Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Rosliana Dewi* roslianadewi@ymail.com STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Instalasi Rawat Inap masih dibawah standar. Hal ini menandakan kurangnya motivasi yang dimiliki oleh perawat dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat. Fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat memudahkan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilaku yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan kerjanya. Penelitian menggunakan jenis penelitian korelasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana ruang instalasi rawat inap berjumlah 97 orang, sampel penelitian sebanyak 78 orang. Teknik pengambilan sampel dengan stratified proportional random sampling. Uji validitas Fasilitas dari 20 item 18 item pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0,662. Analisis hipotesa menggunakan chi kuadrat dan koefisien kontingensi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan paling banyak Perawat mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), paling banyak Perawat memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 orang) dan hasil P Value = 0,000 yang berarti ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat. Fasilitas berpengaruh terhadap motivasi kerja sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit adalah dengan meningkatkan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi kerja perawat. Kata kunci : Fasilitas, Motivasi Kerja Perawat
PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut UU No. 44 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelayanan Rawat Inap merupakan salah satu jenis pelayanan yang sangat kompleks dan dapat memberikan kontribusi yang paling besar dari pelayanan lain serta tidak lepas dari potensi sumber daya keperawatan yang sangat menentukan mutu pelayanan yang dihasilkan disamping sumber daya yang lain. Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak di pelayanan Rawat Inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien selama 24 jam. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Keperawatan sebagai profesi dimanifestasikan antara lain melalui praktik profesi yang diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik perawat. Dengan demikian diharapkan perlindungan hukum masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam praktik. Pelayanan keperawatan yang dapat diterima oleh masyarakat terlihat dari disiplin dan motivasi tenaga keperawatan. Dimana disiplin dan motivasi yang baik dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan harapan bagi semua pengguna pelayanan. Disiplin dan motivasi tenaga keperawatan sebagai pemberi layanan yang rendah akan berdampak negatif, karena pengguna jasa pelayanan akan meninggalkan jasa pelayanan dan beralih ke tempat pelayanan kesehatan lainnya. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas. Tanpa adanya motivasi dari pegawai
untuk bekerja dan bagi kepentingan institusi maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang profesional yang dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, efisien dan bermutu. Motivasi merupakan bagian integral dari kegiatan organisasi atau perusahaan dari dalam proses pembinaan, pengembangan dan pengerahan tenaga kerja manusia. perawat akan bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan dimana mereka merasa dihargai dan merasa dapat berguna untuk orang banyak. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2010). Tetapi pada dasarnya motivasi yang keluar tergantung dari bentuknya baik itu dari dalam diri sendiri, dari lingkungan luar atau pun dari keadaaan yang mendesak seseorang untuk melakukan suatu hal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tidak banyak orang yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan yang diharapkan banyak faktor yang bisa membuat motivasi seseorang menjadi kurang seperti karena fasilitas yang kurang dapat menurunkan motivasi kerja seseorang karena keterbatasan sarana yang diperlukan. Selain itu seperti umur, situasi lingkungan kerja, dan program rutin seperti pelatihan dan fasilitas dapat menjadi faktor yang memepengaruhi motivasi seseorang (Purwanto, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi adalah rumah sakit yang terletak di Cibadak Kabupaten Sukabumi, pada tahun 1994 sampai sekarang status Rumah sakit menjadi kelas C sesuai SK Menkes No. 95/menkes/SK/II/1994. Sampai pada tahun 2002 Rumah Sakit Umum Sekarwangi berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Kabupaten Sukabumi berdasarkan peraturan Bupati no. 6 tahun 1999 tanggal 22 April Tahun 2002 dengan akreditasi 5 pelayanan dasar penuh oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen kesehatan Sertifikasi No. YM.00.03.2.2.489. Tahun 2009 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2009 telah ditetapkan menjadi PPK BLUD melalui Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 900 / Kep. 789-RSUD Sekarwangi / 2009 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK BLUD ) secara Penuh Pada Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Sampai sekarang RSUD sekarwangi memiliki fasilitas rawat jalan dengan 15 klinik spesialis, memiliki 9 ruang rawat inap dengan klasifikasi kelas
VIP, kelas I, kelas II, kelas III dan HCU dengan jumlah perawat 107 orang dengan penunjang pelayanan dan fasilitas lain yang semakin bertambah ini menjadikan tantangan yang sangat tinggi untuk Rumah sakit karena semakin banyaknya masyarakat yang percaya dengan pelayanan yang tersedia serta untuk perawat yang lebih sering bertemu selama 24 jam dengan pasien untuk bisa memberikan pelayanan yang maksimal dan meningkatkan motivasi kerja agar bisa memberikan pelayanan yang memuaskan Berdasarkan data profil BLUD RS Sekarwangi terdapat kekuatan ataupun kelebihan dari pelayanan yaitu, sumber daya manusia yang mempunyai komitmen yang tinggi dari para dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, tenaga non keperawatan dan administrasi terhadap pengembangan pelayanan rumah sakit moralitas tinggi, kemampuan memberikan pelayanan cepat dan santun, serta pengendalian kualitas pelayanan yang terpadu. Namun disamping itu terdapat kelemahan seperti, sumber daya manusia yang sebagian kecil belum profesional/tidak sesuai protap dalam memberikan pelayanan, sehingga menimbulkan adanya komplain dari pelanggan. Selain itu peralatan medik dan non medik yang belum memadai. (Profil BLUD RSUD Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi 2010). Tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap pada trimester 1 2011 terhadap pelayanan keperawatan didapatkan pasien yang mengatakan puas atas pelayanan keperawatan mencapai 60 % dan pasien yang mengatakan tidak puas 40 % dengan standar minimal kepuasan yang harus dicapai rumah sakit sesuai dengan Standar pelayanan minimal Rumah Sakit yang di keluarkan oleh direktorat jendral bina pelayanan medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu 90%. Ini bisa menandakan bahwa kurangnya dorongan atas tindakan yang diberikan kepada pasien dimana dapat mencerminkan motivasi kerja yang kurang sehingga angka kepuasan tidak mencapai standar. Dimana mungkin banyak faktor yang bisa mempengaruhi motivasi kerja perawat yang kurang dalam memberikan pelayanan. (Bidang Peningkatan dan Pengendalian Mutu 2012) Berdasarkan hasil studi Pendahuluan melalui teknik Wawancara 8 dari 10 perawat mengatakan fasilitas dan lingkungan kerja kurang memadai seperti diantaranya prasarana alat-alat yang kurang memadai, sarana ruangan yang sempit, lingkungan fisik yang tidak nyaman, sedangkan untuk lingkungan non fisik terjalin dengan baik. Sehingga
memepengaruhi motivasi kerja perawat, dan 2 orang perawat mengatakan bahwa fasilitas alat alat sudah cukup membaik, ruangan cukup nyaman dan untuk Lingkungan fisik di ruang rawat inap cukup mendukung dalam memotivasi kerja dan lungkungan non fisik antara atasan dan sesama terjalin baik. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gambaran fasilitas di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. b. Mengidentifikasi gambaran Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. c. Mengidentifikasi pengaruh fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan apakah terdapat asosiasi antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh korelasi yang ada antara variabel yang diteliti (Hidayat, 2010). Dengan pendekatan cross sectional, yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, atau yang dapat mengukur variabel Independen dan Variabel Dependen pada waktu yang bersamaan.pada penelitian ini mengkaji pengaruh fasilitas terhadap Motivasi kerja Perawat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian pada sampel dengan jumlah 78 orang perawat pelaksana dan data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan proses pengolahan data dan menganalisa data. Hasil penelitian yang menjelaskan Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi
Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut : A. HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat a. Gambaran Umum Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian adalah Pendidikan responden, status kepegawaian, jenis kelamin dan lama kerja, distribusi frekuensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Pendidikan Pendidikan Perawat Jumlah Prosentase (%) D-III 76 97,4 Keperawatan S.Kep 2 2,6 Jumlah 78 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat Pendidikan D-III Keperawatan sebanyak 97,4% (76 Perawat) dan paling Sedikit memiliki tingkat Pendidikan S.Kep sebanyak 2,6% (2 perawat). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian Status Kepegawaian Jumlah Prosentase (%) PNS 35 44,9 PHL 43 55,1 Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki status kepegawaian PHL sebanyak 55,1 % (43 perawat) dan paling sedikit memiliki status kepegawaian PNS 44,9% (35 perawat) Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%) Perempuan 62 79,5 Laki laki 16 20,5 Jumlah 78 100 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah Perempuan sebanyak 79,5 % (62 perawat) dan paling sedikit lakilaki sebnanyak 20,5 % (16 perawat). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Lama Kerja Lama kerja Jumlah Prosentase (%) 1 tahun 5 6,4 1-5 tahun 38 48,7 6-10 tahun 22 38,2 10 tahun 13 16,7 Jumlah 78 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
memiliki lama kerja 1-5 tahun sebanyak 48,7% (38 perawat) dan yang paling sedikit lama kerja 1 tahun sebanyak 6,4 % (5 perawat). b. Analisa Univariat berdasarkan Variabel yang diteliti Tabel 5 Distribusi Frekuensi Persepsi Perawat Fasilitas Jumlah Prosentase (%) Baik 0 0 Cukup 47 60,3 Kurang 31 39,7 Jumlah 78 100 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3 % (47 perawat), sedangkan yang paling sedikit mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak 39,7 % (31 perawat) Tabel 6 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Jumlah Prosentase (%) Perawat Baik 8 10,3 Cukup 56 71,8 Kurang 14 17,9 Jumlah 78 100 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8 % (56 orang), dan paling
sedikit memiliki motivasi kerja perawat yang baik sebanyak 10,3 % (8 Orang). 2. Analisa Tabulasi silang Dalam Penelitian ini karena ada tabel yang bernilai 0 dan total nilai expected account lebih dari 20% yang tidak sesuai dengan syarat chi kuadrat maka dilakukan penggabungan sel sehingga tabulasi silang Motivasi Kerja Perawat dengan Fasilitas Di Ruang instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut : Tabel 7 Distribusi Frekuensi Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Fasilitas Motivasi Kerja Perawat Cukup % kurang % Total % Cukup 46 97,9 1 2,1 47 100 Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100 Total 64 82,1 14 17,9 78 100 Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 78 perawat pelaksana di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Perawat yang mengungkapkan fasilitas cukup mayoritas memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 97,9% (46 perawat) dan yang mengungkapkan fasilitas kurang mayoritas motivasi kerja cukup sebanyak 58,1 % (18 perawat) 3. Analisa Bivariat Hasil analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Tabel 8 Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat Motivasi Kerja Perawat Fasilita s Cukup Kura ng Tot al Cukup 46 1 47 Kurang 18 13 31 Total 64 14 78 P value Koefisie n Konting ensi 0,000 0,453 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai P value = 0,000 berarti < 0,05 yang menunjukan ada pengaruh antara fasilitas dengan motivasi kerja perawat. Dengan nilai koefisien kontingensi 0,453 yang menunjukan bahwa keeratan pengaruh fasilitas dengan motivasi kerja Cukup kuat. B. PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini dimaksud untuk memberikan penjelasan terhadap hasil penelitian deskriptif maupun hasil penelitian korelasi yang akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Gambaran Fasilitas di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), sedangkan yang paling sedikit mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak 39,7 % (31 perawat) Berdasarkan data bahwa fasilitas di ruang rawat inap termasuk Cukup hal ini mungkin dikarenakan para perawat merasakan fasilitas seperti sarana (ruangan) dan prasarana (alat alat kesehatan) yang ada dan tersedia di ruangan cukup memenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam bekerja.
