Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Ohh/By: Sona Suhartana & Dulsalam

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

Oleh/By Wesman Endom dan Maman Mansyur Idris

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE


KOMPOSISI LIMBAH PENEBANGAN DI AREL HPH PT. TELUK BINTUNI MINA AGRO KARYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

0\eh/By: Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

Yosep Ruslim 1 dan Gunawan 2

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstract. Pendahuluan

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON

PENINGKATAN PEMANFAATAN KAYU RASAMALA DENGAN PERBAIKAN TEKNIK PENEBANGAN DAN SIKAP TUBUH PENEBANG:

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman (tegakan seumur). Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Teak Harvesting Waste at Banyuwangi East Java. Juang Rata Matangaran 1 dan Romadoni Anggoro 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

BAB III METODE PENELITIAN

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PE ELITIA

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan 2)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

ANALISIS MODAL KERJA DAN EFISIENSI BIAYA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) BANDUNG.

EFISIENSI PEMBALAKAN DAN KUALITAS LIMBAH PEMBALAKAN DI HUTAN TROPIKA PEGUNUNGAN : STUDI KASUS DI IUPHHK-HA PT RODA MAS TIMBER KALIMANTAN

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

B. BIDANG PEMANFAATAN

EFISIENSI PENGGUNAAN CHAINSAW PADA KEGIATAN PENEBANGAN: STUDI KASUS DI PT SURYA HUTANI JAYA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU BULAT SISTEM KEMITRAAN HPH - KOPERASI DESA DI KALIMANTAN TENGAH

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WINDA LISMAYA

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

Hubungan Rentang Diameter Dengan Angka Bentuk Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica) pada Hutan Produksi Terbatas

FAKTOR EKSPLOITASI PADA HUTAN PRODUKSI TERBATAS DI IUPHHK-HA PT KEMAKMURAN BERKAH TIMBER

BAB 2 LANDASAN TEORI. teknik yang umum digunakan untuk menganalisis. hubungan antara dua atau lebih variabel adalah analisis regresi.

Sona Suhartana dan Yuniawati

Djoko Setyo Martono. 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

III. METODE PENELITIAN

Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Muna

Oleh/Bj : Wesman Endom. Summary

Inrerntrtioiiule des Boi.s Tropic(itrx/ATIBT tahun Selanjutnya data primer yang diperoleh ..,,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

111. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah tenaga penyarad. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Alam PT. Yos Raya Tiniber yang

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13, No. 1 (1995) pp. 19-26 PENGARUH PEMBUANGAN BANIR DALAM PENEBANGAN POHON TERHADAP EFISIENSI PEMUNGUTAN KAYU (Study kasus di suatu perusahaan hutan di Kalimantan Barat) Tlie effect of buttress cutting in tree felling on wood harvesting efficiency {A case study in a logging company in West Kalimantan) Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris Summary nis paper presents the results of the study of the impact of buttress cutting in tree felling on harveslring efficiency. Tlie case study was carried out in PT Kurnia Kapuas Plywood in West Kalimantan in 1994. Tlie aim of the study is to know the influence of buttress culling on wood haversting efficiency. Tlie data were analysed by using the l-lesl. Tlie result of study shows that the average of wood harvesting efficiency by cutting buttress is 68.1 % and without cutting buttress is 66. 7% /. PENDAHULUAN A. La tar Belakang Keberadaan sumberdaya hutan bagi Indonesia ternyata mempunyai banyak manfaat. Manfaat tersebut adalah sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan nasional dan kepentingan lingkungan hidup serta merupakan kawasan biologis sangat penting di dunia (Lubis, 1987). Dari segi ekonomis, Soerjani (1990) melaporkan bahwa penghasilan devisa yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya hutan setiap tahunnya mencapai ratarata US $ 3.0 milyar. Nilai devisa tersebut diperoleh dari perdagangan kayu ratarata 30 juta per tahun yang didapat melalui kegiatan pemanenan kayu. Apabila dikaji lebih lanjut, ternyata pelaksanaan kegiatan pemanenan kayu yang selama ini dilakukan masih perlu mendapat perhatian serius. Dari berbagai tahap pekerjaan dalam pemanenan kayu serta dilihat dari sifat pekerjaan maupun peranannya, perhatian akan efisiensi bidang penebangan terhadap pekerja dan teknik kerjanya merupakan langkah pertama yang perlu diupayakan. Gayut dengan hal di atas, Suparto dan Elias (1983) menyatakan bahwa pada pekerjaan penebangan, penggunaan gergaji rantai yang tidak sesuai serta pene- 19

