Single User Troughput; BHSA = Busy Hour Session Attempts untuk tiap user; Penetration rate = Proporsi dari tipe layanan; PAR = Peak to Average Ratio, persentase lonjakan trafik. Setelah diperoleh throughput tiap user selanjutnya dilakukan perhitungan network throughput yang merupakan total throughput demand yang dibutuhkan untuk dapat melayani seluruh user pada wilayah perencanaan. Network throughput = total target user SUT (2.5) 2.6. Cell Throughput [2] Cell Capacity merupakan kapasitas maksimal yang mampu ditangani pada suatu sel. Cell capacity juga bisa disebut throughput per cell dengan persamaan sebagai berikut: DLCellThr + CRC = ( 168 36 12) (CB) (CR) (Nrb) C 1000 (2.6) DLCellThr + CRC = ( 168 24) (CB) (CR) (Nrb) C 1000 (2.7) Dimana: CRC = 24, 168 = jumlah resource element (RE) dalam 1 ms, 36 = jumlah control channel RE dalam 1 ms, 12 = jumlah reference signal RE dalam 1 ms, CB = Code Bits, efisiensi modulasi, CD = Coding rate kanal, NRB = jumlah resource block yang digunakan, C = mode antenna MIMO. 2.7. Perhitungan Jumlah Sel Dalam menentukan jumlah sel dapat dilakukan melalui perhitungan dengan membagi total network throughput dengan cell throughput masing masing downlink maupun uplink melalui persamaan sebagai berikut : 2.8. Perencanaan Backhaul J h = Ne h gh h gh Untuk melakukan perancangan backhaul microwave terdapat beberapa tahapan yang diperlukan, seperti menetukan informasi site, model topologi backhaul, penentuan standar performansi, perencanaan frekuensi dan polarisasi, pencapaian LOS, perhitungan redaman hujan hingga perhitungan link budget. 2.8.1 Informasi Site Untuk melakukan perencanaan backhaul microwave terlebih dahulu dilakukan site planning. Pada perencanaan ini akan dilakukan pembagian link radio menjadi hop-hop serta pembuatan path profile untuk setiap hop dan penentuan tinggi masing-masing antena. Dalam perencanaan link trasnmisi microwave dari Purwokerto Barat hingga Jatilawang akan dibuat 9 hop yaitu: 1. Link Purwokerto Barat Purwokerto Utara 2. Link Purwokerto Barat Purwokerto Timur (2.3) (2.4) (2.8) 4

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4342 3. Link Purwokerto Timur Kembaran 4. Link Purwokerto Barat Purwokerto Selatan 5. Link Purwokerto Selatan Banyumas 6. Link Purwokerto Barat Karanglewas 7. Link Karanglewas Patikraja 8. Link Patikraja Rawalo 9. Link Rawalo Jatilawang Gambar 2.4 Perencanaan Site Hop Berikut adalah data koordinat tiap site: Tabel 2.1 Koordinat Tiap Site Site Lattitude Longitude Altitude (m) Jenis Banyumas 07 31 43.90 S 109 16 16.53 E 65.76 New Jatilawang 07 33 25.32 S 109 06 17.16 E 19.68 New Karanglewas 07 26 04.02 S 109 11 38.22 E 105.58 New Kembaran 07 24 15.10 S 109 17 42.17 E 91.51 New Patikraja 07 28 12.86 S 109 11 59.63 E 37.90 New Purwokerto Barat 07 25 23.12 S 109 13 03.85 E 76.19 New Purwokerto Selatan 07 26 33.43 S 109 14 29.48 E 68.13 New Purwokerto Timur 07 25 28.08 S 109 14 40.19 E 85.86 New Purwokerto Utara 07 23 56.40 S 109 14 18.78 E 124.96 New Rawalo 07 30 49.01 S 109 09 08.39 E 19.54 New 2.8.2 Fading Akibat Redaman Hujan Butiran hujan dapat mempengaruhi redaman dari sebuah gelombang elektromagnetik yang melintas. Semakin lebat hujan maka redaman tersebut semakin besar. Besarnya redaman karena curah hujan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : = α (2.9) Dimana: = (2.10) = Redaman karena hujan (db/km) R = Besarnya curah hujan (mm/jam) D = Jarak antar pengirim dan penerima A = Redaman hujan sepanjang lintasan (db) 2.8.3 Link Budget Backhaul Untuk mendapatkan nilai daya terima, maka dibutuhkan beberapa parameter seperti gain antenna, loss cable, fading margin dan free space loss. Daya terima dapat dihitung dengan rumus berikut : 5

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4343 P r = t t + t r + r L (2.11) 6

