BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen. oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (Lembaga Demografi FEUI, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepatuhan a. Definisi Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Kepatuhan adalah sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007). b. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Niven (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: 1) Usia Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini berkaitan dengan pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin matang. 9

10 2) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa penddikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. 3) Pekerjaan Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari dimana setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau imbalan baik berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan orang tersebut. 4) Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi kepatuhan seseorang. 5) Dukungan keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah,

11 hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari keluarga dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut. 6) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien (kualitas pelayanan) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu dalam kunjungannya ke Posyandu. c. Manfaat Kepatuhan Kunjungan ke Posyandu Pemeliharaan kesehatan dapat diusahakan dengan cara memonitor morbiditas balita dan segera membawa berobat ke tempat pelayanan kesehatan apabila sakit. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor langsung yang erat kaitannya dengan kejadian infeksi penyakit atau morbiditas. Upaya penurunan angka morbiditas balita dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu (Hidayat dan Jahari, 2011). Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kunjungan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan

12 kesehatan Posyandu (Hutami dan Ardianto, 2015). Pentingnya keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat yang merupakan pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana. Selain itu, wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga atau masalah masyarakat itu sendiri (Sembiring, 2004). Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan Posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya, karena salah satu tujuan Posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil (Meilani, dkk., 2009). Kegiatan Posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak balita bergizi buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal (Suhardjo, 2003).

13 2. Ketidakpatuhan a. Definisi Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan adalah perilaku yang ditandai dengan beberapa bentuk tindakan seperti menunda mencari bantuan kesehatan (pengobatan), tidak berpartisipasi dalam program kesehatan, melanggar kesepakatan, atau gagal mengikuti instruksi (Bittikaka, 2011). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Dalam jurnal yang dikemukakan oleh Sulistiyanti dan Untariningsih (2013), ada beberapa hal yang menyebabkan ibu balita tidak datang ke Posyandu. Menurut Kasmita (2000), meliputi: pekerjaan rumah tangga, anak sakit, bepergian ketempat lain, bekerja ditempat lain dan lupa. Sedangkan menurut Widiastuti dan Kristiani (2006) alasan ibu balita tidak datang ke Posyadu antara lain: 1) Ibu balita yang tidak mau datang ke Posyandu karena tidak mengetahui manfaat Posyandu. 2) Alasan ibu balita tidak membawa ke Posyandu karena faktor anak sakit atau sedang tidur atau anak takut ditimbang. 3) Alasan lain ibu balita enggan berkunjung ke Posyandu, khususnya ibu balita kelompok menengah ke atas karena merasa telah membawa anaknya ke dokter. 4) Faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan balita di

14 Posyandu. Ibu yang bekerja tidak membawa anaknya ke Posyandu kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja. c. Dampak ketidakpatuhan terhadap balita Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita perlu mendapatkan perhatian karena sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya. Dampak ketidakpatuhan kunjungan balita ke Posyandu adalah tidak terpantaunya pertumbahan anak sehingga orang tua tidak mengetahui bahwa anak menderita gizi kurang atau gizi buruk, terjadinya drop out cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita tidak dapat dilakukan rujukan segera ke Puskesmas (Hutami dan Ardianto, 2015). Dari hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diperoleh informasi bahwa balita yang sehat dan status gizi baik berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB lebih banyak pada balita yang memanfaatkan Posyandu dan balita yang sakit lebih dan status gizi buruk banyak pada balita yang tidak pernah ke Posyandu (Hidayat dan Jahari, 2011). 3. Pola Asuh Orang tua a. Definisi Pola Asuh Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya adalah ayah dan ibu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi

15 orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak (anak tinggal bersama ayah dan ibu) (Ulumuddin, 2014). Pola berarti model, contoh, sistem atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat, memelihara dan mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik, menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya suasana hangat penuh kasih sayang yang mendasari terjalinnya hubungan batin dan kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses tumbuh kembang tidak akan berjalan optimal (Lidyasari, 2012). b. Klasifikasi Pola Asuh Widyarini (2011) berpendapat bahwa secara garis besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu, autoritatif, otoriter dan permisif. 1) Autoritatif Orang tua dengan pola asuh autoritatif berusaha untuk membuat anaknya berpikir secara rasional, beorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mendidik anak untuk mandiri dan saling menghargai antara anak dan orang tua. Orang tua tidak