rapan teknik kerja yang salah berarti pemborosan bahan, waktu dan tenaga bahkan dapat menurunkan kualitas kayu yang dihasilkan. Berkaitan dengan teknik kerja, walaupun berbagai upaya telah dilakukan antara lain melalui penerbitan buku pedoman atau petunjuk teknis penebangan akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan penebangan belum sepenuhnya mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan. Teknik penebangan yang. diterapkan oleh operator gergaji rantai baik untuk pohon tanpa banir maupun pohon berbanir pada umumnya adalah sama. Sebagian besar pekerja melakukan penebangan hanya berdasarkan atas kebiasaan dan kemudahan tanpa memperhatikan petunjuk kerja yang ditetapkan. Kesalahan yang umum dilakukan adalah dalam pembuatan takik yang kurang tepat serta tidak menghilangkan banir pohon terlebih dahulu. Sepadan dengan hal di atas, Sastrodimedjo dan Simarmata (1978) menerangkan bahwa kesalahan bentuk takik rebah dari ketentuan yang dipersyaratkan mengakibatkan penurunan kualita kayu, pemborosan kayu, waktu dan tenaga serta arah rebah pohon yang tidak tepat. Kesalahan dalam pembuatan takik balas akan mempersulit arah rebah pohon. Arah rebah pohon dapat membalik dan membahayakan serta mengakibatkan kernunduran kualita kayu akibat tercabutnya serat-serat kayu pada bagian tengah batang {barber chair). Arah rebah pohon yang tidak tepat dapat menimbulkan kecelakaan, menyulitkan pengeluaran kayu serta banyak menimbulkan kerusakan kayu. Pada penebangan pohon berbanir, kesalahan vital yang sering dilakukan oleh operator gergaji rantai adalah melakukan pembuatan takik tanpa terlebih dahulu menghilangkan banir sehingga pelaksanaan kerja menjadi sulit. Teknik menebang pohon yang tidak mengikuti prosedur kerja demikian, diduga menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat efisiensi pemanfaatan kayu. b. Tiijuan Penelitian Bertolak dari latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik penebangan yang dilakukan telah sesuai dengan yang dipersyaratkan agar diperoleh peningkatan efisiensi dan produktivitasnya melalui upaya-upaya perbaikan teknik kerja penebangannya. //. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 1994 di areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Kurnia Kapuas Plywood, yang termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)/Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat. Menurut administrasi pemerintahan, termasuk ke dalam wilayah kabupaten Siritang, Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat. 20 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.l (1995)

B. Bahan dan Alat Yang Digunakan Objek dalam penelitian ini adalah kegiatan penebangan yang dilakukan secara mekanis, meliputi prosedur kerja atau teknik penebangan dan pembagian batang serta keadaan pohon. Peralatan yang digunakan antara lain : meteran, pita phi, stop watch (jam henti) dan perlengkapan tally sheet. C. Prosedur Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan serta pengamatan dan wawancara sebagai data penunjang. Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : (1) Menetapkan satu petak tebang yang segera akan dilakukan penebangan. (2) Mengukur efisiensi penebangan yang meliputi : nama pohon, tinggi banir, jumlah banir, waktu penebangan (pembuangan banir, pembuatan takik rebah, pembuatan takik balas, pembagian batang), produktivitas batang bebas cabang (diameter pangkal, diameter ujung, panjang dan keadaannya). (3) Mengumpulkan data penunjaing seperti keadaan umum lapangan, keadaan umum perusahaan dengan cara wawancara serta pengutipan data di perusahaan. Sebagai objek pengamatan adalah jenis pohon komersial yang ditebang berdiameter 50 cm dan ke atas, dengan ulangan pengamatan 30 pohon untuk penebangan dengan pembuangan banir dan 15 pohon tanpa pembuangan banir (sebagai kontrol). D. Analisis Data Volume batang dihitung berdasarkan formula sebagai berikut : V = 0,25 71 L di mana : V = volume batang (m^) L = panjang batang (m) D = diameter rata-rata (cm) diperoleh dengan cara sebagai berikut : D = 0,5 (Dp + Du) di mana Dp dan Du masing-masing adalah diameter pangkal dan diameter ujung. Efisiensi dan produktivitas penebangan dihitung sebagai berikut : volume kayu batang bebas cabang yang dipungut Efisiensi penebangan = x 100 % volume kayu batang bebas cabang yang seharusnya dapat dimanfaatkan For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 1 (1995) 21

