PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015




PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BAWANG MERAH INDONESIA 2015


BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG NOVEMBER 2015 INFLASI 0,05 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016


BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA


Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

Tingkat Deflasi Kota Lubuklinggau sebesar 0,20 Persen

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG JULI 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI AGUSTUS TAHUN 2017 INFLASI 0,31 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA DEPOK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

ANALISIS INFLASI MARET 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI FEBRUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,70 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

BPS PROVINSI SUMATRA SELATAN No. 13/02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016 PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI SUMATRA SELATAN, MARJIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 15,24 PERSEN, CABAI MERAH 24,48 PERSEN, BAWANG MERAH 19,23 PERSEN, JAGUNG PIPILAN 26,40 PERSEN, DAN DAGING AYAM RAS 22,10 PERSEN Gejolak margin perdagangan dan pengangkutan komoditas strategis di Sumatra Selatan tidak setajam gejolak nasional. Di Sumatra Selatan, alur distribusi perdagangan komoditas terpanjang terjadi untuk beras, yaitu 7 (tujuh) rantai perdagangan. Terpendek dialami bawang merah (2 rantai perdagangan): yaitu sebagian pedagang pengepul (pengumpul) menjual 11,67% bawang merahnya langsung ke konsumen akhir (sebagian besar rumahtangga). Distributor beras di Sumatra Selatan menjual 51,97 persen berasnya ke Agen, 36,64 persen ke Pedagang Pengepul, 9,99 persen ke Grosir, dan 1,40 persen langsung ke Rumahtangga. Agen Bawang Merah SumSel menjual 40,62 persen bawang merahnya ke Pedagang Eceran, 31,25 persen ke konsumen akhir, dan 28,13 persen ke grosir. Agen Cabe Merah SumSel menjual 60 persen cabe merahnya ke Pedagang Eceran, 32,07 persen ke kegiatan usaha lain, dan langsung ke rumahtangga 7,93 persen. Agen (juga bertindak sebagai Pengepul dan Grosir) Jagung Pipilan SumSel menjual 53,73 persen jagungnya ke kegiatan usaha lain, 18,89 persen ke Pedagang Eceran, 15,35 persen ke Industri Pengolahan, dan 12,03 persen langsung ke Rumahtangga. Produsen Ayam Ras SumSel menjual ayamnya ke grosir dan pedagang eceran 1. Pendahuluan Survei pola distribusi perdagangan beberapa komoditi (Poldis) 201 5 merupakan survei yang dirancang untuk mendapatkan pola distribusi perdagangan, peta wilayah distribusi perdagangan, marjin perdagangan, dan margin pengangkutan mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran. Survei Poldis memilih komoditi strategis nasional, yaitu komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut: paling banyak dikonsumsi masyarakat; berperan dalam pembentukan inflasi, kontribusi cukup besar dalam pembentukan Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 1

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); dan dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, komoditi terpilih untuk survei Poldis 2015 adalah beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras. 2. Pola Distribusi Perdagangan Distribusi komoditi perdagangan dari produsen hingga sampai ke konsumen melibatkan hampir seluruh fungsi kelembagaan perdagangan yaitu Produsen Importir/Eksportir Pedagang Pengepul (pengumpul) Distributor Sub distributor Agen Sub agen pedagang grosir swalayan/supermarket/pedagang eceran konsumen akhir (rumah tangga/industri pengolahan/kegiatan usaha lainnya/pemerintah/ lembaga nirlaba). Tidak semua transaksi melalui seluruh rantai perdagangan tersebut. Berbagai variasi rantai perdagangan dapat terjadi, sesuai proses bisnis yang harus dilalui untuk melakukan transaksi. Rantai terpendek dapat terjadi ketika Produsen atau Importir/Eksportir langsung menjual sebagian atau seluruh barangnya ke konsumen akhir. 3. Peta Distribusi Perdagangan komoditi, Untuk memenuhi kebutuhan, selera, ataupun bagian proses bisnis suatu Sumatra Selatan wilayah dapat membeli atau mendatangkan atau mengimpor dari luar provinsi. Sebaliknya, jika produksi berlebih atau proses bisnis suatu komoditi menghendaki, Sumatra Selatan menjualnya atau mengekspornya ke daerah lain atau ke mancanegara. Peta distribusi perdagangan menggambarkan distribusi barang dalam suatu provinsi yang dilihat berdasarkan wilayah (provinsi lainnya atau mancanegara) pemasoknya dan wilayah (provinsi lainnya atau luar negeri) penjualan komoditi yang bersangkutan. 4. Marjin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Marjin perdagangan dan pengangkutan (MPP) menggambarkan keuntungan yang diperoleh besarnya pada transaksi perdagangan dengan masih mengikutsertakan biaya pengangkutan barang (selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian). perdagangan. Pada umumnya MPP didominasi oleh margin 2 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016

