BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. hutan harus dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian, keharmonisan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

19 Oktober Ema Umilia

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

Transkripsi:

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya memertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumberdaya alam, dan juga merupakan keberlanjutan keberadaan dan jasa lingkungan (ecological services) bagi kehidupan manusia. Keberlanjutan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dimana kesinambungan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam, arah investasi pemanfaatan sumberdaya alam, dan perlindungan sumberdaya alam tersebut konsisten dengan sasaran pemanfaatan saat ini dan dimasa yang akan datang. Dalam pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan, maka perlu memperhatikan Daerah Aliran Sungai (DAS)/Sub DAS. Pengelolaan DAS/Sub DAS tidak selalu memberikan penyelesaian yang menyeluruh atas konflik-konflik yang timbul sebagai konsekuensi percepatan pertumbuhan ekonomi dengan usaha-usaha perlindungan lingkungan, namun ia dapat memberikan suatu kerangka kerja yang praktis dan logis serta menunjukkan mekanisme kerja yang jelas untuk penyelesaian permasalahan-permasalahan yang kompleks yang timbul oleh adanya kegiatan pembangunan yang menggunakan sumberdaya alam sebagai masukannya. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan DAS/Sub DAS akan bertumpu pada aktifitas-aktifitas yang berdimensi biofisik dan spatial seperti pengendalian erosi, penghutanan kembali lahan-lahan kritis, penataan ruang yang baik dan berwawasan lingkungan, serta berdimensi regulasi/kelembagaan seperti insentif dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Berkenan dengan penataan ruang, pemanfaatan DAS/Sub DAS oleh masyarakat untuk beraktifitas harus memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. Pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan, akan berdampak terhadap kemerosotan kualitas lingkungan. Hal tersebut dapat

12 berakibat timbulnya daerah-daerah rawan bencana alam seperti banjir dan longsor, yang diakibatkan oleh semakin sedikitnya lahan terbuka sebagai daerah resapan air, atau lahan terbuka non hijau (kritis) akibat minimnya tumbuhan yang dapat mengikat tanah, sehingga menimbulkan erosi. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Sub DAS, terjadi akibat pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan daya dukung. Pemanfaatan lahan di DAS/Sub DAS perlu didukung dengan perencanaan DAS/Sub DAS itu sendiri. Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah satu bentuk perencanaan pembangunan sumberdaya alam (vegetasi, tanah, dan air) dengan menggunakan satuan atau unit pengelolaan daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai dengan bagian-bagian wilayahnya. Pemanfaatan lahan di Sub DAS Babura berdasarkan pengematan peta Citra, menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar adalah lahan untuk kegiatan perkotaan yaitu sebesar 1.948,5 Ha atau sebesar 70,5% dari total luas Sub DAS Babura 2.761,9 Ha). Kegiatan perkotaan tersebut seperti permukiman, perdagangan, jasa, dan lain sebagainya. Pemanfaatan yang cukup besar untuk lahan perkotaan tersebut, tentunya akan berdampak terhadap keseimbangan lingkungan Sub DAS Babura di masa yang akan datang, karena akan terjadi penyusutan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Upaya yang harus dilakukan adalah dengan menyesuaikan pembangunan untuk daerah perkotaan di Sub DAS Babura dengan daya dukung fisik lahan yang ada. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan sebuah penelitian sebagai sebuah pemikiran dalam mengatasi permasalahan di atas melalui pembuatan konsep pemanfaatan ruang/lahan sebagai upaya pelestarian Sub DAS Babura Kota Medan. 1.2 Rumusan Masalah Kegiatan yang memanfaatkan ruang di sepanjang Sub DAS tersebut belum menunjukkan adanya konsep pemanfaatan yang memperhatikan kelestarian Sub DAS Babura, sehingga dapat mengancam kehidupan manusia yang berada di dalam wilayah Sub DAS tersebut.

13 Dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji sebagai landasan masalah utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar penyimpangan pemanfaatan lahan di Sub DAS Babura Kota Medan? 2. Bagaimana konsep yang ideal untuk pemanfaatan lahan di Sub DAS Babura Kota Medan? 1.3 Tujuan, Manfaat, dan Definisi Operasional 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuannya dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Identifikasi guna lahan dan penyimpangan pemanfaatan lahan di Sub DAS Babura Kota Medan; 2 Memetakan kesesuaian dan membuat konsep pemanfaatan lahan di Sub DAS Babura sesuai dengan daya dukung lahan yang ada;. 1.3.2 Manfaat Penelitian Berdasarkan maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat khususnya untuk penulis, dan umumnya untuk pembaca serta untuk pihak Pemerintahan Kota Medan. Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, menjadi sebuah wawasan baru dalam mendalami ilmu perencanaan wilayah dan perdesaan; 2. Bagi pembaca, sebagai pengetahuan tambahan untuk menjaga lingkungan di daerah Sub DAS Babura Kota Medan khususnya dan daerah Sub DAS lainnya; 3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pemikiran untuk mengatasi masalah lingkungan yang timbul akibat peningkatan aktifitas di Sub DAS Babura khususnya, dan sebagai kerangka konseptual di dalam mengambil keputusan untuk penetapan kebijaksanaan pemanfaatan ruang baik di Sub DAS Babura, maupun Sub DAS lainnya.

