BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

KONSEP HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN SERIKAT PEKERJA DALAM STRATEGI PENINGKATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. MANUNGGAL JAYA DI BOYOLALI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PROYEK KONSTRUKSI PADA PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tersebut anatara lain manpower, material, machines, method, money.

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PENGARUH KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA, KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DUMAS TANJUNG PERAK

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan


J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap kepuasan kerja menjadi penting dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOGO TIP FTP - UB

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di. beberapa pegawai yang malas-malasan dalam bekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. besar atau kecil sangat membutuhkan sumber daya manusia yaitu karyawan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lokal maupun asing, Bali tentu saja harus memiliki berbagai infrastruktur dalam

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ROMANCE BEDDING AND FURNITURE

HRM INTRODUCTON. Fungsi Utama dari HRM Perbedaan Tugas HRM antara HR Dept. dan All Leaders.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT ARTIKEL

BIAYA TENAGA KERJA A. Pengawasan Biaya Tenaga Kerja 1. Perencanaan dan analisa biaya tenaga kerja a. Product engineering (pengembangan produk).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

KUISIONER Penentuan Tingkat Kepentingan Kriteria MBNQA SDM

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang kompleks dengan aktifitas kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat

MEKANISME KELUHAN PEKERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB I PENDAHULUAN. ketat dan terbuka, perusahaan harus mampu memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, sehubungan dengan hasil yang didapat

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia kerja dewasa ini tenaga kerja atau karyawan senantiasa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan teori dan konsep 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor) dan juga tamu atau orang lain berada di tempat kerja. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak mengalami kecelakaan di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi, 2006). Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuaan klaim. 5. Fleksibilitas dan databillitaas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. 7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara subtansial.

Robiana (2007) menjelaskan manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan, antara lain: 1. Pengurangan Absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera atau sakit akibat kerja pun semakin berkurang. 2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan atau kesehatan dari mereka. 3. Pengurangan Turnover Pekerja Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak mau keluar dari pekerjaannya. 4. Peningkatan produktivitas Dari hasil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa baik secara individu maupun bersama-sama penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja. 2.1.2 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan. Strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson dalam Jati (2010) meliputi : 1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat

keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum. 2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di maksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatankesepakatan. 3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul. 4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya. Startegi untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, menurut Schuler, et al. (1999) seperti pada tabel 2.1 Lingkungan kerja fisik a. Kecelakaan kerja b. penyakit akibat pekerjaan Tabel 2.1 Sumber dan Strategi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sumber 1 strategi Sumber 2 strategi Lingkungan kerja Sosiopsikologis stress dan kecelakaan kerja Sumber : Schuler, et al. (1999) 1. Catat kecelakaan tersebut 2. Rancang kembali lingkungan kerja 3. Bentuk pantia keselamatan kerja 1. Berikan pelatihan dan saran. 2. Catat penyakit tersebut 3. Perbaiki lingkungan kerja 4. Komunikasi informasi 5. Tentukan tujuan dan saran 1. Ciptakan program program pengendalian stres kerja 2. Tingkatkan partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan 3. Berikan kesempatan libur

Menurut Malthis et al. (2002) pendekatan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif adalah sepereti pada gambar 2.1 Pendekatan Organisasi PENDEKATAN TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA YANG EFEKTIF 1. Mendesain pekerjaan 2. Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan keamanan kerja 3. Memanfaatkan komite keselamatan kerja 4. Mengkoordinasikan penyelidikan kecelakaan dan penyakit kerja Pendekatan Rekayasa Teknis 1. Mendesain lingkungan kerja 2. Meninjau peralatan kerja 3. Mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi. Pendekatan Individual 1. Mendorong motivasi dan sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja 2. Memberikan pelatihan K3 pada karyawan 3. Memberi penghargaan melalui program insentif Sumber : Malthis, et al. (2002) Gambar 2.1 Pendekatan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur berbahaya. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses pembangunan berlangsung harus mendukung dan mengupayakan program-program yang dapat menjamin agar tidak terjadi atau

meminimalkan kecelakaan kerja atau tindakan-tindakan pencegahannya. Elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ervianto (2005), adalah sebagai berikut : Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah dilaksanakan. Kebijakan pimpinan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja. Pendokumentasiaan yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara kontinu. 2.1.3 Kecelakaan Kerja Dalam UU No.1 Tahun 1970, menejelaskan tentang tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, tempat tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber-sumber bahaya. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja di tempat kerja. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek konstruksi memiliki konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek kebersihan dan kerapiannya, karena padat alat, pekerja, material. Faktor lain penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah faktor pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar

keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja sehingga harus selalu menyesuaikan diri, perselisihan antar pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan pekerja dengan tim proyek, peralatan yang digunakan dan masih banyak faktor lain. Jumlah pekerja yang besar dalam proyek konstruksi membuat perusahaan sulit untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif. Menurut Ervianto (2005) faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi : 1. Faktor pekerja itu sendiri. 2. Faktor metode konstruksi. 3. Peralatan. 4. Manajemen. Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin. Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah : 1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokannya sesuai tingkat resiko. 2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai dengan keahliannya. 3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan. 4. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek 5. Melaksanakan pengaturan di lokasi konstruksi. 2.1.4 Dasar-Dasar Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemerintah memberikan jaminan kepada tenaga kerja dengan menyusun Undang-undang No 13 tentang Keselamatan Kesehatan Kerja tahun 2003, merupakan bukti tentang pentingnya keselamatan kerja dalam perusahaan (Kusuma, 2010). Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebutlah yang menjadi pijakan utama dalam menafsirkan aturan dalam menentukan seperti apa ataupun bagaimana program K3 tersebut harus diterapkan. Rizky Argama yang dikutip

