BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

Bab I PENDAHULUAN. World Health Organization (2014) menyatakan bahwa obesitas. pada anak-anak berhubungan dengan masalah komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi terjadinya berat badan berlebih (overweight)

BAB I PENDAHULUAN. menurun. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh salah satu dokter spesialis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. survei RISKESDAS pada tahun Obesitas disebabkan oleh faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang dengan mudah mengakses segala media elektronik. Hal itu juga menjadikan seseorang tidak asing lagi dengan berbagai kegiatan menggunakan media elektronik, screen-based activities seperti menonton televisi, menggunakan laptop, handphone, tablet, smartphone, games, dan internet dalam kehidupan sehari-hari (Gonzalez, 2015). Media elektronik dari tahun ketahun mengalami inovasi yang pesat dan peningkatan penggunaannya. Penggunaan media ini juga dapat terlihat dengan peningkatan pembeliannya dari tahun ketahun. Hal ini tidak terlepas dari survei yang dilakukan pada tahun 2014 dimana 85% responden menyatakan bahwa smartphone merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan 90% diantaranya merupakan responden berusia antara 18-24 tahun. Selain itu di Swedes hampir semua usia 16-24 tahun menggunakan komputer dan 83 % diantaranya mempergununakan dalam kesehariannya (Thomée et al,. 2015). Di samping itu juga terdapat 8 dari 10 dewasa di seluruh wilayah Negara Inggris menggunakan media elektonik untuk online (Ofcom 2014). Sementara tidak berbeda di Indonesia yang dibuktikan dengan sebuah survei oleh Utomo (2013) dengan lebih dari 3.000 responden di Jakarta menyatakan 85% nya telah memiliki mobile phone dan survei di Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan pengunaan mobile phone dari 67% di tahun 2011 menjadi 81% di tahun 1

2012 serta mayoritas merupakan usia 15-24 tahun (Broadcasting Board of Governors,2012). Para remaja sangat sensitif dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dengan keadaan lingkungan yang pesat akan perkembangan teknologi ini maka remaja dengan mudah menggunakan media elektronik baik televisi, telepon, komputer atau laptop dalam mengakses internet ini agar tetap up to date tentang segala informasi dan hobby di dunia mereka (Poushter & Carle 2015). Kelompok umur ini mampu menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu sekitar 3,7 sampai 5,2 jam seharinya (Salesforce 2014). Sementara untuk remaja hanya direkomendasikan total dari screen time tidak lebih dari 2 jam untuk mencegah dari kebiasaan beraktivitas sedentari dan faktor risiko sindrom metabolik (Mark & Janssen 2008). Sehingga saat ini terlihat ketidaksesuaian antara lama anjuran jumlah waktu yang dihabiskan di depan layar dengan kenyataan yang ada pada kelompok umur remaja awal ini. Jumlah waktu berlebihan yang dihabiskan dalam screen-based activities dapat mengakibatkan kebiasaan sedentari yang memiliki outcome yang buruk terhadap status gizi dan kesehatan. Bila dihubungkan dengan kesehatan, contohnya saja pada penelitian cross-sectional menunjukkan bahwa screen time lebih dari 3 jam/hari cenderung berisiko 2-3 kali untuk terkena sindrom metabolik dibandingkan dengan remaja yang menghabiskan waktu 1 jam/hari untuk screen time (Mark & Janssen 2008). Selain itu penelitian di Hong Kong menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif yang nyata antara lamanya menonton TV dengan status gizi terutama pengukuran 2

IMT dan obesitas(xie et al.,2014). Kemudian ditambah lagi sebuah studi longitudinal di Australia membuktikan bahwa peningkatan waktu menonton TV dari remaja hingga dewasa berisiko lebih besar untuk peningkatan IMT dan obesitas (Mamun et al., 2012). Gonzalez (2015) membuktikan bahwa juga terdapat hubungan positif antara waktu yang digunakan untuk video atau computer game dengan persen lemak tubuh dimana dengan meningkatnya video/computer game time maka persen lemak tubuh juga meningkat pada murid Latino. Oleh karena itu, perlunya mengatur waktu dalam segala screen-based activities agar mencegah status gizi lebih ataupun obesitas. Gizi lebih atau obesitas dan screen-based activities pada kalangan remaja akhir menjadi trand serta permasalahan dunia saat ini. Hal ini ditunjukkan peningkatan prevalensi overweight dan obesitas dari tahun ke tahun dan menjadi faktor penyebab dari banyak penyakit kronik seperti seperti penyakit jantung, stroke, DM tipe 2, dan beberapa kanker. WHO melaporkan di tahun 2008 bahwa 1,4 milyar orang usia 18 tahun mengalami overweight dan di tahun 2014 meningkat menjadi 1,9 milyar (WHO 2015). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar terhadap prevalensi overweight dan obesitas dari tahun 2010-2013 melaporkan bahwa di Indonesia juga meningkat hampir dua kali lipat baik pada laki-laki dan perempuan >18 tahun masin-masing 13,9% menjadi 19,7 % dan 15,5 % menjadi 32,9% (Balibangkes, 2013). Di samping itu gizi lebih pada remaja ini berhubungan signifikan dengan risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang sehingga perlu perhatian yang lebih serius. Oleh karena itu perlunya 3

