KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN ANALISIS WILAYAH STUDI

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

[ TEKNIK PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN]

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

[ TEKNIK PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN]

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

USULAN ATURAN BERSAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status. Pembangunan tempat tinggal

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Evaluasi Pemukiman Dan Perumahan Kumuh Berbasis Lingkungan Di Kel. Kalibanteng Kidul Kota Semarang

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

PEMERINTAH KOTA BITUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

Transkripsi:

Stiufi Sosiaf'Elipnmi Masyardijft Ling^ngan Xumufi 'Kpta <Pek^xi6am BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Kondisi wilayah studi Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Senapelan pada saat ini adalah: 1) kepadatan penduduk yang tinggi (5.337 jiwa/km2); 2) kualitas bangunan yang tidak memadai dan tingkat kerapatan yang tinggi akan menimbulkan rawan bencana seperti kebakaran; 3) letak bangunan yang tidak teratur; 4) prasarana dan sarana lingkungan pemukiman yang tidak memadai (pendidikan, air bersih, jalan, dan sarana sosial lainnya); 5) tingkat pendapatan mayarakat yang rendah; 6) gampang mendapat bencana seperti banjir, penyakit menular, dan kurang terjaganya kesehatan lingkungan. 2. Kawasan ini harus mendapat perhatian dalam penataan kota, karena tanpa adanya pemberdayaan kawasan ini akan menimbulkan masalah baru diperkotaan. 3. Untuk pemberdayaan lingkungan kumuh ini harus mempertimbangkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Aspek fisik menyangkut dengan sarana dan prasarana baik pembangunan, perbaikan ataupun peremajaan/ pemeliharaan. Aspek sosial berhubungan dengan rasa tanggung jawab pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan. Sedangkan aspek ekonomi ditekankan kepada peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha rumah tangga. 4. Kebanyakan rumah masyarakat di kelurahan Kampung Dalam berdinding kayu dan juga berlantai kayu. Rumah ini banyak ditemukan di bagian pelosok (belakang toko bertingkat) dan sebagian besar ke arah Sungai Siak. Rumah kayu/semi permanen tersebut sebagian besar lingkungannya jorok. Penyebabnya antara lain tidak lancarnya aliran air pada Sungai Sago, terutama pada musim hujan. Lembaga Penelitian Universitas Riau 53

Stud'iSosiaC'Elipnomi CMasyarali^t Lingliungan TQimufi di'kfita (Pel(pn6aru 5. Sumber air bagi masyarakat di wilayah studi sebanyak 56,21 persen mereka menggunakan air sumur, sisanya menggunakan air PAM. Air sumur yang digunakan oleh masyarakat kelurahan Kampung Dalam berasal dari sumur bor yang berjumlah 5 buah. Rata-rata satu sumur bor menggunakan sekitar 80-100 KK. Berdasarkan informasi dari masyarakat sumur ini masih terasa kurang. 6. Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat menuntut berdirinya kelembagaan yang menangani kebutuhan suatu kelompok masyarakat maupun kebutuhan masyarakat yang berada pada suatu wilayah. Berbagai macam lembaga yang muncul di wilayah-wilayah studi adalah lembagalembaga yang berhubungan erat dengan kebutuhan ekonomi antara lain Bank, KUD, pasar, dan sebagainya. Di samping itu, pada daerah penelitian juga telah terbentuk lembaga-lembaga yang biasanya ada pada masingmasing wilayah pedesaan antara lain LKMD, PKK, dan Posyandu. 7. Sarana dan prasarana yang tersedia di wilayah studi (Kampung Dalam), antara lain: Jalan utama dengan lebar sekitar 5 meter, jalan setapak di lingkungan perumahan masyarakat yang menghubungkan dengan jalan utama dengan lebar 1 meter, sumur air bersih sebanyak 5 buah, sekolah MIS, Puskesmas pembantu, MCK sebanyak 3 buah. 8. Sementara sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain; tambahan sumur bor untuk masyarakat dengan target 15 buah sumur Bor, pelebaran jalan yang menghubungkan Jalan M. Yatim dengan jalan Kampung Dalam I, Perbaikan dan renovasi bangunan sekolah MIS. 9. Wilayah studi termasuk kawasan kumuh dengan kondisi bangunan kayu dan semi permanen. Pada umumnya rumah mereka jenis bangunan panggung. Tataruang bangunan rumah dikawasan ini sangat tidak teratur, kerapatan bangunan sangat padat, karena ruang antar bangunan sangat sempit. Begitu juga jalan-jalan yang ada dalam lingkungan perumahan tersebut sangat kecil dengan lebar sekitar 1 meter. Demikian juga mengenai ruang terbuka tidak ditemui, hal ini menyebabkan jalan setapak tadi dimanfaatkan untuk bermain oleh anak-anak lingkungan. Dearah ini rawan dengan kebakaran. Lembaga Penelitian Universitas Riau 54

