BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dan aktivitas bisnis Timor Leste yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja bank merupakan hal yang penting karena merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi. menumbuhkan dan memompa perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

BAB I PENDAHULUAN. 60 saham terbesar di pasar regular. 2) selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. beban dan sangat menyusahkan, sebaliknya bank bank lain bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, pelemahan nilai tukar, dan kondisi. kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia, serta menjadi intermediary

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika, perekonomian Indonesia tetap tumbuh relatif tinggi dan stabil. Ekonomi Indonesia dalam periode 2008-2012 rata-rata tumbuh di atas 6%. Berdasarkan data BPS, pada triwulan IV-2012 pertumbuhan PDB Indonesia sedikit melemah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 menjadi 6,11%. Namun demikian, ekonomi Indonesia pada tahun 2012 masih tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 6,23%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tinggi ditopang oleh kenaikan kontribusi permintaan domestik, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Data BPS menunjukkan kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga selama periode 2008-2012 rata-rata selalu di atas 50% per tahun dari total PDB. Besaran PDB Indonesia pada 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp8.241 triliun atau meningkat 7,81% dari tahun 2011. Konsumsi rumah tangga sebagai salah satu komponen yang mendorong tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional, menyumbang 54,58% terhadap total PDB pada tahun 2012. Berdasarkan komponennya, kontribusi konsumsi rumah tangga yang kuat tersebut terutama bersumber dari konsumsi nonmakanan. Kuatnya konsumsi rumah tangga tersebut didukung oleh menguatnya keyakinan konsumen, membaiknya daya beli masyarakat, rendahnya inflasi, dan tersedianya pembiayaan konsumsi. 1

Investasi juga menyumbang kontribusi yang besar bagi PDB yaitu 33,18%, atau mengalami peningkatan sebesar 3,62% dibandingkan pada 2011. Kuatnya pertumbuhan investasi tersebut antara lain didorong oleh optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia, perbaikan iklim investasi serta terjaganya kestabilan makroekonomi. Dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi juga didukung oleh meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI), dukungan belanja modal pemerintah dan sumber pembiayaan eksternal lainnya. Selain itu, kredit investasi pada tahun 2012 tumbuh 27,4% lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. Hal tersebut sejalan dengan level suku bunga yang mengalami tren menurun serta didukung oleh kuatnya investasi pada 2012. Dari besaran ketiga jenis pengeluaran tersebut, konsumsi rumah tangga selalu mendominasi kontribusi pengeluaran selama 2008-2012. Distribusi penggunaan PDB dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan, 2008-2012 Jenis Pengeluaran Kontribusi (%) 2008 2009 2010 2011 2012 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 57,21 57,37 56,61 54,58 54,79 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,13 9,00 9,04 8,99 8,24 Pembentukan Modal Tetap Domestik 23,71 23,43 32,08 32,02 33,18 Perubahan Inventori 0,10-0,02 0,49 0,75 1,16 Diskrepansi Statistik 1,30-0,05 0,10 2,26 3,24 Ekspor Barang dan Jasa 49,57 42,82 24,62 26,33 23,15 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 40,02 32,55 22,94 24,92 23,76 Produk Domestik Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS (2013) Dominannya kontribusi konsumsi domestik selama periode 2008-2012 terhadap PDB mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut seiring dengan 2

meningkatnya pendapatan masyarakat. Salah satu sektor industri yang turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah sektor perbankan. Sektor perbankan memainkan peran penting dalam menumbuhkan perekonomian. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya. Salah satu indikator kinerja perbankan dapat dilihat dari penyaluran kredit. Membaiknya kondisi perekonomian mendorong meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat dan penawaran kredit dari perbankan. Menurut data BI, jumlah kredit yang disalurkan perbankan pada tahun 2012 mencapai Rp2.775 triliun atau meningkat 16,73% dari tahun 2011. Selama 2006-2012 penyaluran kredit tumbuh rata-rata sebesar 22,18% per tahun. Perkembangan jumlah kredit yang disalurkan perbankan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Kredit Yang Disalurkan Perbankan, 2008-2012 (Rp Triliun) 3.000 2.775 2.500 2.241 2.000 1.500 1.000 809 1.023 1.333 1.466 1.800 500 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Diolah dari BI (2012) 3

