BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia bisnis akuntansi yang menyediakan pelayanan jasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi tersebut. Sehingga, untuk tercapainya tujuan organisasi,

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah path goal theory

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB I PENDAHULUAN. model kepemimpinan path goal theory yang dikembangkan oleh House (1971)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pada Bab IV diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh gaya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, baik dari atasan, bawahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada anggota organisasinya. Apabila organisasi dapat mengelola

PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR

Teori Kepemimpinan Fiedler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Path goal theory leadership adalah sebuah teori kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh akuntan publik adalah sumber daya akuntan publik yang tersedia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi

PERTEMUAN VI KEPEMIMPINAN (PENDEKATAN DARI SEGI SITUASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada sebuah organisasi pelayanan jasa baik profit dan nonprofit, faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Ruky (2001) menyebutkan

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA (Studi pada Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang)

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan begitu,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karena mempunyai peran yang besar di suatu perusahaan. Perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

KUESIONER PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang berkualitas, dapat diandalkan, dipercaya dan mampu menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengenai seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam situasi atau tugas tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan dinamis. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk bersikap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

KUESIONER PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. Salah satu kajian perilaku organisasi yang mendapatkan perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya saja dan itu dilakukan secara monoton atau tradisional dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

BAB II LANDASAN TEORI

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

SKRIPSI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI, DAN LOCUS OF. CONTROL (LoC) TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA PT. BAHTERA CITRA MANDIRI)

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, perkembangan dan persaingan dunia usaha sangat pesat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang penelitian yang mendasari penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada. bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan tercapainya sebuah tujuan dari sebuah organisasi, tak dapat. peran aktif sumber daya manusia didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

Pertemuan ke- 11 kepemimpinan. Pengertian Kepemimpinan Gaya gaya Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

Transkripsi:

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan pemimpin diharapkan dapat mengubah gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan situasi, dimana pemimpin tidak hanya menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang berbeda tetapi menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang sama pada situasi yang berbeda (Daft, 2001). Menurut path-goal theory, gaya kepemimpinan dapat diterima ketika para karyawannya memandangnya sebagai suatu sumber kepuasan, dimana bawahan secara aktif akan mendukung pemimpinnya selama dia memandang bahwa tindakan pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya (Hughes et.al., 1999). Gaya kepemimpinan yang diidentifikasi oleh House (1971) adalah sebagai berikut : a. Kepemimpinan yang direktif, memberikan panduan para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja. b. Kepemimpinan yang suportif, menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah, dapat didekati,

10 serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang setara dengan dirinya. c. Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan secara serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil keputusan. d. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan. Gambar 2.1 Model Penelitian Gaya Kepemimpinan (+) Kompleksitas Tugas (-) Role Ambiguity (-) Locus of Control (+) Kepuasan Kerja Pada Gambar 2.1 model penelitian diatas, menggunakan model path-goal theory dimana adanya faktor gaya kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja bawahan dengan kompleksitas tugas dan locus of control sebagai variabel moderating. Faktor situasional yang diidentifikasikan teori path-goal (Gibson, 2003): 1.) Karakteristik Bawahan Pada faktor situasional ini, teori path-goal memberikan penilaian

11 bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan melihat perilaku tersebut akan merupakan sumber yang segera bisa memberikan kepuasan atau sebagai suatu instrumen bagi kepuasan masa depan. Karakteristik bawahan mencakup tiga hal, yakni: Letak kendali (locus of control), yaitu berkaitan dengan keyakinan individu sepengaruh dengan penentuan hasil. Individu yang mempunyai letak kendali internal meyakini bahwa hasil (reward) yang mereka peroleh didasarkan pada usaha yang mereka lakukan sendiri. Sedangkan mereka yang cenderung letak kendali eksternal meyakini bahwa hasil yang mereka peroleh dikendalikan oleh kekuatan di luar kontrol pribadi. Kesediaan untuk menerima pengaruh (authoritarianism), yaitu berkaitan dengan kesediaan orang untuk menerima pengaruh dari orang lain. Kemampuan (abilities), yaitu berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi apakah mereka dapat bekerja lebih berhasil dengan pemimpin yang berorientasi prestasi(achievementoriented) yang telah menentukan tantangan sasaran yang harus dicapai dan mengharapkan prestasi yang tinggi, atau pemimpin yang supportive yang lebih suka memberi dorongan dan mengarahkan mereka. 2.) Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan terdiri dari tiga hal, yaitu: Struktur tugas, yaitu struktur kerja yang tinggi akan mengurangi kebutuhan kepemimpinan yang direktif.