14 4. Rekomendasi konsep pemanfaatan ruang sebagai upaya pelestarian Sub DAS Babura Kota Medan. 1.4 Definisi Operasional Untuk menjaga konsistensi isi laporan penelitian ini, sehingga tidak menimbulkan bias dan salah tafsir mengenai makna dari penelitian ini, maka penulis membuat definisi operasional sebagai berikut : 1. Konsep adalah adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (Soedjadi,2000:14). 2. Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan: - sumberdaya alam untuk pembangunan; 3. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tepat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (UU N0. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang); 4. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan suatu benda/ekosistem yang dilindungi/dilestarikan dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan,dan memanfaatkannya; 5. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. 6. Daerah aliran sungai (DAS) adalah kesatuan ruang (hamparan ruang) yang terdiri atas unsur biotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organism hidup lainnya termasuk manusia) saling berinteraksi satu dengan lainnya, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung/bukit dimana semua air mengalir ke satu sistem outlet (sungai, danau atau laut) (Muhjidin. M : 277) 7. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.

15 1.5 Ruang Lingkup Studi Lingkup kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Lingkup Wilayah Lingkup wilayah kajian pada penelitian ini adalah Sub DAS Babura Kota Medan dengan luas lahan sebesar 2.761,9 Ha (Gambar 1.1), meliputi Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Johor, Medan Selayang, dan Medan Tuntungan. 1.5.2 Lingkup Materi Penelitian Lingkup materi/aspek yang dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aspek kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan pengelola Sub DAS Babura Kota Medan. 2. Aspek fisik seperti ketinggian tempat, kemiringan lereng, curah hujan, hidrologi, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan di Sub DAS Babura. 3. Aspek sosial dan ekonomi masyarakat, meliputi tingkat pendapatan dan karakteristik masyarakat dalam pemanfaatan lahan Sub DAS Babura Kota Medan. 1.6 Kerangka Pemikiran Untuk dapat melihat secara jelas mengenai alur pikir di dalam penelitian ini, maka penulis membuat sebuah diagram berupa kerangka berfikir. Kerangka berfikir ini menyajikan proses kegiatan penelitian dari awal sampai akhir yang didukung oleh model-model penelitian dari beberapa aspek yang dikaji. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi 16

17 Gambar 1.2 Kerangka Berfikir Konsep Pemanfaatan Ruang Sub DAS Kota Medan Babura SUB DAS BABURA Pemanfaatan Ruang Identifikasi Permasalahan Kebijakan Fisik Sub DAS Sosial dan Ekonomi Kawasan Lindung Pemanfaatan Lahan Kawasan Budidaya Pembangunan Kota Medan Fisik Sosial Ekonomi 1. Ketinggian Lahan 2. Kemiringan Lereng 3. Jenis Tanah 4. Geologi 5. Hidrologi 6. Curah Hujan 7. Tata Guna Lahan Prilaku dan Tingka Pendapatan Masyara Analisa Model Analisa Kesimpulan dan Saran (Rekomendasi Konsep Pemanfaatan Ruang Kebijaksanaan Fisik DAS 1. Kemampuan Lahan 2. Kesesuaian Lahan 3. Daya Dukung Lahan Prilaku Masyarakat Tingkat Pendapatan Masyarakat

18 1.7 Sistematika Pembahasan Secara garis besar, sistematika penyajian di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan tentang uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, ruang lingkup studi, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori mengenai DAS, kelestarian lingkungan, dan pemanfaatan ruang. BAB III : METODOLOGI Berisikan tentang pendekatan studi dan sistematika perolehan data serta model-model analisa yang digunakan untuk mengkaji aspek-aspek yang dikaji pada penelitian ini. BAB IV: HASIL PENELITIAN Berisikan tentang gambaran karakteristik daerah penelitian dari sisi kondisi fisik seperti kondisi kemiringan lereng, hidrologi, klimatologi, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Kondisi sosial seperti jumlah penduduk dan budaya masyarakat, serta ekonomi masyarakat berupa tingkat pendapatan. Selain itu, pada bab ini berisikan juga tentang penilaian daerah penelitian dari sisi kondisi fisik, dengan menggunakan Model Analisa Satuan Kamampuan Lahan (SKL), kondisi sosial dengan menggunakan model analisa deskriftif, dan ekonomi masyarakat dengan menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan Tahun 2012. BAB V : PEMBAHASAN Berisikan tentang hasil penilaian dengan melihat kondisi awal Sub DAS Babura, kemudian potensial pengembangan, serta konsep ideal pemanfaatan lahan Sub DAS Babura dimasa yang akan datang

19 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisa, dan saran peneliti berdasarkan kesimpulan untuk daerah penelitian.