Di samping itu, laba perbankan juga mengalami peningkatan. Selama tahun 2012, perbankan mampu membukukan laba bersih sebesar Rp92,8 triliun atau meningkat 23,7% dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp 75,1 triliun. Di sini kita bisa melihat bahwa ekspansi kredit perbankan berperan besar dalam menjaga tren positif peningkatan laba operasional. Gairah penyalurkan kredit tidak hanya dinikmati oleh bank-bank umum. Pemain lain di industri perbankan yang cukup aktif dalam menyalurkan kredit adalah BPR. Kontribusi kredit BPR terhadap total penyaluran kredit perbankan mengalami tren yang meningkat dari tahun 2005 hingga tahun 2012. Jumlah kredit yang disalurkan BPR hingga akhir 2012 tercatat Rp48,9 triliun. Kredit yang disalurkan BPR lebih banyak ditujukkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Jika dilihat berdasarkan tujuannya, penyaluran kredit untuk modal kerja dan konsumsi memiliki kontribusi yang besar terhadap total kredit yaitu 47,59% dan 46,66%. Pada tahun 2012 penyaluran kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan tahun 2011, dengan pertumbuhan yang mencapai 26,79%, kemudian diikuti oleh kredit investasi sebesar 22,56%, dan kredit modal kerja sebesar 16,48%. Tabel 1.2 Nilai Kredit Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp Miliar) Jenis Penggunaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total Modal Kerja 8.630 9.494 10.776 13.007 14.169 16.790 19.557 22.732 Total Investasi 572 902 1.379 1.846 1.571 1.929 2.364 2.787 Total Konsumsi 5.452 6.553 8.386 10.619 12.261 15.126 19.178 23.376 Total 14.654 16.948 20.540 25.472 28.001 33.844 41.100 48.895 Sumber: Bank Indonesia (2012) 4

Perkembangan BPR tergolong cukup pesat. Selama tahun 2012, perkembangan BPR ditinjau dari sisi kelembagaan masih cukup solid. Hal ini dapat dilihat dari adanya kenaikan jaringan kantor cabang BPR dari 4.172 kantor di tahun 2011 menjadi 4.425 di tahun 2012 atau tumbuh sebesar 6,06%. Meskipun mengalami peningkatan jangkauan pelayanan, jumlah BPR mengalami penurunan sebanyak 16 BPR dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain karena pencabutan izin usaha dan merger atau konsolidasi. Dari sisi skala usaha, kinerja BPR di tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan aset yang meningkat sebesar 20,14% dari Rp56,1 triliun meningkat menjadi Rp67,4 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diikuti dengan peningkatan kinerja BPR dari sisi pendanaan dan pembiayaan. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BPR pada tahun 2012 tumbuh sebesar 17,46% dibandingkan tahun 2011, sehingga nilai nominal pada tahun 2012 mencapai Rp44,87 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit pada tahun 2012 meningkat sebesar 21,46% dibandingkan tahun 2011, sehingga nilai nominal kredit pada tahun 2012 mencapai Rp49,8 triliun. Peningkatan kinerja BPR diiringi oleh menguatnya permodalan. Pada tahun 2012, modal yang disetor meningkat 16% dari Rp4,75 triliun menjadi Rp5,51 triliun dibandingkan tahun 2011. Hal tersebut menyebabkan modal inti naik sebesar 17,10% dari Rp6,45 triliun menjadi Rp7,55 triliun pada periode yang sama. Penguatan permodalan ini berdampak pada penguatan daya saing BPR, terutama kemampuan pembiayaan terhadap sektor Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah (UMKM). 5