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4344 Free space loss digunakan untuk memprediksi suatu nilai redaman gelombang elektromagnetik yang disebabkan karena gelombang tersebut melalui lintasan line of sight tanpa hambatan. Free Space Loss dapat dihitung dengan formula berikut : L fsl=92.45+20logf (GHz) +20logD (km) (2.12) 3. Hasil Perencanaan 3.1 Kebutuhan Kapasitas Pada perhitungan kapasitas yang dibutuhkan di Kecamatan Kota Banyumas, Kecamatan Purwokerto Selatan memiliki kebutuhan trafik downlink paling besar yaitu 20 Mbps, bukan hanya downlink saja, namun kebutuhan uplink terbesar juga terdapat pada Kecamatan Purwokerto Selatan. Hal ini terjadi karena target jumlah pelanggan pada Kecamatan Purwokerto Selatan memiliki populasi terbesar dibanding dengan kecamatan lainnya. Ditinjau dari perbandingan network throughput dan cell throughput, diperlukan sebanyak 3 sel pada sisi downlink dan 1 sel pada sisi uplink. Untuk mengetahui jumlah kapasitas yang diperlukan diambil jumlah sel terbanyak yaitu pada sisi downlink sebanyak 3 sel lalu dikalikan dengan throughput selnya sehingga menghasilkan kapasitas site terbesar yaitu pada Kecamatan Purwokerto Selatan 30 Mbps. Ditinjau dari jumlah hop yaitu sebanyak 9 buah, dapat diketahui total kapasitas yang harus disediakan oleh backhaul yaitu dengan menjumlahkan seluruh kapasitas site sehingga didapatkan kapasitas site sebesar 160 Mbps. Kapasitas ini yang harus dipenuhi oleh perangkat backhaul agar perencanaan ini berjalan sesuai dengan rencana. Tabel 3.1 Kapasitas tiap Kecamatan Kecamatan Uplink Downlink Site Capacity Minimum Banyumas 11.6~12 Mbps 9,7~ 10 Mbps 12 Mbps Jatilawang 11.6~12 Mbps 9,7 ~10 Mbps 12 Mbps Karanglewas 11.6~12 Mbps 9,7~ 10 Mbps 10 Mbps Kembaran 11.6~12 Mbps 19,4~ 20 Mbps 20 Mbps Patikraja 11.6~12 Mbps 9,7 ~10 Mbps 12 Mbps Purwokerto Barat 11.6~12 Mbps 19,4~ 20 Mbps 20 Mbps Purwokerto Selatan 11.6~12 Mbps 29,1~30 Mbps 30 Mbps Purwokerto Timur 11.6~12 Mbps 9,7 ~10 Mbps 12 Mbps Purwokerto Utara 11.6~12 Mbps 19,4~ 20 Mbps 20 Mbps 3.2 Hasil Perencanaan Backhaul Daerah Kota Banyumas memiliki kebutuhan kapasitas link sebesar 160 Mbps yang terdiri dari kapasitas tiap site sebesar 12 Mbps pada Kecamatan Banyumas, Jatilawang, Patikraja, Purwokerto Timur, dan Rawalo. Sebesar 20 Mbps pada Kecamatan Kembaran, Purwokerto Barat, dan Purwokerto Utara. Sedangkan sebesar 30 Mbps pada Kecamatan Purwokerto Selatan. Tabel 3.2 Hasil Perhitungan perancangan link backhaul Site A Site B Prx (dbm) Pth (dbm) Fading Margin Purwokerto Barat Purwokerto Utara -53,96-70 16,04 Purwokerto Barat Purwokerto Timur -55,25-70 14,75 Purwokerto Timur Kembaran -69,84-70 0,16 Purwokerto Barat Purwokerto Selatan -53,08-70 16,92 Purwokerto Selatan Banyumas -57,99-70,5 12,51 Purwokerto Barat Karanglewas -54,78-70 15,22 Karanglewas Patikraja -57,49-70 12,51 Patikraja Rawalo -46,13-70 23,87 Rawalo Jatilawang -46,13-70 23,87 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi link backhaul memiliki nilai daya terima yang lebih besar dari pada nilai daya terima minimum yang dibutuhkan yaitu sebesar -70.50 dbm untuk frekuensi 7 GHz dan dan -70 dbm untuk frekuensi 11 GHz, 13 GHz, 15 GHz yang didapat dari spesifikasi perangkat yang digunakan. Dengan menghitung link budget pada parameter-parameter yang ada, didapatkan juga availability > 99,99% pada seluruh link backhaul. Dari hasil tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam perencanaan ini link backhaul microwave layak untuk diterapkan pada daerah tiap Kecamatan yang ada di Kota Banyumas secara optimal. 7

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4345 Daftar Pustaka [1] (3GPP), 3. G. (t.thn.). Technical Specification Group Radio Access Network. Physical Layer Aspect for Evolved UTRA (Release 7). [2] 20101004_Indonesia_Cellular_Broadcast_Spectrum_ED09.Alcatel-Lucent, Jakarta,September 2010 [3] 3GPP TS 36.101 V9.4.0, Technical Specification Group Radio Access Network;Evolved Universal Terrestrial Radio Access (E-UTRA);User Equipment (UE) radio transmission and reception [4] L. Huawei Technoligies Co., "RTN 980''. [5] M. Laboratory, in Module Pathloss 5.0, 2015, p. 9. [6] Alfin Hikmaturokhman, Gelombang Mikro, Purwokerto: Akademi Teknik Telekomunikasi Sandy Putra, 2009. [7] O. Tipmongkolsilp, S. Zaghloul and A. Jukan, The Evolution of Cellular Backhaul Technologies: Current Issues and Future Trends" Commun. Mag., IEEE, vol. 13, no. 1, 2011. [8] Robert G. Winch, Telecomunication Transmission System Microwave, Fiber Optic, Mobille Cellular Radio, Data and Digital Multiplexing,Singapore, 1993 [9] Roger L. Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz), New York, 1987 [10] Roger L. Freeman, Telecomunication Transmission Handbook, New York, 1981. Universal Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN). 3GPPrelease 8 [11] Persson, Patrik. 2008. LTE Radio Access : Radio Interface Dimensioning & Planning. RAN System Management Ericsson [12] Huawei Technologies Co. Ltd..2010.LTE Radio Network Capacity Dimensioning. [13] H. Lehpahmer, in Microwave Radio Transmission Design Guide, United States: McGraw-Hill, 2010 [14] M. K. D. INFORMATIKA, "PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015," 2015. [15] [Online] Available: https://banyumaskab.bps.go.id/subjek/view/id/12#subjekviewtab 3 accordion -daftarsubjek1 8