BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, merupakan pilar utama dalam menyokong pengembangan ternak tanah air. Penyediaan domba yang berkualitas harus diawali melalui seleksi bibit ternak secara ketat, terencana dan memilki arah yang jelas. Domba Garut sebagai aset plasma nutfah Jawa Barat, memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan cukup tanggap terhadap manajemen pemeliharaan yang baik dibandingkan bangsa domba lain yang ada di Indonesia, tingkat prolifikasi yang tinggi, kualitas kulit terbaik, dan memiliki keunggulan unik yang dapat dijadikan daya tarik pariwisata daerah (Heriyadi dan Novi, 2006). Performan pada suatu ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, serta interaksi dari keduanya. Pengaruh genetik bersifat baka dan pengaruh lingkungan tidak bersifat baka. Performan sering dikatakan sebagai penampilan atau produksi individu, faktor genetik sebagai kemampuan, sedangkan faktor lingkungan sebagai kesempatan yang dimilikinya (Hardjosubroto, 1994). Ada beberapa cara untuk meningkatkan performan ternak khususnya domba Garut yaitu perbaikan mutu makanan ternak, perbaikan tata laksana dan peningkatan mutu 1
genetik. Perbaikan mutu genetik ternak dengan cara program seleksi dan pengaturan perkawinan. Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dan memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk tidak dikembangbiakkan lebih lanjut (Hardjosubroto, 1994). Program seleksi pada suatu populasi domba Garut dapat dilakukan berdasarkan kemampuan performan pertumbuhan. Salah satu performan pertumbuhan yang dapat diukur adalah ukuran tubuhnya. Potensi genetik yang dimiliki masing-masing individu diturunkan kepada generasi berikutnya dan besarnya variansi yang berakibat menurun ke keturunannya dapat diestimasi dengan parameter genetik. Parameter genetik terdiri atas heritabilitas, ripitabilitas, dan korelasi genetik pada suatu sifat tertentu. Program seleksi juga sangat penting untuk mengetahui performan dari ternak. Hal ini dikarenakan ternak yang memiliki performan yang baik akan diwariskan kepada keturunanya. Untuk mengetahui nilai performan ternak dapat dilakukan dengan menggunakan estimasi parameter genetik, salah satunya estimasi nilai ripitabilitas. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa estimasi nilai ripitabilitas berguna dalam meramalkan produksi pada masa yang mendatang dari seekor ternak yang telah mempunyai satu atau lebih catatan produksi. Menurut Warwick dkk. (1990), ripitabilitas merupakan konsep angka pengulangan yang berguna untuk sifat-sifat yang muncul berkali- 2
kali selama hidupnya, salah satunya bobot sapih pada anak. Ripitabilitas merupakan bagian dari ragam total suatu populasi yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan antara individu yang bersifat permanen. Unit Pelaksana teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pengujian dan pengembangan perbibitan serta peningkatan mutu genetik ternak dombadi Jawa Barat. Informasi pendugaan parameter genetik ukuran tubuh pada domba Garut belum banyak dilaporkan. Penelitian estimasi parameter genetik pada domba Garut lebih banyak tentang nilai heritabilitas dan ripitabilitas berat sapih dan berat lahir, sedangkan untuk ukuran tubuh masih sangat minim. Oleh karena itu, perlukan dilakukan penelitian tentang estimasi nilai Ripitabilitas ukuran tubuh pada domba Garut di Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati, Garut, Jawa Barat. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui estimasi nilai ripitabilitas ukuran tubuh pada domba Garut di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati, Garut, Jawa Barat. Manfaat Penelitian Hasil estimasi ripitabilitas ukuran tubuh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai kriteria dalam melakukan seleksi untuk perbaikan mutu 3
genetik di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati, Garut, Jawa Barat. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Karakteristik Domba Garut Domba Garut merupakan domba yang berasal dari persilangan antara domba Merino dan domba Cape serta dengan domba lokal, sekitar tahun 1864. Namun sekarang sudah tidak ada bekas-bekas dari karakteristik wol domba Merino. Domba Garut, kadang-kadang dijumpai adanya domba tanpa daun telinga. Domba ini sudah terkenal sebagai salah satu domba yang mempunyai angka reproduktivitas tinggi (Hardjosubroto, 1994). Domba priangan atau yang lebih populer dengan nama domba Garut tersebar luas di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut. Domba Garut juga populer sebagai domba aduan. Domba tersebut diadukan dalam pertunjukan adu domba yang digemari oleh kalangan pencinta domba Garut di jawa Barat. Tradisi adu domba ini secara tidak langsung juga menjaga pelestarian plasma nutfah domba Garut. Untuk domba aduan petani akan melakukan seleksi dan memeliharanya dengan baik. Oleh karena itu sangat banyak dijumpai domba Garut jantan dengan berat badan 45 sampai 80 kg dan domba Garut betina 25 sampai 40 kg (Sutama dan Budiarsana, 2010). Domba Garut memiliki karakteristik tersendiri yakni tanduknya besar melingkar ke arah caudal kemudian ke arah cranial (Basuki, 5