12 Wewenang formal, yaitu pemimpinan yang direktif akan lebih berhasil dibandingkan dengan participative bagi organisasi dengan struktur wewenang formal yang tinggi. Kelompok kerja, yaitu kelompok kerja dengan tingkat kerjasama yang tinggi kurang membutuhkan kepemimpinan suportif. 2.2 Gaya Kepemimpinan Menurut path-goal theory, gaya kepemimpinan dapat diterima ketika para karyawannya memandangnya sebagai suatu sumber kepuasan, dimana bawahan secara aktif akan mendukung pemimpinnya selama dia memandang bahwa tindakan pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya (Hughes et.al., 1999). Gaya kepemimpinan yang diidentifikasi oleh House (1971) adalah sebagai berikut : a. Kepemimpinan yang direktif, memberikan panduan para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja. b. Kepemimpinan yang suportif, menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah, dapat didekati, serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang setara dengan dirinya. c. Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan secara serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil keputusan.

13 d. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan. 2.3 Kompleksitas Tugas Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain (Engko dan Gudono, 2007). Kompleksitas tugas dalam hal ini berkaitan dengan otoritas dan tanggungjawab yang diberikan atasan kepada bawahannya dimana bawahan mengerti tentang seberapa besar otoritas dan tanggungjawabnya didalam menjalankan tugas yang telah dibebankan. 2.4 Locus Of Control Locus of control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter,1966). Locus of control menurut Hjele dan Ziegler, (1981), Baron dan Byrne (1994) diartikan sebagai persepsi seseorang tentang faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Orientasi locus of control Rotter (1996) dibedakan menjadi dua, yaitu: Locus of control internal, yaitu individu yang menganggap dan meyakini

14 bahwa keterampilan, kemampuan, dan usaha yang ada lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka Locus of control eksternal, yaitu individu yang menganggap dan meyakini bahwa hidup mereka ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, misalnya saja nasib, takdir keberuntungan dan orang lain yang berkuasa terhadapnya. Perbedaan karateristik internal dengan external locus of control menurut Crider, et.all (1983), yaitu: 1. Locus of control internal, dengan ditandai oleh sikap suka bekerja keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah, selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin, selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil. 2. Locus of control eksternal, dengan ditandai oleh sikap kurang memiliki inisiatif, mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan, kurang suka berusaha, mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol, kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah. (Crider, dkk; 1983) Pada orang-orang yang memiliki locus of control internal faktor kemampuan dan usaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu dengan locus of control internal mengalami suatu kegagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan, lebih perhatian dan siap belajar untuk menghadapi lingkungan disekitarnya serta lebih menyadari informasi yang

15 relevan. Sebaliknya pada orang yang memiliki locus of control eksternal mereka cenderung tidak mau belajar dan merasa tidak perlu mencari informasi yang relevan, melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. (Crider, dkk; 1983). 2.5 Role Ambiguity Tujuan pengembangan model situasional agar kepemimpinan bersifat efektif, dapat melengkapi pengaruh antara karakteristik dan kemampuan lingkungan, dapat meningkatkan kepuasan bawahan dan kinerja unit perusahaan (Awan dan Zaidi, 2009). Role ambiguity berkaitan dengan perbedaan tingkat kepercayaan persepsi karyawan tentang tanggungjawab dan otoritas yang dia miliki terhadap perusahaan. Persepsi diantara keduanya harus disamakan dari waktu ke waktu antara karyawan bawahan dan atasan terhadap perusahaan agar tidak terjadi kesalahfahaman antara tujuan karyawan dengan tujuan perusahaan. Perusahaan akuntansi umumnya sudah memahami pengaruh dan status yang mereka miliki dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Jika tujuan perusahaan dan karyawan berjalan secara bersamaan tentu hal ini akan menjadikan suatu pemahaman yang lebih baik. Tujuan pengembangan model situasional agar kepemimpinan bersifat efektif, dapat melengkapi pengaruh antara karakteristik dan kemampuan lingkungan, dapat meningkatkan kepuasan bawahan dan kinerja unit perusahaan (Awan dan Zaidi, 2009).