16 mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan semata. 2) Otoriter Orang tua dengan pola asuh otoriter berusaha untuk membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku setiap sikap anak sesuai dengan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Terkadang orang tua menolak anak dan sering menerapkan hukuman kepada anak. 3) Permisif Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukkan sikap menerima dan bersikap positif terhadap impuls, keinginankeinginan, dan perilaku anaknya, jarang menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan dan tidak mengontrol anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, namun tidak menunjukkan kekuasaan. c. Tindakan Pola Asuh 1) Asuh Makan Dikutip dari Waryana (2010), asuh makan adalah cara makan seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,

17 psikologi budaya dan sosial. Perilaku pemberian makan adalah seperangkat interaksi yang kompleks antara pengasuh/ orang tua dan anak yang melibatkan proses pemilihan, konsumsi dan regulasi makanan (Burn, 2004). Perilaku pemberian makan orang tua dapat diartikan juga sebagai aktifitas orang tua untuk memenuhi diet, kesehatan dan keamanan, membantu mengembangkan dan mempertahankan perilaku makan yang baik, dan mempromosikan lingkungan makan yang menyenangkan (Nugroho, dkk., 2014). Pola asuh makan pada balita berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia (Adriani dan Kartika, 2011). Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan untuk anak melalui peran ibu atau pengasuhnya (Diana, 2006). Masalah kurang gizi (malnutrisi) pada balita dapat disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemilihan bahan makanan (Jayanti, dkk., 2011). Malnutrisi akan menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya manusia, perlambatan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan, penurunan produktivitas, peningkatan penyakit dan kematian (Anwar, dkk., 2010). Bahar (2002) menyatakan bahwa pengasuhan makanan anak fase 6 bulan pertama adalah pemenuhan kebutuhan anak oleh ibu dalam bentuk pemberian ASI atau makanan pendamping/pengganti ASI pada anak. Dinyatakan cukup bila diberi ASI semata dengan frekuensi kapan saja anak minta sejak lahir sampai usia 4-6 bulan

18 dan dinyatakan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut. Pengasuhan makanan anak pada fase 6 bulan kedua adalah pemenuhan kebutuhan makanan untuk bayi yang dilakukan ibu, dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan pendamping ASI (MP-ASI) seperti makanan lumat yang terdiri dari tepung-tepungan dicampur susu, dan atau nasi (berupa bubur atau nasi biasa) bersama ikan, daging atau putih telur lainnya ditambah sayuran (dalam bentuk kombinasi atau tunggal) diberi dalam frekuensi sama atau lebih 3 x per hari, dan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut. Pada dasarnya pemberian makanan kepada bayi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bayi. Bayi usia 6-12 bulan membutuhkan zat gizi terutama energi dan protein sejumlah 650 kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 kalori dan 10 gram protein, sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 kalori dan 8 gram protein, sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 kalori dan 12 gram protein (Depkes RI, 2006). Kreatifitas ibu dalam penyajian makanan untuk balita sangat diperlukan agar makanan terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi dan

19 frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi, siang, dan malam. Pemberian makanan selingan yaitu antara dua waktu makan yaitu antara makan pagi dan makan siang serta antara makan siang dan makan malam seperti tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita Umur Bentuk Makanan Frekuensi 0 6 Bulan Sesering Mungkin ASI Eksklusif Minimal 8 Kali/Hari 6 9 Bulan Makanan Lumat / Lembek 2 kali sehari, 2 sendok makan Setiap kali makan 9 12 Bulan Makanan Lembek 3 kali sehari ditambah 2 kali makanan selingan 1 3 tahun Makanan keluarga 1 1 ½ piring Nasi / pengganti 2 3 potongan sedang lauk hewani 1 2 potong sedang lauk nabati ½ mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1 gelas susu 4 6 tahun Sumber : Depkes RI, 2006 1 3 piring nasi /pengganti 2 3 Potongan lauk hewani 1 2 potong lauk nabati 1 1 ½ mangkuk sayur 2 3 potong buah buahan 1 2 gelas susu

20 Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita, ada juga anjuran pemberian makanan untuk balita berdasarkan Depkes RI (2006), yaitu: a) Umur 0-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu: (1) Beri ASI minimal 8 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam setiap kali bayi menginginkan minum ASI (2) Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI (3) Susu bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian b) Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu: (1) Teruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun (2) Kenalkan makanan pendamping ASI pada umur 6-9 bulan dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari (3) Makanan pendamping ASI diberikan setelah pemberian ASI (4) Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai dari bubur nasi, sampai nasi tim, 3 kali sehari (5) Pada makanan pendamping ASI, tambahan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak (6) Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, perhatikan cara pemakaian, batas umur dan tanggal

21 kadaluwarsa produk tersebut (7) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan c) Umur 1-2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: (1) Beri ASI kapanpun balita menginginkan (2) Beri nasi lembek 3 kali sehari (3) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (4) Beri buah-buahan atau sari buah (5) Bantu anak untuk makan sendiri d) Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu : (1) Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah (2) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (3) Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara waktu makan e) Umur 3-5 tahun anjuran pemberian makanannya sama dengan anjuran pemberian makanan umur 2-3 tahun Memberi makan pada anak harus dengan kesabaran dan ketekunan, sebaiknya menggunakan cara-cara tertentu seperti dengan membujuk anak. Jangan memaksa anak, bila dipaksa akan menimbulkan emosi pada anak sehingga anak menjadi kehilangan nafsu makan (Pudjiadi, 2005). 2) Asuh Kesehatan Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit.

22 Hal ini berkaitan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana yang ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan sekelilingnya. Status kesehatan merupakan salah satu faktor pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih baik (Anas, 2013). Menurut Budi (2006), jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi balita. Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi balita. Balita yang tidak mendapatkan imunisasi, lebih tinggi mengalami resiko penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih mudah mendapatkan informasi akan adanya gangguan status gizi pada balita. Sakit yang tidak kunjung sembuh akan mempengaruhi nafsu makan sehingga menyebabkan rendahnya asupan gizi pada balita (Anas, 2013). 3) Asuh Diri Sulistjiani (2001) berpendapat bahwa lingkungan yang sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Hal ini harus diupayakan secara perlahan-lahan dan terus menerus serta dibiasakan karena tidak dapat dilakukan dalam sekaligus. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti berikut: a) Mandi 2 kali sehari b) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan

23 c) Makan teratur 3 kali sehari d) Menyikat gigi sebelum tidur e) Buang air kecil pada tempatnya/wc. Hasil penelitian Anwar (2000), asuh diri meliputi perilaku ibu memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, dan sanitasi lingkungan. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan kebersihan akan meningkatkan risiko balita mengalami infeksi seperti diare. Rendahnya sanitasi dan hygiene pada pemberian MP ASI akan meningkatkan risiko atau infeksi lain pada balita karena kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroba (Bambang, 2005). 4. Posyandu a. Definisi Posyandu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Sedangkan menurut Ismawati (2010), Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja puskesmas,

24 dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. b. Tujuan Posyandu Tujuan Posyandu yaitu penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat, memelihara dan menngkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, dan pasangan usia subur (Ismawati, 2010). c. Sasaran Posyandu Menurut Iskandar (2009), sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama bayi (0-11 bulan), anak balita (12 bulan-60 bulan), ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui, dan pasangan usia subur. d. Kegiatan Posyandu Jenis kegiatan Posyandu dikenal dengan Panca Krida Posyandu yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imunisasi, Keluarga Berencana (KB), peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Ismawati 2010).

25 Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program gizi dapat dilihat melalui balok SKDN (S= jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja Posyandu tertentu, K= jumlah anak balita yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), D= jumlah anak balita yang datang ditimbang, N= jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya). Data pada balok SKDN sesuai fungsinya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita di suatu wilayah, yaitu N/D, sedangkan kelompok lainnya adalah yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di Posyandu, yaitu D/S dan K/S (Depkes RI, 2006). D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang dibandingkan jumlah semua balita di wilayah Posyandu) memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bulanan. Target atau standar cakupan minimal untuk D/S adalah 85% (RenStra Kementrian Kesehatan, 2010). e. Pelayanan Posyandu Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak PKK desa/ kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri (Ismawati 2010). Pelayanan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja yaitu:

26 1) Meja 1 : Pendaftaran (Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan (pasangan usia subur) 2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita 3) Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) 4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan 5) Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat. Petugas pada meja 1-4 dilakukan oleh kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan paramedis (Ismawati, 2010).

27 B. Kerangka Teori Pola Asuh Orang tua Klasifikasi: 1. Autoritatif 2. Otoriter 3. Permisif Tindakan: 1. Asuh makan 2. Asuh diri 3. Asuh kesehatan Faktor-faktor Kepatuhan: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi 5. Dukungan keluarga 6. Kualitas pelayanan Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Penilaian dengan KMS Faktor-faktor Ketidakpatuhan: 1. Ibu balita tidak mengetahui manfaat Posyandu 2. Balita sakit, tidur, takut 3. Ibu sudah membawa balita ke dokter 4. Pekerjaan Gambar 1. Kerangka Teori

28 C. Kerangka Konsep Variabel lain: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi 5. Dukungan keluarga 6. Kualitas pelayanan Pola asuh orang tua Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu = Variabel yang diteliti -------------- = Variabel yang tidak diteliti Gambar 2. Kerangka Konsep D. Hipotesis 1. H0: Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul. 2. H1: Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.