5. PERDAGANGAN BERAS Distributor beras di Sumatra Selatan, yang dalam hal ini juga bertindak mewakili Penggilingan Padi (sebagai produsen beras), menjual sebagian besar hasil produksinya melalui agen, yaitu sebesar 51,97 persen. Selain dijual melalui agen, beras hasil penggilingan tersebut oleh distributor juga dijual melalui pedagang pengepul (36,64 persen), pedagang eceran (9,99 persen), dan langsung ke rumah tangga (1,40 persen). Gambar 1. Pola Perdagangan Beras di Sumatra Selatan, 2015 Sebagian besar pasokan beras di Provinsi Sumatera Selatan berasal dari dalam Sumatera Selatan sendiri dan sebagian kecil dari Lampung. Pasokan beras Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 3

tersebut oleh pedagang kemudian dijual ke dalam Provinsi Sumatera Selatan sebesar 95,35 persen, sedangkan sisanya dijual ke Jambi, Lampung, dan DKI Jakarta. Peta distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada gambar berikut. Jambi 99,74% 3,82% Sumatera Selatan 95,35% Keterangan : : Arus Pembelian [ n % ] : Arus Penjualan [ n % ] 0,61% 0,22% 0,26% Lampung DKI Jakarta Gambar 2. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sumatera Selatan Pedagang Besar (PB) beras di Sumatra Selatan rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 15,19 persen, dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi (rasio MP) adalah sebesar 13,86 perse n. Yang dimaksud Pedagang Besar adalah seluruh pedagang perantara meliputi importir, eksportir, pedagang pengepul, distributor, subdistributor, agen, sub agen, dan grosir. Adapun Pedagang Eceran (PE) beras rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 26,87 persen, sedangkan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi (rasio MP) adalah sebesar 24,02 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan marjin pedagang beras di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 15,24 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi adalah sebesar 13,9 persen. 6. PERDAGANGAN BAWANG MERAH Sebagian besar bawang merah yang diperdagangkan di Sumatera Selatan dipasok dari luar provinsi, yaitu Jawa Tengah dengan persentase sebesar 83,71 persen. Sementara itu, pasokan dari internal wilayah Sumatera Selatan sendiri menyumbang 16,18 persen. Dari sisi penjualan, hampir seluruh persediaan 4 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016

bawang merah tersebut dijual ke dalam wilayah Sumatera Selatan. Sedikit sisanya dipasarkan ke provinsi terdekat yakni Lampung (0,01 persen). Berikut visualisasi distribusi perdagangan bawang merah di Provinsi Sumatera Selatan. Gambar 3. Peta Distribusi Perdagangan Bawang Merah di Provinsi Sumatera Selatan Pola distribusi perdagangan bawang merah di provinsi Sumatera Selatan melibatkan beberapa fungsi usaha pedagang besar seperti pedagang pengepul, agen dan pedagang grosir. Dari sisi konsumen, diketahui pemerintah/lembaga nirlaba, industri, kegiatan usaha lain hingga rumah tangga merupakan konsumen akhir, sebagai muara dari rantai distribusi yang berlangsung. Gambar 4. Pola Distribusi Perdagangan Bawang Merah di Provinsi Sumatera Selatan Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 5