2. Gambaran Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 perawat), dan paling sedikit memiliki motivasi kerja perawat yang baik sebanyak 10,3 % (8 Orang). Menurut Hasibuan (2010) Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilaku yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan kerjanya. Berdasarkan data diatas motivasi kerja perawat termasuk cukup, banyak hal yang dapat mempengaruhi menurut Hasibuan (2010) metode untuk memotivasi ada yang secara langsung ataupun tidak langsung, motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan langsung kepada individu atau karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya, seperti pujian, penghargaan, tunjangan, bonus dan lain- lain. Hal ini mungkin saja tidak dirasakan oleh seluruh perawat di ruang rawat inap sehingga menjadikan motivasi mereka cukup dalam bekerja mungkin karena kurangnya pujian yang didapatkan ataupun tidak adanya penghargaan yang diberikan kepada perawat yang berprestasi dari rumah sakit. Atau bisa juga dari motivasi tidak langsung dimana motivasi ini diberikan hanya berupa fasilitasfasilitas yang mendukung, ataupun dari ruangan yang terang dan nyaman, alat alat yang baik, suasana pekerjaan yang serasi. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), sedangkan yang paling sedikit mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak 39,7% (31 perawat) seperti menurut Hasibuan (2010) fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat memudahkan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga hal ini mungkin saja yang mempengaruhi motivasi kerja cukup, karena fasilitas yang dirasakan oleh
perawat cukup baik dari ruangan yang sesuai atau pun alat alat medis yang sesuai atau yang tersedia. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki lama kerja 1-5 tahun sebanyak 48,7% (38 perawat) dan yang paling sedikit lama kerja 1 tahun sebanyak 6,4 % (5 perawat). Menurut Usmara (2006) staf yang lebih lama masa kerjanya seringkali menilai dan mengharaapkan penghasilan tambahan tertentu karena latar belakang senioritas. Berdasarkan data diatas lama kerja mungkin dapat mempengaruhi motivasi kerja karena lama kerjanya 1-5 tahun yang sudah cukup lama dalam bekerja dapat berpengaruh mungkin karena sudah merasakan kejenuhan dengan keadaan yang ada di lingkungan kerja ataupun merasakan keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam bekerja karena dengan lama kerja yang dinilai masih baru otomatis umur pekerja pun masih muda yang berfikir kritis terhadap apa yang mereka rasakan mungkin ini akan berpengaruh kepada motivasi kerja perawat di ruangan. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa paling banyak perawat pelaksana di ruang Instalasi rawat Inap BLUD RS Sekarwangi adalah perempuan sebanyak 79,5% (62 perawat), dan paling sedikit laki-laki sebanyak 20,5% (16 perawat). Menurut Marilyn M. Freedman (2008) setiap posisi normatif dari kelompok dihubungkan dengan peran terkait. Suami atau ayah diharapkan menjadi pencari uang, peran formal yang standar terdapat dalam keluarga adalah kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah. Dapat disimpulkan bahwa laki-laki motivasi kerjanya lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa paling banyak perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat pendidikan D-III Keperawatan sebanyak 97,4% (76 perawat) dsn paling sedikit S1 Keperawatan sebanyak 2,6% (2 perawat). Menurut Usmara (2006) nilai nilai pada motivasi kerja dipengaruhi oleh karakter atau latar belakang personal dari staf
diantaranya pendidikan, pendidikan tinggi akan menilai dan mengharapkan lebih penghargaan dibandingkan mereka yang memiliki level pendidikan yang lebih rendah. Berdasarkan data pendidikan DIII Keperawatan dikatakan paling banyak namun hasil motivasi cukup, hal ini mungkin dengan pendidikan tinggi individual cenderung untuk mengharapkan penghargaan dan insentif yang tinggi pula tetapi mungkin pada kenyataannya hal tersebut tidak atau kurang terpenuhi sehingga menghasilkan motivasi kerja yang cukup. Dan bila dihubungkan sesuai Tabel 2 sebagian besar perawat pelaksana di ruang instalasi rawat inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki status kepegawaian BHL sebanyak 55,1% (43 perawat) dan paling sedikit PNS sebanyak 44,9% (35 perawat) hal ini mungkin bisa mempengaruhi motivasi ketika semakin tinggi pendidikan seseorang akan lebih menginginkan intensif yang lebih tinggi pula tapi hal ini tidak bisa teraplikasi karena sebagian besar perawat adalah PHL yang mungkin intensif yang mereka harapkan tidak sebanding dengan perawat yang status kepegawaiannya adalah seorang PNS. 3. Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 78 perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Perawat yang mengungkapkan fasilitas cukup mayoritas memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 97,9% (46 perawat) dan yang mengungkapkan fasilitas kurang mayoritas motivasi kerja cukup sebanyak 58,1 % (18 perawat). Berdasarkan hasil uji statistik dalam penelitian ini ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Menurut Purwanto (2008) Hubungan antara fasilitas dan motivasi kerja sangat erat karena Motivasi bisa timbul dengan adanya kenyamanan dan segala yang memudahkan dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa prosentase terbesar perawat mengemukakan bahwa fasilitas yang ada di ruang instalasi rawat inap cukup dan cenderung memiliki motivasi kerja yang cukup dengan didapatkannya hasil P value 0,000 < 0,05 yang menunjukan ada pengaruh antara fasilitas dengan motivasi kerja. Dengan nilai koefisien kontingensi 0,453 yang berarti keeratan pengaruh fasilitas dengan motivasi kerja Cukup kuat. Hal ini sesuai dengan teori ketika kenyamanan dan kemudahan perawat dalam bekerja akan meningkatkan motivasi dalam bekerja dimana perawat yang mengungkapkan fasilitas cukup cenderung motivasi kerjanya pun cukup, dimana ketika seseorang bisa merasakan kemudahan untuk menunjang seseorang bekerja maka akan timbul dorongan untuk bekerja yang tinggi pula, mungkin hal ini dirasakan pula oleh perawat yang menganggap fasilitas di ruangan rawat inap cenderung cukup dalam menunjang mereka bekerja dengan hasil akhir motivasi kerja yang cukup pula. Bukan hanya itu perawat yang mengatakan fasilitas kurang memiliki motivasi cukup hal ini tidak searah mungkin dalam hal ini mungkin perawat yang mengungkapkan fasilitas yang kurang cenderung lebih memaksimalkan fasilitas yang ada atau sudah mulai terbiasa dengan keadaan fasilitas di ruangan sehingga motivasi kerja tidak ikut kurang melainkan cukup. Dalam hal ini sarana dan prasarana yang ada di ruang rawat inap mungkin cukup sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perawat yang bekerja di rawat inap mungkin ini dikarenakan oleh sarana atau prasarana yang cukup mendukung, seperti sarana tempat seperti ruangan perawatan, stasi perawat, ruang perawat yang cukup mendukung atau bahkan bias juga dari prasarananya sendiri seperti ketersediaan alat alat kesehatan yang dirasa cukup, layak pakai, sesuai dengan kemajuan tekhnologi atau pun dari alat non medic yang cukup tersedia yang mungkin menyebabkan fasilitas cukup dengan hasil motivasi kerja yang cenderung cukup sehingga dengan demikian ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini banyak keterbatasan yang peneliti temukan, seperti ada faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti faktor instrinsik dari karakteristik personal seperti pendidikan, lama kerja, status kepegawaian, dan jenis kelamin yang mungkin memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja perawat di ruang insatalasi rawat inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagian besar perawat mengungkapkan fasilitas di ruang rawat inap cukup. 2. Sebagian besar Motivasi Kerja Perawat cukup. 3. Ada pengaruh fasilitas dengan Motivasi Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. B. Saran 1. Bagi BLUD RS Sekarwangi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam meningkatkan motivasi kerja perawat dengan meningkatkan fasilitas baik dari sarana dan prasarana seperti bangunan ruangan yang nyaman untuk perawat serta peralatan yang tersedia dengan mudah dan lengkap yang berada di setiap ruangan rawat inap. 2. Peneliti selanjutnya Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan bacaan untuk peneliti selanjutnya dalam kaitannya dengan faktor faktor yang mempengaruhi motivasi Kerja Perawat
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010. Budiarot, Eko. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2002. Depkes RI. Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap (umum). 2006. Depkes RI. Standar Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat jendral bina pelayanan medik, 2007. Gitosudarmo. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE, 2008. Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hastono, sutanto. Statistic Kesehatan.Jakarta : PT raja grafindo persada.2010 Hidayat, A. Metode Penelitian dan kebidanan dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2010. Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004. Luthans, F. Perilaku Organisasi. Yogyakarta :ANDI, 2006. Marilyn, friedman. Keperawatan keluarga (teori dan praktek) edisi 3, Jakarta: EGC.2008 Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika, 2005. Nursalam. Manajmen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional. Jakarta : Salemba Medika, 2002. Nursalam dan ferry, E. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Purwanto. Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka, 2008.
Riyanto, Agus. Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan : (Dilengkapi Uji validitas dan reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta : Nuhu Medika, 2009. Sedarmayanti. Tata kerja dan Produktifitas Kerja: suatu tinjauan dari aspek ergonomi atau kaitan antara manusia dan lingkungan kerja. Bandung: Mandar maju, 2009. Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta, 2010. Suarli dan bahtiar. Manajemen keperawatan. Jakarta : Erlangga, 2009. Uno, hamzah b. teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Usmara. Motivasi kerja, proses, teori dan praktik.yogyakarta : Amara Books,2006 Widayatun. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Infomedika, 1999 Winardi. Motivasi pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta : raja Grafindo Persada, 2004. www.scribd.com/doc/83710124/rumah-sakit-kelas-c kelas C diakses tanggal 6 april 2012 www.scribd.com/doc/.../b-tinjauan-umum-tentang-usia-produktif www. depkes.go.id / tenaga- perawat- diakses tanggal 16 maret 2012.