16 Penelitian mengenai role ambiguity memiliki pengaruh yang negatif terhadap pengaruh gaya kepemimpinan maupun kepuasan kerja. Pada penelitian Kalbers and Cenker (2008) menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara role ambiguity dan job performance sebagai hasil akhir penelitian. Penelitian Acker (2004) dari penelitiannya yang berjudul The Effect of Organizational Conditons (Role Conflict, Role Ambiguity, Opportunities for Professional Development, and Social Support) on Job Satisfaction and Invention to Leave Among Social Workers in Mental Healt Care, beliau menemukan bahwa role ambiguity memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan kerja bawahan. Artinya, perusahaan akan berusaha agar bawahan tetap merasa puas dan betah bekerja disana. 2.6 Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap seorang individu yang bekerja dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dan banyaknya imbalan yang seharusnya dia terima. (Robins, 1996). Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek, yaitu: Kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan pada perusahaan. Kepuasan kerja sering ditentukan atau diukur oleh hasil dari pekerjaan atau kinerja. Kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja. (Luthans, 2006).

17 Smith et.al. (1996) secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi instrumen pengukur variabel kepuasan terhadap menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, jumlah kompensasi yang diterima pekerja, kesempatan untuk promosi jabatan, kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku dan dukungan rekan sekerja. Faktor penentu kepuasan kerja itu antara lain menurut Smith et.al (1996) : a. Gaji/Upah Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari pencapaian (achievement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan. Orang yang menerima gaji yang dipersepsikan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan tuntutantuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja. Jika dianggap gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas. Tapi jika gaji dirasakan tinggi atau sesuai dengan harapan, pekerja tidak lagi tidak puas, artinya tidak ada dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerja seseorang jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.

18 b. Kondisi kerja yang menunjang Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja. c. Pengaruh Kerja Pengaruh dengan rekan kerja Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya (barang yang setengah jadi) menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya. Misalnya pekerja konveksi. Pengaruh antar pekerja adalah pengaruh ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional. Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah tertentu berada dalam satu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi. Bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka. Pengaruh dengan atasan Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration). Pengaruh fungsional mencerminkan sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Pengaruh keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi

19 yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua jenis pengaruh adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya. 2.7 Hipotesis 2.7.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran tergantung para manajer dan gaya kepemimpinannya. Penelitian akuntansi mencoba untuk menerapkan model kepemimpinan dalam lingkungan kerja auditor dan mengusulkan penggunaan model kepemimpinan untuk menganalisis kepuasan dan motivasi auditor. Secara empiris ditemukan bahwa perilaku pemimpin dapat mempengaruhi kepuasan dan motivasi bawahan (Pratt dan Jiambalvo, 1982), tetapi kurang konsisten dan mengemukakan bahwa pengaruh gaya kepemimpinan mungkin tegantung dari variabel yang mempengaruhinya saat itu. (Otley, 1980). Ketidakkonsistenan penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. H1 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja 2.7.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Tergantung Pada Kompleksitas Tugas Dalam lingkungan kerja audit, pemimpin tim audit dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dari auditor (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Pemimpin tim memberikan