Produktivitas = volume kayu batang bebas cabang yang dipungut waktu tebang (m^/menit) Untuk mengetahui hubungan antara tinggi banir dan diameter pohon dengan waktu tebang digunakan analisis regresi ganda dengan model berikut : Y = a + bxl+cx2 di mana : Y = waktu tebang (menit) XI = diameter pohon (m) X2 = tinggi banir (m) a,b,c = parameter regresi. Untuk mengetahui hubungan antara diameter pohon, tinggi banir dan panjang batang bebas cabang dengan efisiensi penebangan digunakan analisis regresi berganda dengan model berikut : E=a + bxl+cx2 + dx3 di mana : E = efisiensi penebangan (%) XI = diameter pohon (m) X2 = panjang batang bebas cabang (m) X3 = tinggi banir (m) a,b,c,d = parameter regresi. Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan statistik dengan menghitung nilai rata-rata (mean), dan nilai simpangan bakunya. Data lapangan berupa efisiensi dan produktivitas penebangan diolah ke dalam bentuk tabulasi dan dibandingkan dengan kontrol dengan menggunakan uji T. ///. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran berupa efisiensi dan produktivitas penebangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 kolom 5 menyajikan gambaran produktivitas penebangan dengan perlakuan pembuangan banir yang besarnya berkisar antara 0,26-0,46 m-'/menit dengan nilai rata-rata 0,32 m^/menit atau setara dengan 19,2 m^/jam. Pada kolom 10 terlihat gambaran produktivitas penebangan tanpa perlakuan pembuangan banir yang besarnya berkisar antara 0,34-0,46 m^/menit dengan nilai rata-rata 0,41 m^/menit atau setara dengan 24,6 m-'/jam. Dari kolom 5 dan kolom 10 terlihat bahwa besarnya produktivitas rata-rata untuk penebangan tanpa perlakuan pembuangan banir (24,6 m^/jam) lebih tinggi dari pada untuk penebangan dengan pembuangan banir (19,2 m^/jam). Kemudian dari hasil uji-t untuk membandingkan produktivitas kedua teknik penebangan di atas menghasilkan thitung = 5,582** (ttabel 99 % = 3,550). 22 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.l (1995)

Tabel 1. Produkti vitas dan efisiensi penebangan dengan dan tanpa pembuangan banir Table 1. The productivity and efficiency of wood harvesting with and without buttress cutting No. Dengan pembuangan banir/with buttress cutting Tanpa pembuangan banir/withoul buttress cutting Diameter Tihggi Waktu Produktivitas/ Efisiensi/ Diameter/ Tinggi/ Waktu Produktivitas/ Efisiensi*' banir/ lebang/ banir/ tebang/ Butress Harves Productivit>- Efficiency Butress Har\-es- Productivit\ Efficienc\ height ting time height ting time (m) (m) (mnt) (m^/mnt) (%) (m) (m) (mnt) (m^/nrnt) (%) 1. 0,80 1,55 15 0,45 77,8 0,70 0,85 11,58 0,42 64,6 2. 0,75 1,20 r,67 0,29 73,6 0,80 1,77 17,83 0,36 69,1 3. 0,85 0,45 19,67 0,28 75,1 0,70 0,83 11,67 0,34 69,5 4. 0,75 0,85 16,25 0,30 65,9 0,70 0,65 19,50 0,41 71,8 5. 0,90 0,98 26,33 0,39 75,4 0,70 0,75 8,50 0,46 65,3 6. 0,70 1,50 15 0,24 65,6 0,70 0,75 9,75 0,40 64,2 7. 0,81 1,40 15,67 0,31 67,4 0,73 1,50 13,33 0,39 63,4 8. 0.80 0,90 14 0,26 69,9 0,80 0,95 17,83 0,39 63,1 9. 0,75 1,20 16,42 0,39 70,6 0,70 1,35 12,50 0,34 64,5 10. 0.75 1,15 13,83 0,30 64,0 0,70 0,95 8,67 0,46 68,9 11. 0,70 1,24 20,50 0,35 76,9 0.80 1,35 18,25 0,42 71,7 12. 0,70 1,04 23,75 0,34 87,6 0,70 0,80 11,92 0,46 65,0 13. 0,75 1,00 19,08 0,40 61,7 0,80 2,10 19,50 0,41 69,7 14. 0,90 1,00 25 0,28 65,4 0,80. 1,30 17' 0,38 62,8 15. 0.81 1,00 24,83 0,40 71,9 0,70 0,90 12,17 0,45 67,9 16. 0,70 1,20 16 0,32 64.7 17. 0,70 0,90 14,33 0,30 69,4 18. 0,85 1,80 24,83 0,23 68,3 19. 0,70 1,90 18,83 0,27 66,5 20. 0,85 1,90 24,50 0,27 61,1 21. 0,70 2,00 17,33 0,33 66,8 22. 0,76 1,20 20 0,24 58,2 23. 0,75 1,10 14,33 0,30 59,7 24. 0,80 1,50 22,33 0,31 62.7 25. 0,70 0,60 13,35 0,27 70,1 26. 0,71 0,90 15,57 0,27 67,4 27. 0,70 1,30 12,17 0,36 62,6 28. 0,86 1,40 23,33 0,28 61,2 29. 0.70 1,10 12,25 0,46 69,7 30.' 0,90 1,30 22,83 0,30 64,2 Jumlali/ Sum 23,10 36,56 554,98 9,49 2041,4 11,03 16,80 210 6,09 1001,5 Rata-rata/ Mean 0,77 1,22 18,50 0,32 68,1 0,735 1,12 14 0,41 66,7 Melihat nilai thitung yang lebih besar dari pada t tabel> maka dapat dikatakan bahwa produktivitas antara perlakuan pembuangan banir dengan tanpa pembuangan banip adalah sangat berbeda nyata {highly significant) pada taraf 99 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ditinjau dari produktivitasnya, teknik penebangan yang tanpa pembuangan banir adalah lebih baik dari pada teknik penebangan dengan pembuangan banir. Hal di atas dapat terjadi karena salah satu faktor penentu produktivitas penebangan adalah waktu tebang. Adapun waktu tebang dalam penelitian ini meliputi : waktu pembuangan banir, waktu pembuatan takik (rebah dan balas) serta waktu pembagian batang. Dalam keadaan di atas di mana produktivitas penebangan tanpa pembuangan banir lebih tinggi dari pada dengan pembuangan banir, dapat dimengerti karena waktu yang diperlukan untuk For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 1 (1995) 23

