BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LISNA UNITA, DRG.M.KES DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BIOLOGI ORAL. Pengertian :

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keparahannya berbanding lurus dengan dosis dan memiliki ambang batas. Jika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

Skenario. terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah mikroorganisme yang ditemukan pada plak gigi, dan sekitar 12

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1

BAB I PENDAHULUAN. dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan kelenjar saliva, kelenjar tiroid, dan paratiroid (Davies dan Welch, 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di seluruh dunia. Rata-rata, 40% dari kasus tersebut terjadi di rongga mulut, 25% terjadi di laring, 15% terjadi di faring, 7% terjadi di kelenjar ludah, dan 13% terjadi di jaringan lain (Freitas dkk., 2012). Perawatan kanker leher kepala dapat dilakukan dengan cara bedah, radioterapi, kemoterapi, ataupun kombinasi (Rubira dkk., 2007). Radioterapi merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan radiasi ionisasi sebagai bagian pada pengobatan kanker yang berfungsi untuk mengontrol keganasan (Kent dkk., 2003). Jenis terapi ini menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat (Kreshnamurti dkk., 2004). Rerata dosis yang diterima pasien kanker leher kepala berkisar antara 50-70 Gy, diberikan dalam periode 5-7 minggu selama 5 kali dalam seminggu, 2 Gy per fraksi (Vissink dkk., 2003). 1

2 Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap individu. Secara umum, efek samping tersebut tergantung dari dosis terapi, organ target, dan keadaan umum pasien (Kreshnamurti dkk., 2004). Selain efek antikanker, radiasi pengion juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan normal yang berada di daerah radiasi. Efek pada jaringan normal dapat dibagi menjadi: (1) efek akut atau transien terjadi pada mukosa, indra pengecap lidah, dan kelenjar saliva; (2) efek intermediet terjadi pada indra pengecap lidah dan kelenjar saliva; (3) efek lambat terjadi pada kelenjar saliva, gigi, jaringan periodontal, tulang, otot, dan sendi (Kielbassa dkk., 2006). Susworo (2007), menambahkan efek akut radioterapi pada rongga mulut mulai tampak setelah pemberian radiasi eksterna dosis 20-35 Gy, dan akan semakin berat dengan meningkatnya dosis. Oleh sebab itu, pada penelitian ini digunakan radioterapi dosis akumulasi 20 Gy. Efek radioterapi bagi jaringan periodontal yang berada pada area radiasi, antara lain fibrosis dan iskemia jaringan lunak, hipovaskular dan hipoksia tulang pendukung gigi, kerusakan trabekula tulang, kegoyahan sampai hilangnya gigi, osteoradionekrosis, perubahan spesifik protein saliva, terganggunya penelanan, menurunnya aktivitas mitotik dalam lapisan basal, meningkatnya laktobasilus serta peningkatan akumulasi plak dan gingivitis akibat berkurangnya sekresi saliva (Vissink dkk., 2003; Spijkervet, 1996). Anneroth dkk., (1985) cit Vissink dkk., (2003), menambahkan efek yang diakibatkan radioterapi pada jaringan periodontal yaitu berkurangnya vaskularisasi dan aseluleritas membran periodontal disertai ruptur, penebalan, disorientasi serabut sharpey dan melebarnya ruang periodontal.

3 Radioterapi dapat mempengaruhi sistem vaskularisasi dalam jaringan, antara lain menyebabkan penurunan jumlah sel darah perifer seperti leukosit, limfosit, monosit, dan platelet, sehingga tubuh kehilangan kemampuan alami untuk melawan infeksi dan menjadi lebih rentan terhadap antigen bakteri (Edward dkk., 1990). Efek radioterapi pada rongga mulut yaitu terjadinya perubahan vaskular jaringan, seperti terganggunya pasokan darah ke jaringan periodontal. Berkurangnya pasokan darah dapat mengakibatkan daya tahan jaringan terhadap trauma dan infeksi menurun, difusi oksigen jaringan dan eliminasi sisa metabolisme menurun, akibatnya kandungan oksigen menjadi rendah dan menghasilkan lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri anaerob dalam poket periodontal yang akhirnya akan memperparah inflamasi pada poket (Yalda dkk., 1994). Salah satu spesies bakteri penyebab utama infeksi periodontal adalah bakteri Porphyromonas gingivalis (Doan dkk., 1999). Bakteri ini mengendap di sulkus gingiva bersama dengan bakteri gram positif dan gram negatif lainnya (Andrian dkk., 2006). Porphyromonas gingivalis dapat memetabolisme asam amino dan menghasilkan sejumlah metabolik atau produk akhir, yang bersifat racun (toxic) terhadap jaringan gingiva pada manusia dan berpengaruh terhadap perkembangan suatu penyakit periodontal (Naito dkk., 2008). Selain itu juga memproduksi faktorfaktor virulensi, seperti protease yang dapat mendestruksi immunoglobulin, faktor komplemen, dan heme-sequestering protein, serta memproduksi hemolisin dan kolagenase, menginvasi jaringan lunak dan menghambat migrasi leukosit PMN (Kumar dkk., 2005; Newman dkk., 2006).

4 Enzim proteolitik yang dihasilkan Porphyromonas gingivalis seperti Arggingipain (Rgp) dan Lys-gingipain (Kgp) dapat menurunkan sistem pertahanan pada jaringan periodontal, sehingga keadaan jaringan periodontal yang terserang akan semakin parah (Fedi dkk., 2004; Amano, 2007). Efek lanjut dari invasi Porphyromonas gingivalis pada jaringan periodontal dapat menimbulkan migrasi epitel jungsional dan pada tahap lanjut dapat terjadi kehilangan perlekatan dan puncak tulang alveolar (Kumar dkk., 2005; Newman dkk., 2006). Apabila pertumbuhan bakteri ini tidak dapat dicegah dapat berpotensi luas dalam menimbulkan keadaan terlepasnya gigi dari soketnya (Fedi dkk., 2004; Amano, 2007). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri Porphyromonas gingivalis cairan sulkus gingiva sebelum dan sesudah radioterapi dosis akumulasi 20 Gy kajian pada pasien kanker leher kepala di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya Vissink dkk., (2003) meneliti tentang komplikasi terapi kanker area leher kepala terhadap mukosa rongga mulut, glandula saliva, gigi, tulang rahang, ligamen periodontal, otot, dan sendi rahang; sedangkan Nisa (2010), meneliti tentang efek radioterapi area kepala dan leher terhadap koloni bakteri anaerob dalam cairan sulkus gingiva. Penelitian mengenai perbedaan jumlah koloni bakteri Porphyromonas gingivalis cairan sulkus gingiva sebelum dan

5 sesudah radioterapi dosis akumulasi 20 Gy kajian pada pasien kanker leher kepala di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah koloni bakteri Porphyromonas gingivalis cairan sulkus gingiva sebelum dan sesudah radioterapi dosis akumulasi 20 Gy kajian pada pasien kanker leher kepala di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Menambah informasi ilmiah mengenai pengaruh radioterapi terhadap jumlah koloni bakteri Porphyromonas gingivalis cairan sulkus gingiva di bidang kedokteran gigi pada khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Memberikan pengetahuan kepada pasien yang menjalani radioterapi untuk lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut guna mengurangi efek radioterapi terhadap rongga mulut. 3. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan dental terhadap penderita kanker leher kepala yang menjalani radioterapi.