Seiring dengan meningkatnya kredit dan DPK, pada tahun 2012 BPR mampu meningkatkan LDR pada level 81,11%. Kinerja BPR juga ditunjukkan dengan perbaikan pada kualitas kredit yang diindikasikan oleh penurunan NPL, di mana pada tahun 2012 nilai NPL BPR adalah 3,25%, membaik dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 4,34%. Aspek rentabilitas industri BPR masih cukup menjanjikan dan efisiensi yang terus meningkat. ROA BPR berada pada tahun 2012 berada pada level 3,32%. Sementara dari sisi nilai investasi, pada tahun 2012 nilai ROE berada pada level 29,46%. Pada aspek yang lain, yaitu aspek efisiensi, industri BPR mampu meningkatkan tingkat efisisensi yang cukup signifikan. Indikator efisiensi yang ditunjukkan oleh rasio BOPO semakin membaik pada level 77,77% pada tahun 2012, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 79,47%. Kinerja BPR pada tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Indikator Kinerja BPR Nasional, 2011-2012 Indikator Utama 2011 2012 Pertumbuhan Selisih % Jumlah BPR 1.669 1.653-16 -0,96 Total Aset (Rp triliun) 56,1 67,40 11,3 20,14 DPK (RP triliun) 38,20 44,87 6,67 17,46 Kredit (Rp triliun) 41 49,80 8,8 21,46 Capital Adequacy Ratio (%) 28,68 27,55-1,13-3,94 Non Performing Loans (%) 4,34 3,25-1,09-25,11 Return on Assets (%) 3,32 3,46 0,14 4,22 BOPO (%) 79,47 77,77-1,7-2,14 LDR (%) 78,54 81,11 2,57 3,27 Sumber: Diolah dari BI (2012) Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Kondisi BPR tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait tersebut untuk mengevaluasi kinerja 6

BPR dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini mengangkat judul Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyalurkan Kredit BPR (Periode 2008.1-2012.12). 1.2 Rumusan Masalah Di dalam pembangunan ekonomi peran lembaga keuangan sangat vital karena pembangunan sangat memerlukan tersedianya dana. Sumber utama pembiayaan ekonomi di negara berkembang, seperti Indonesia, umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Terutama pada kondisi saat ini, penyaluran kredit oleh perbankan diharapkan menjadi mesin pendorong perekonomian. Diantara begitu banyak perbankan, kehadiran BPR dalam menjalankan fungsi intermediasi keuangan ternyata memiliki penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain khususnya untuk UMKM. Sektor UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Kontribusi UMKM cukup besar terhadap perekonomian. Data BPS tahun 2012 mencatat bahwa sektor UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 105,72 juta atau 97,3% dari total tenaga kerja di Indonesia. Di satu sisi, pangsa pasar UMKM mencapai 98,99% dari total unit usaha di Indonesia. Segmentasi pasar BPR yang memasarkan produknya kepada masyarakat kecil serta UMK inilah diperkirakan menjadi alasan utama kenapa BPR bisa berkembang hingga saat ini. 7

Seiring dengan membaiknya tingkat kesehatan BPR, kinerja penyaluran ke sektor UMKM juga semakin meningkat. Pengukuran tingkat kesehatan BPR telah diatur oleh Bank Indonesia. Pada dasarnya tingkat kesehatan BPR dinilai dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas AP, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia SK DIR No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Peningkatan indikator kesehatan BPR menarik untuk dikaji, khususnya dalam mempengaruhi penyaluran kredit. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji pengaruh variabel-variabel kesehatan BPR terhadap pertumbuhan penyaluran kredit. Objek penelitian yang akan dikaji adalah BPR, periode penelitian yang akan digunakan adalah bulanan, variabel terikat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan kredit yang disalurkan sedangkan variabel bebasnya berupa data kuantitatif yaitu rasio-rasio keuangan bank yang tercakup dalam CAMEL yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO), dan Non Performing Loan (NPL). Pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada BPR? 2. Apakah BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit pada BPR? 3. Apakah Return on Asset (ROA) memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada BPR? 8

4. Apakah Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit pada BPR? 5. Manakah diantara variabel CAMEL yang berpengaruh dominan terhadap penyaluran kredit pada BPR? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pertumbuhan penyaluran kredit BPR selama periode 2008-2012. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR selama periode 2008-2012. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat diantaranya: 1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam merumuskan strategi-strategi yang tepat terkait faktor-faktor yang memengaruhi kinerja penyaluran kredit pada BPR. 2. Bagi pelaku pasar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan atas perkembangan BPR hingga saat ini. 3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengaplikasian ilmu-ilmu ataupun teori-teori yang diperoleh selama kuliah. 4. Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan referensi dan infomasi tambahan untuk penelitian selanjutnya. 9

1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bagian, dengan susunan atau sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori dan dan studi empiris yang menjelaskan hasil temuan penelitian sebelumnya, model, dan alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis dan sumber data penelitian, variabel-variabel penelitian dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan deskriptif variabel, analisis data dan pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan implikasi kebijakan yang disarikan dari hasil penelitian. 10