membuang banir akan memperpanjang waktu tebang, sehingga produktivitasnya menjadi rendah. Selain karena faktor di atas, dapat pula terjadi karena faktor keadaan pohon, yaitu dimensinya dalam hal ini diameter pohon serta faktor tinggi banir. Hasil analisis regresi berganda antara diameter pohon (XI) dan tinggi banir (X2) dengan waktu tebang (Yl) untuk teknik penebangan dengan pembuangan banir didapatkan persamaan sebagai berikut : Yl = -16,71 + 42,23 XI + 2,2 X2 dengan nilai koefisien korelasi (R) = 70 % (R2 = 49 %) dan nilai Fhitung = 12,721** (Fiabei 1% = 5,49). Sedangkan untuk teknik penebangan tanpa pembuangan banir didapatkan persamaan berikut : Y2 = -29,84 -h 59 XI + 0,36 X2 dengan nilai koefisien korelasi (R) = 76 % (R2 = 58 %) dan nilai Fhitung 8,131** (F,,bei 1 % = 6,93). Dari hasil analisis di atas untuk teknik penebangan dengan pembuangan banir dan tanpa pembuangan banir jelas terlihat bahwa waktu tebang yang sangat mempengaruhi nilai produktivitasnya dipengaruhi oleh diameter pohon dan tinggi banirnya. Hal ini tampak dari nilai Fhitung untuk kedua teknik penebangan ini adalah lebih besar dari pada nilai Ft;,hei-nya atau sangat berbeda nyata (highly significant). Dengan perkataan lain produktivitas penebangan akan dipengaruhi oleh diameter pohon dan tinggi banir. Tabel 1 kolom 6 memperlihatkan gambaran efisiensi penebangan dengan perlakuan pembuangan banir yang besarnya adalah antara 58,2-87,6 % dengan nilai rata-rata 68,1 %. Pada kolom 11 terlihat gambaran efisiensi penebangan tanpa perlakuan-pembuangan banir yang besarnya berkisar antara 62,8-71,8 % dengan nilai rata-rata 66,7 %. Dari kolom 6 dan kolom 11 terlihat bahwa besarnya nilai efisiensi penebangan rata-rata untuk perlakuan pembuangan banir (68,1 %) lebih tinggi dari pada untuk tanpa pembuangan banir (66,7 %). Kemudian dari hasil uji-t untuk membandingkan efisiensi kedua teknik penebangan di atas menghasilkan t^itung = OJ61 (ttabel 95 % = 2,020). Melihat nilai t^jtung yang lebih kecil dari pada ttabel > maka dapat dikatakan bahwa efisiensi pemungutan kayu antara teknik penebangan dengan pembuangan banir dan tanpa pembuangan banir adalah tidak berbeda nyata (non significant). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efisiensi pemungutan kayu dari kedua teknik penebangan tersebut adalah sama. Untuk memperkuat hasil uji-t di atas, maka telah dilakukan analisis regresi berganda antara diameter pohon (XI), panjang batang bebas cabang (X2) dan tinggi banir (X3) dengan efisiensi penebangan (E). Hasil analisis di atas untuk teknik penebangan dengan pembuangan banir diperoleh persamaan sebagai berikut: El = 73,1-5,4 XI + 0,275 X2-4,6 X3 dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 10 % dan nilai Fhitung = 0,993 (Ftabel 5% = 2,98). Sedangkan untuk teknik penebangan tanpa pembuangan banir 24 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.l (1995)