mengetahui keterkaitan screen-based activities terhadap status gizi lebih pada remaja akhir terutama di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa perkembangan teknologi memicu peningkatan jumlah waktu dalam sehari yang dihabiskan untuk screen-based activities terutama pada remaja akhir usia18-24 tahun. Namun di Indonesia belum banyak diteliti mengenai masalah screen-based activities dengan status gizi lebih terkait hasil pengukuran komponen antropometri (IMT(overweight), lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh berlebih) pada rentang usia tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara screen-based activities dengan hasil pengukuran IMT, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh berlebih pada kalangan mahasiswa S1 yang masih dalam rentang usia 18-21 tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan screen-based activities pada usia 18-21 tahun dengan IMT(overweight)? 2. Apakah terdapat hubungan screen-based activities pada usia 18-21 dengan persen lemak tubuh berlebih? 3. Apakah terdapat hubungan screen-based activities pada usia 18-21 dengan lingkar pinggang belebih? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara screen-based activities overweight dengan, lingkar pinggang berlebih, dan persen lemak tubuh berlebih pada usia 18-21 tahun. 2. Tujuan Khusus 2.1 Untuk mengetahui hubungan screen-based activities pada usia 18-21 tahun dengan overweight. 2.2 Untuk mengetahui hubungan screen-based activities pada usia 18-21 dengan lingkar pinggang berlebih. 2.3 Untuk mengetahui hubungan screen-based activities pada usia 18-21 dengan persen lemak belebih. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini harapannya mampu memberi manfaat bagi peneliti sendiri, responden atau masyarakat, maupun penelitian di masa mendatang. Manfaat yang diharapkan disebutkan sebagai berikut: 1. Mengembangkan ilmu pengetahuan peneliti tentangscreen-based activities kaitannya dengan overweight, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh berlebih. 2. Memberikan informasi kepada responden dan masyarakat tentang baik dan buruknya screen-based activities sehingga faktor risiko dengan suatu penyakit dapat dicegah sedini mungkin. 5

3. Memberikan gambaran pengaruh screen-based activities dengan hasil IMT, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh kepada pemerintah dengan mengirimkan ke media masa agar diketahui dan dilakukan upaya pencegahan. 4. Memberikan gambaran tentang screen-based activities dengan overweight, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh berlebih agar mampu dikembangkan oleh peneliti lain selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Technology and Adiposity: Effects of TV Time, Video or Computer Game Time and Computer Use on Body Fat among Latino Youth oleh Gonzalez (2015). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah bentuk penggunan teknologi (TV, komputer dan video games,berhubungan dengan persen lemak tubuh. Metode penelitian ini yaitu cross-sectional pada 131 Latino youth, California yang tinggal di sepanjang pantai.dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara waktu yang digunakan untuk video games atau computer game dengan persen lemak tubuh (meningkatnya waktu yang digunakan untuk video games atau computer game, maka persen lemak juga meningkat pada murid Latino). a. Persamaan: Pada penelitian yang akan dilakukan ini sama-sama meneliti secara cross-sectional apakah efek dari waktu yang digunakan dalam 6