Stiufi SosJaC'Elipnomi Masyara^t Lingl(ungan TQimufi cfil^pta (Pel{fn6aru 10. Pada musim hujan daerah Kampung Dalam cepat kebanjiran, karena topografi daerah ini relatif datar, dan terjadinya pendangkalan Sungai Sago sebagai akibat tumpukan sampah yang dibawa oleh aliran sungai dari pusat kota. Penyebab lain dari banjir ini adalah tidak berfungsinya alat pengendali banjir yang terletak di dekat jalan Kampung Dalam I. 11. Distribusi pendapatan masyarakat di daerah studi tidak merata (ketimpangan sedang), dimana 40 persen masyarakat berpendapatan terendah memperoleh hanya 16,87 persen dari total pendapatan, sementara 20 persen masyarakat berpenghasilan tertinggi menikmati 44,74 persen dari total pendapatan. Perbandingan antara 20 persen kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan 40 persen masyarakat kelompok berpendapatan rendah sebesar 2,62. 12. Berdasarkan pengamatan ketimpangan ini terjadi antara masyarakat tempatan dengan pendatang. Masyarakat asli pada umumnya usahanya sulit untuk berkembang, sedangkan masyarakat pendatang usahanya relatif berkembang. Dari sisi lain kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain: Pertama, beberapa sektor seperti perdagangan memberikan nilai tambah yang tinggi. Sedangkan masyarakat yang tidak terlibat dengan perdagangan masih menerima pendapatan yang relatif lebih rendah; Kedua, masyarakat yang berada di sekitar pasar bawah (terutama pusat pertumbuhan) dapat meningkatkan pendapatannya melalui usaha sampingan seperti, warung, berdagang, transportasi, jasa; dan ketiga, masih adanya budaya dalam masyarakat menerima apa adanya, tidak ada inisiatif untuk mengembangkan usaha lain, produktivitas masih rendah, dan masih mengandalkan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tetap. 13. Ditinjau dari segi mata pencarian, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian berdagang barang makanan harian dan barang-barang bekas. antara lain; elektronik, karpet, alat mobil, dan lain sebagainya. Bahkan daerah ini terkenal dengan pusat perdagangan barang bekas terutama elektronik dan karpet. Pada umumnya masyarakat yang berjualan barang bekas memanfaatkan rumah-rumah mereka, terutama di temui di jalan H. Sulaiman, Jalan Kampung Dalam dan JalanKampung Dalam I. Lembaga Penelitian Universitas Riau

Studi SosiaC'Elipnomi Masyaraliflt Lingliungan TQimuft di 7(pta <Pe^n6aru 14. Untuk mengatasi masalah penataan kembaii wilayah studi dilakukan melalui konsilidasi tanah. Tujuan pendekatan konsolidasi ini adalah mengoptimalkan penggunaan tanah dalam hubungan dengan pemanfaatan, peningkatan produktivitas, dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Konsolidasi tanah mengusahakan peningkatan kualitas lingkungan dan pencapaian efisiensi dan pengaturan kembaii tanah yang tersebar dan tidak teratur. 15. Keuntungan lain yang diperoleh dengan konsolidasi tanah ini adalah; antara lain: o Pemilih tanah akan meperoleh tanah kembaii dan dilengkapi dengan parasarana lingkungan; o Konflik dalam penggunaan tanah dapat dihindari; o Taraf kehidupan penduduk dapat ditingkatkan; o Beban pusat kota dapat dikurangi; o Pengendalian pengembangan tanah lebih mudah dilakukan; o Perkembangan perumahan liar dapat dicegah. 16. Dalam segi ekonomi, konsolidasi tanah dapat merupakan alat pembantu dalam, beberapa hal antara lain: o Meringankan pembiayaan pemerintah dalam pengembangan kota; o Tidak mengeluarkan biaya dalam mematangkan tanah secara khusus bagi pemilik; o Mempunyai peluang untuk membangun menurut kemampuan masingmasing; o Meningkatkan frekuensi kegiatan perekonomian rakyat; o Membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah; o Memudahkan tata usaha pajak tanah bagi Ipeda; o Menghambat terjadinya spekulasi tanah. 5.2 Rekomendasi 1. Karena daerah Kampung Dalam ini terkenal dengan pusat perdagangan barang bekas terutama elektronik dan karpet. Pada umumnya masyarakat Lembaga Penelitian Universitas Riau 56