didapatkan persamaan berikut : E2 == 67,9-11,2 XI + 0,266 X2 + 1,9 X3 dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 10 % dan nilai Fhituno = 0,429 (F,abel 5 % = 3,59). Dari hasil anlisis regresi di atas, untuk teknik penebangan dengan pembuangan banir dan tanpa pembuangan banir jelas terlihat bahwa dalam kasus ini nilai efisiensi penebangan tidak dipengaruhi oleh diameter pohon, panjang batang bebas cabang ataupun tinggi banirnya. Hal ini tampak dari nilai Fhitung untuk kedua teknik penebangan tersebut adalah lebih kecil dari pada nilai Ftabeinya atau tidak berbeda nyata {non significant). Dengan perkataan lain efisiensi penebangan dalam kasus ini tidak dipengaruhi oleh diameter pohon, tinggi banir dan panjang batang bebas cabang. Bertolak dari formula efisiensi yang digunakan dalam tulisan ini, seharusnya teknik penebangan dengan pembuangan banir diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemungutan kayu, akan tetapi ternyata efisiensinya kurang lebih sama saja dengan tanpa pembuangan banir. Diduga hal ini disebabkan karena para operator gergaji rantai belum terbiasa dengan teknik penebangan dengan pembuangan banir. Sehingga nilai efisiensi penebangan untuk teknik penebangan dengan pembuangan banir dan tanpa pembuangan banir adalah homogen. Dari hasil analisis yang telah dikemukakan, terlihat bahwa perlakuan pembuangan banir dalam kasus ini akan menurunkan produktivitas penebangan sedangkan untuk nilai efisiensinya adalah tidak berpengaruh. Upaya yang perlu dilakukan agar produktivitas dan efisiensi penebangan meningkat sehingga akan meningkatkan pemanfaatan kayu adalah dengan cara melatih para operator gergaji rantai untuk terbiasa melakukan pembuangan banir terlebih dahulu sebelum melakukan penebangan. Dengan terbiasanya operator tersebut, maka kasus pecah boptos dapat dihindari sehingga volume kayu yang dipungutpun akan bertambah yang selanjutnya dapat meningkatkan efisiensinya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Besarnya nilai rata-rata produktivitas penebangan dengan pembuangan banir adalah 19,2 m^/jam sedangkan untuk penebangan yang tanpa pembuangan banir adalah 24,6 m^/jam. 2. Nilai rata-rata efisiensi penebangan dengan pembuangan banir adalah 68,1 % dan untuk penebangan tanpa pembuangan banir adalah 66,7 %. 3. Penerapan peraturan-peraturan di bidang penebangan untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan kayu perlu disertai dengan sangsi yang tegas dan tepat. DAFTAR PUSTAKA Lubis, M. 1988. Menuju kelestarian hutan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. For. Prod. Res. J. Vol. 13 No. 1 (1995) 25

Sastrodimedjo, R. S. dan S R Simarmata. 1978. Limbah eksploitasi pada beberap perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia. Laporan LPHH No. 120, l i p Bogor. Soerjani, M. 1990. Penebangan hutan tropik dan permasalahannya. Makala Sukarela pada Kongres Kehutanan II di Jakarta, 22-25 Oktober 1990. Suparto, R. S. dan Elias. 1983. Pemilihan tipe rantai gigi pada gergaji untu pembagian batang beberapa jenis kayu. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. 26 Jum. Pen. Has. Hut. Vol. 13 No.l (199