Secara umum, agen dan pedagang eceran memainkan peran penting dalam rangkaian distribusi bawang merah di Sumatera Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan agen yang memasok bawang merah ke pedagang grosir, pedagang eceran, sekaligus kegiatan usaha. Di level pedagang besar lainnya, pedagang pengepul dan pedagang grosir juga menjual sebagian besar stoknya ke PE. Selanjutnya, PE yang berhubungan langsung dengan konsumen mendistribusikan stok bawang merah yang di dapat ke empat konsumen akhir, dimana penjualan ke rumahtangga memiliki persentase terbesar (82,01 persen). Rata-rata Marjin Perdagangan dan Pengangkutan Pedagang Besar bawang merah di Sumatra Selatan adalah 19, 18 persen. Setelah dikurangi margin pengangkutan (MP PB) menjadi 18,31 persen. Pedagang Eceran beras di Sumatra Selatan mengambil rata-rata MPP sedikit lebih tinggi, yaitu 20,66 persen. Setelah dikurangi margin pengangkutan (MP PE) menjadi 20,38 persen. Jika digabung, rata-rata MPP untuk pelaku perdagangan adalah 19,23 persen. Indikator ini menggambarkan bahwa secara umum pedagang bawang merah di Sumatera Selatan mengambil keuntungan penjualannya rata-rata sebesar 19,23 persen. Bila dikurangi biaya angkutan sehingga tersisa Margin Perdagangan 18,39 persen. 7. PERDAGANGAN CABE MERAH jalur distribusi perdagangan cabai merah di Sumatera Selatan berawal dari pedagang pengepul. Agen mendapatkan pasokan cabai merah dari pedagang pengepul tersebut. Selanjutnya, agen menjual cabai merah ke pengecer (60,00%), kegiatan usaha lainnya (32,07%) dan langsung ke rumah tangga (7,93%). Pedagang grosir menjual cabai merah ke pengecer (74,60%), kegiatan usaha lainnya (6,82%) dan langsung ke rumah tangga (18,58%). Pedagang grosir mendapatkan pasokan cabai merah dari agen. 6 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016

Gambar 5. Pola Distribusi Perdagangan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan peta distribusi perdagangan, wilayah pembelian cabai merah berasal dari Provinsi Sumatera Selatan sendiri (85,90%) dan dari provinsi lain yaitu Jawa Tengah (14,10%). Penjualan cabai merah sebagian besar ke Provinsi Sumatera Selatan sendiri (99,99%) dan sisanya ke luar provinsi yaitu Lampung (0,01%). 99,99% 85,90% Sumatera Selatan 0,01% Keterangan : : Arus Pembelian [ n % ] : Arus Penjualan [ n % ] 14,10% Lampung Jawa Tengah Gambar 6. Peta Distribusi Perdagangan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Selatan Perolehan marjin Pedagang Besar cabai merah di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 23,48 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 7

dikurangi biaya transportasi adalah sebesar 22,75 persen. Di tahun 2015 tidak dilakukan survei MPP terhadap Pedagang Eceran cabe merah di Sumatra Selatan. 8. PERDAGANGAN JAGUNG PIPILAN Saluran distribusi perdagangan jagung pipilan di Provinsi Sumatera Selatan dimulai dari pedagang pengepul yang mendapat pasokan langsung dari petani, kemudian dijual seluruhnya ke agen. jagung pipilannya Agen menjual kembali sebagian besar ke kegiatan usaha lainnya (53,73 persen), sisanya ke pedagang eceran, industri pengolahan, dan rumah tangga. Pedagang besar grosir yang mendapat pasokan dari agen menjual sebagian besar jagung pipilan ke pedagang eceran sebesar 60,00 persen sisanya ke rumah tangga. Pada tingkat eceran dijual ke rumah tangga sebesar 70,00 persen dan sesama pengecer. Pola saluran distribusi perdagangan jagung pipilan di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada Gambar berikut: Gambar 7. Pola Distribusi Perdagangan Jagung Pipilan di Provinsi Sumatera Selatan Sebagian besar (97,46 persen) jagung pipilan yang diperdagangkan di Sumatra Selatan berasal dari dalam Provinsi Sumatera Selatan sendiri. Sisanya, dari Provinsi Jawa Timur. Jagung pipilan tersebut selanjutnya dijual ke dalam 8 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016