Studi Sosiaf'Elipjiomi Masyara^t Lingliiingan TQimufi di%pta (Pek^nBaru yang berjualan barang bekas memanfaatkan rumah-rumah mereka, terutama di temui di jalan H. Sulaiman, Jalan Kampung Dalam dan Jalam Kampung Dalam I. Untuk itu daerah ini berpotensi dikembangkan sebagai pusat perdagangan. Untuk mengembangkan potensi ini perlu dibuka hubungan jalan antara jalam M. Yatim dengan jalan Kampung Dalam I. Kedua jalan ini dipisahkan oleh jembatan kecil yang melalui Sungai Sago. 2. Karena topopgrafi daerah ini relatif datar, dan terdjadinya pendangkalan Sungai Sago sebagai akibat tumpukan sampah yang dibawa oleh aliran sungai dari pusat kota, ini mengakibatkan seringnya terjadi banjir. Untuk mengatasi banjir ini salah satu yang dapat dilakukan adalah pengerukan sungai. Hal ini akan menyebabkan lancarnya aliran air ke Sungai Siak. 3. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat perlu dibuka jalan antara jalan M. Yatim dengan jalan Kampung Dalam I (sekitar 50 meter). Dengan dibukanya jalan ekonomi masyarakat akan dapat ditingkatkan melalui perdagangan barang bekas. 4. Sebaiknya di daerah ini dikembangkan kawasan wisata air di sepanjang Sungai Siak. Dengan dibangunnya kawasan wisata sepanjang Sungai Siak tersebut akan mengangkat perekonomian masyarakat. Disamping itu juga dilakukan penghijauan di sepanjang Sungai Siak tersebut dengan jenis tanaman khas daerah. 5. Untuk pengembangan wilayah studi ini perlu penataan tata ruang kembaii. Penataan tata ruang ini tidaklah mudah karena di kawasan ini termasuk padat jumlah penduduknya, apalagi kawasan ini merupakan daerah perdagangan. Program penataan permukiman penduduk harus direncanakan dengan matang, sehingga permukiman penduduk tersebut memenuhi syarat kelayakan, yaitu; 1) Layak secara teknis/ huni; 2) Layak usaha/ ekonomi; dan 3) Layak berkembang. 6. Penataan kembaii sebaiknya melalui pendekatan konsolidasi. Konsolidasi tanah merupakan salah satu model pembangunan di bidang pertanahan. Tujuan pendekatan konsolidasi ini adalah mengoptimalkan penggunaan tanah dalam hubungan dengan pemanfaatan, peningkatan produktivitas, dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Lembaga Penelitian Universitas Riau 57

StiuRSosiaC<E^pHOKri. Ling^ngan TQimufi di 1(pta 7. Konsolidasi tanah untuk di wilayah studi dapat dilakukan melalui penjualan tanah bertahap. Dalam hal ini pemerintah membeli tanah dari pemilik, dan setelah diadakan pengaturan petak dan penyediaan prasarana, kaplingan tersebut dijual kepada penduduk dan badan yang membutuhkan. Konsolidasi tanah model ini akan dapat memecahkan masalah pertanahan dan pembangunan kota akan dapat diwujudkan dengan baik. 8. Apabila konsolidasi tanah ini di sepakati seluruhnya atau sebagaian saja, maka langkah-langkah program pembangunan yang harus di lakukan adalah, antara lain: o Pembuatan jalan utama yang menghubungkan jalan M. Yatim dengan jalan Kampung Dalam I. o Pembangunan di sepanjang Sungai Siak, yaitu daerah Kampung Baru, Kampung Bandar, dan Kampung Dalam. Daerah ini ditata kembaii menjadi lingkungan yang bersih dan nyaman melalui program penghijauan. o Pembangunan kawasan wisata di sepanjang Sungai Siak. Sarana wisata ini juga dilengkapi dengan sarana olah raga air atau fasilitas lainnya. o Pembangunan permukiman bagi masyarakat yang ikut dalam kesepakatan konsolidasi tanah dilakukan di suatu daerah (kawasan lain) dengan memperhatikan TRI LAYAK permukiman. o Dalam pembangunan permukiman ini juga disarankan bentuk bangunan menunjukkan ciri khas Melayu, sehingga secara tak langsung terbentuk suatu daerah kawasan Kampung Melayu yang merupakan ciri budaya Riau. 9. Karena pekerjaan ini adalah pekerjaan lintas sektoral maka sebelum proyek pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan perlu adanya koordinasi antar instansi terkait agar mempunyai persepsi yang sama dengan mengikutsertakan masyarakat peserta. Lembaga Penelitian Universitas Riau 58