Kusuma (2010) menjelaskan, sumber -sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. 5. Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 Jaminan Kesehatan. 6. Undang-undang No 13. Tahun 2003 tentang Keselamatan Kesehatan Kerja. 2.1.5 Kinerja Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi (Ilyas, 1999). Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Ukuran kinerja bagi seorang manajer pabrik terdiri dari berbagai kriteria. Salah satunya adalah kesehatan dan keamanan kerja yaitu tingkat frekuensi keseriusan kecelakaan kerja dan laporan audit keamanan kerja serta angka absensi dan jam kerja secara keseluruhan. Ukuran-ukuran kinerja bagi seorang manajer pabrik adalah sebagai berikut : 1. Output : angka produksi unit dan pemenuhan waktu deliver. 2. Kualitas produk : angka statistik pengendalian kualitas menunjukkan varian di luar batas yang telah ditentukan; jumlah keluhan yang beralasan mengenai kualitas yang diterima dari konsumen. 3. Produktifitas : output per tenaga; nilai tambah per tenaga. 4. Pengendalian biaya : biaya per unit produksi; menjaga variasi dari biaya standar agar tetap dalam batas yang di perbolehkan; menjaga agar tetap berada dalam batas anggaran biaya umum yang disetujui; tingkat pemborosan atau sisa bahan bakar dalam hubungannya dengan anggaran. 5. Pengendalian stok : perbandingan inventaris dengan keseluruhan asset di saat

ini pencapaiaan tingkat pelayanan konsumen yang disepakati; jumlah kejadian kehabisan stok. 6. Pemanfaatan dari pabrik-pabrik dan mesin-mesin : persentase pemanfaatn : jumlah waktu menganggur. 7. Kesehatan dan keamanan kerja : tingkat frekuensi atau keseriuasan kerja dan laporan audit keamanan kerja. 8. Hubungan tenaga kerja : jumlah terjadinya pertikaian dn keluhan,hasil dari penelitian sikap tenaga kerja dilapangan proyek. 9. Disiplin kerja : angka absensi dan jam kerja, tindakan disiplin serta pernyataan banding terhadapnya. 10. Pengembangan : pencapaian program-program fleksibilitas dan kemajemukan keahlian. Dari unsur-unsur penilaiaan kinerja yang diuraikan di atas maka terlihat jelas bahwa unsur-unsur penilaiaan setiap perusahaan sangat berbeda satu sama lain. Hal tersebut sangatlah ditentukan jenis pekerjaan yang akan dinilai, dan jenis perusahaan yang melakukan penilaiaan itu sendiri. Dalam proyek konstruksi, rasio kinerja adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang, metoda dan alat. Sukses dan tidaknya proyek konstruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya. Sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi adalah matriale, machines, men, method, money (Ervianto, 2005). Suatu lingkungan kerja yang aman membuat pekerja menjadi sehat dan produktif. Faktor lingkungan kerja juga dapat meliputi hal-hal yang berhubungan dengan proyek konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan, peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang tidak memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan pada pekerja, kurangnya pengawasan terhadap keselamatan kerja para pekerja. Menurut Yuni (2012) budaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat terbentuk dari beberapa faktor dominan, yaitu sebagai berikut :

1. Komitmen top management 2. Peraturan dan prosedur K3 3. Komunikaasi 4. Kompetensi pekerja 5. Keterlibatan pekerja 6. Lingkungan kerja Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak hanya sekedar bertujuan untuk meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja tinggi, atau hanya untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja. Lebih dari itu K3 memiliki visi dan misi jauh ke depan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera dan kinerja (prestasi) yang baik. 2.2 Tinjauan Empirik Yuni (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan di PT. Tunas Jaya Sanur, Bali, menguji faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi seta pengaruhnya terhadap kinerja proyek konstruksi. Pengambilan sampel pada 41 proyek konstruksi dengan menggunakan metode sloving. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja serta manganalisa seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan. Jati (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan di PT. Bitratex Industries Semarang dengan metode kualitatif, mampu menggali lebih dalam tentang pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari kelima elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT. Bitratex Industries Semarang yaitu Jaminan Keselamatan dan Kesehatan, Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Alat Pelindung Diri, Beban kerja, serta Jam Kerja, sudah mencerminkan bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Bitratex Industries Semarang telah sesuai dengan yang diinginkan, diharapkan dan dibutuhkan oleh

karyawan. Selain itu, manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan tersebut adalah pengurangan absentisme, pengurangan biaya klaim kesehatan, pengurangan turnover pekerja serta peningkatan produktivitas.