wilayah sendiri sebesar 40,48 persen, sisanya ke luar wilayah yaitu ke Sumatera Barat sebesar 42,03 persen dan ke Jambi sebesar 17,49 persen. 42.03% Sumatera Barat 17.49% 97.46% Sumatera Selatan Jambi 40.48% 2.54% Keterangan : : Arus Pembelian [ n % ] : Arus Penjualan [ n % ] Jawa Timur Gambar 8. Peta Distribusi Perdagangan Jagung Pipilan di Provinsi Sumatera Selatan Pedagang besar jagung pipilan di Sumatra Selatan rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 26,39 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi (rasio MP) adalah sebesar 22,87 persen. Adapun kategori pedagang eceran jagung pipilan rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 33,33 persen, sedangkan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi (rasio MP) adalah sebesar 19,95 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan marjin pedagang jagung pipilan di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 26,4 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi adalah sebesar 22,86 persen. 9. PERDAGANGAN DAGING AYAM RAS Pola Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras di Provinsi Sumatera Selatan berawal dari pedagang grosir yang mendapatkan pasokan dari produsen daging ayam ras. Selanjutnya, pedagang grosir menjual barang dagangannya ke pedagang pengepul sebesar 19,69 persen, sedangkan sisanya dijual ke konsumen akhir yang mencakup kegiatan usaha lainnya seperti rumah makan Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 9

sebesar 63,93 persen, rumah tangga serta pemerintah dan institusi nirlaba. Selain itu, distribusi perdagangan daging ayam ras juga berlangsung pada pedagang eceran yang mendapat pasokan dari produsen dan agen. Selanjutnya, pedagang eceran menjual barang dagangannya ke sesama pedagang eceran sebesar 23,56 persen dan sisanya dijual ke rumah tangga sebesar 76,44 persen. Adapun pola distribusi perdagangan daging ayam ras beserta presentase penjualan dari setiap fungsi usaha perdagangan di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 9. Pola Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras di Provinsi Sumatera Selatan Daging ayam ras yang diperjualbelikan di Provinsi Sumatera Selatan seluruhnya berasal dari dalam Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian, barang dagangan tersebut seluruhnya dijual untuk memenuhi kebutuhan di dalam Provinsi Sumatera Selatan. Selengkapnya, Peta Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras di Provinsi Sumatera Selatan dijabarkan pada Gambar 2.20. 10 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016

100% Sumatera Selatan Keterangan : : Arus Pembelian [ n % ] : Arus Penjualan [ n % ] 100% Gambar 10. Peta Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras di Provinsi Sumatera Selatan Marjin Perdagangan dan Pengangkutan komoditas daging ayam ras di Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut. Pedagang besar daging ayam ras rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 16,21 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi (rasio MP) adalah sebesar 13,88 persen. Adapun kategori pedagang eceran daging ayam ras rata-rata memperoleh marjin (rasio MPP) sebesar 26,36 persen, sedangkan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi(rasio MP) adalah sebesar 26,17 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan marjin pedagang daging ayam ras di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 22,21 persen dan rata-rata perolehan marjin setelah dikurangi biaya transportasi adalah sebesar 21,14 persen. 10. PERBANDINGAN MPP SUMATRA SELATAN DAN INDONESIA Secara umum, MPP (margin perdagangan dan pengangkutan) beras, bawang merah, cabe merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras di Sumatra Selatan relatif lebih stabil dibanding kondisi nasional Indonesia. Berdagang beras dan ayam ras di Sumatra Selatan lebih menguntungkan dibandingkan kondisi Berita Resmi Statistik No. 13/02/16Th.XVIII, 5 Februari 2016 11

nasional. Sebaliknya, keuntungan perdagangan cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan di Sumatra Selatan sedikit lebih rendah dibandingkan kondisi nasional. Tabel 1 Rata-Rata Rasio Marjin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) No Komoditi Indonesia MPP Sumatra Selatan [1] [2] [3] [4] 1 Beras 10,42 15,24 2 Cabai Merah 25,33 22,75 3 Bawang Merah 22,61 19,23 4 Jagung Pipilan 31,90 26,40 5 Daging Ayam Ras 11,63 22,21 12 Berita Resmi Statistik No.13 /02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016