menonton TV, video, permainan pada komputer dan penggunaan komputer dengan lemak tubuh mengunakan BIA. b. Perbedaan: 1) Variabel terikat pada penelitian tersebut hanya persen lemak tubuh sedangkan pada penelitian ini overweight, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh. 2) Subjek penelitian tersebut adalah remaja di Latino sementara penelitian ini subjek mahasiswa S1 usia 18-21 tahun di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 3) Variabel bebas salah satunya pembahan berbagai jenis media elektronik. 2. Penelitian Television Viewing Time in Hong Kong Adult Population: Associations with Body Mass Index and Obesity oleh Xie et al.,(2014). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis hubungan antara menonton TV dan IMT, obesitas, dan karakteristik demografi serta gaya hidup. Data diambil dari survei yang telah dilakukan di Hong Kong yaitu Hong Kong Family and Health Information Trends Survey (2009-2010) pada usia individu lebih dari 18 tahun. Sementara pengukuran waktu menonton TV dan aktivitas fisik dengan merata-rata waktu yang dihabiskan menonton TV dalam sehari (menit atau jam/hari). Selain itu dengan data durasi dan frekuensi aktivitas fisik (AF) minimal dalam sepuluh menit selama 7 hari terakhir dengan mengkategorikan kategori AF berat dan AF sedang. Total waktu yang dihabiskan untuk moderate- 7

vigorous physical activity (MVPA) dibagi 2 yaitu Insufficient MVPA dan sufficient MVPA dengan masing-masing <150 dan 150 menit/minggu. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa waktu menonton meningkat pada wanita dari pada pria, usia yang meningkat, pendidikan yang semakin rendah, dan aktivitas fisik yang sedang. Lamanya waktu menonton TV berhubungan signifikan dengan peningkatan IMT. Selain itu peningkatan 1 jam sehari dalam TV viewing berhubungan dengan peningkatan kecenderungan untuk obesitas sebesar 10%. a. Persamaan: Persamaan kedua penelitian yaitu sama-sama ingin mengetahui hubungan waktu yang dihabiskan menonton TV dengan IMT dengan kategori orang asia dan aktivitas fisik. b. Perbedaan: 1) Variabel terikat pada penelitian yang akan dilakukan menambahkan variabel persen lemak tubuh serta lingkar pinggang. 2) Subjek penelitian tersebut adalah dewasa usia 18 tahun di Hong Kong sementara penelitian ini mahasiswa S1 usia 18-21 tahun di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 3) Penelitian di atas menggunakan data survei, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengunakan data primer. 8

3. Penelitian Television watching from adolescence to adulthood and its association with BMI, waist circumference, waist-to-hip ratio and obesity: a longitudinal study olehmamun et al., (2012). Penelitian dengan rancangan longitudinal cohort ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menonton TV dari remaja usia 14 tahun hingga dewasa 21 tahun dengan IMT, lingkar pinggng, dan rasio pinggang pinggul, dan obesitas. Hasil dari penelitian ini yaitu penurunan durasi menonton TV <3 jam per hari mulai dari remaja hingga dewasa mengurangi risiko obesitas dan responden dengan durasi menonton TV 3 jam per hari mulai dari remaja hingga dewasa lebih berisiko mengalami obesitas. a. Persamaan: Variabel bebas yaitu durasi menonton TV dan variabel terikat yaitu IMT dan lingkar pinggang. b. Perbedaan: 1) Rancangan penelitian penelitian selanjutnya cross-sectional. 2) Variabel terikat penelitian selanjutnya ditambahkan persen lemak tubuh. 3) Variabel bebas dimodifiksi dengan penambahan pengunaan media elektronik selain TV. 4. Penelitian Relationship between screen time and metabolic syndrome in adolescents oleh Mark & Janssen (2008). 9

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara screen time (penggunaan TV, computer, video game) dan sindrom metabolik pada remaja usia 12-19 tahun dengan rancangan cross-sectional. Data diambil dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) dengan beberapa kriteria dari wawancara dan Mobile exam centre (MEC) yang memenuhi seperti terdapatnya data lengkap mengenai screen time, aktivitas fisik, demografi, asupan makanan, antropometri, nilai tekanan darah, dan gula darah sewaktu. Berdasarkan laporan, remaja dengan screen times 3 jam perhari dapat 2-3 kali lipat lebih cenderung untuk menderita sindrom metabolik dibandingkan remaja yang hanya memiliki screen times selama 1 jam atau kurang perhari. a. Persamaan: Penelitian yang dilakukan juga menggunakan rancangan penelitian cross-cetional yang menghubungkan waktu dihabiskan dalam pengunaan TV, komputer dan video games. Penelitian ini mengukur aktivitas fisik, antropometri, serta asupan makan dengan kuesioner. b. Perbedaan: Penelitian tidak menggunakan variabel terkait berupa sindrom metabolik melainkan IMT (overweight), lingkar pinggang, dan persen lemak berlebih karena terkendala oleh dana yang tersedia. 10