20 tugas kepada auditor dengan anggaran waktu dan ditetapkan berdasarkan kompleksitas tugas audit dan pengalaman auditor. Adanya tingkat kompleksitas tugas yang dirasakan oleh auditor menuntut diperlukannya gaya kepemimpinan yang berbeda untuk setiap kompleksitas tugas. Tugas yang dirasakan kompleks oleh auditor memerlukan gaya kepemimpinan direktif, sedangkan tugas yang menurut persepsi auditor simpel memerlukan gaya kepemimpinan yang suportif. Directive leader menuju pada kepuasan yang maksimal bila diberikan dengan tugas-tugas yang meragukan atau penuh tekanan atau tugasnya kompleks, sedangkan supportive leader menghasilkan kinerja yang tinggi dan memuaskan bila bawahan menjalankan tugas-tugas yang terstruktur (Robbins, 2006). Pratt dan Jiambalvo (1982) menginvestigasi penentuan gaya kepememimpian konsiderasi dan struktur inisiatif, mereka menggunakan path-goal theory dalam menguji pengaruh antara perilaku manajer partner dengan kepuasan kerja dan motivasi bawahan. Hasilnya terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara perilaku konsiderasi dan kompleksitas tugas. Gaya kepemimpinan konsiderasi lebih memuaskan bawahan dalam kompleksitas tugas yang rendah. Sedangkan interaksi antara perilaku struktur inisiatif dengan kompleksitas tugas tidak signifikan, karena perilaku struktur inisiatif dapat digunakan dalam kompleksitas tugas yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Kuncara (2005) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan consideration meningkatkan kepuasan kerja anggota tim pemeriksa, tetapi kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja. Tetapi Bass (1981) dalam mengemukakan bahwa perilaku pemimpin dipengaruhi oleh kompleksitas tugas.

21 Ketidakkonsistenan penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah kompleksitas tugas (directive, supportive, participative, achievement-oriented ) secara positif memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja. H2 : Kompleksitas tugas secara negatif memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. 2.7.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Tergantung Pada Locus of Control Locus of control merupakan salah satu variabel ketidakpastian (House,1971) yang memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Rotter, 1966). Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau eventevent dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki locus of control internal. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki locus of control eksternal.

22 Gambar 2.2 Pengaruh Antara Locus of Control dan Gaya Kepemimpinan Sumber : Mitchell, dkk (1975) Penelitian yang dilakukan oleh Mitchel et. al. (1975) pada Gambar 2.2 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif yang diinteraksikan dengan internal locus of control akan meningkatkan kepuasan kerja bawahan, sedangkan gaya kepemimpinan direktif yang diinteraksikan dengan external locus of control meningkatkan kepuasan kerja bawahan. Penelitian yang dilakukan oleh Hening (1998) dan Basri (2005) juga menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja melalui locus of control sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian-penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Janto (1994) yang tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh peranan pimpinan dan locus of control terhadap kepuasan kerja. Ketidakkonsistenan penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel locus of control (external dan internal) secara positif memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja.

23 H3 : Locus of control secara positif memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. 2.7.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Tergantung Pada Role Ambiguity Role ambiguity berkaitan tentang adanya perbedaan yang terdapat pada kepercayaan karyawan dan tanggungjawab dari persepsi karyawan dan otoritas yang dimilikinya terhadap perusahaan. (Kalbers dan Cengker, 2008). Persepsi ini harus jelas, tidak boleh ada kesalahfahaman persepsi antara karyawan dan atasan agar tujuan perusahaan dapat terus berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan oleh perusahaan. Penelitian mengenai role ambiguity memiliki pengaruh yang negatif terhadap pengaruh gaya kepemimpinan maupun kepuasan kerja. Pada penelitian Kalbers and Cenker (2008) menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara role ambiguity dan job performance sebagai hasil akhir penelitian. Penelitian Acker (2004) beliau menemukan bahwa role ambiguity memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan kerja bawahan. Artinya, perusahaan akan berusaha agar bawahan tetap merasa puas dan betah bekerja disana. Ketidakkonsistenan penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel role ambiguity secara negatif memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja. H3 : Role ambiguity secara negatif memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja.