BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

dokumen-dokumen yang mirip
Isnamuli Oktavia B ( )

DEMOGRAFI LANSIA. Chairul Huda Al Husna

DEMOGRAFI LANSIA. Chairul Huda Al Husna

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

- 1 - WALIKOTA MADIUN, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

Kabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

suatu negara. Pada dasarnya keberadaan penduduk di suatu negara akan mempercepat pembangun negara semakin besar. Tetapi jika pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

PENDUDUK LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

RUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang semakin membaik. Namun, di sisi lain meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) meningkat pula rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency ratio). Artinya setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia dalam struktur kependudukan, tentu akan menimbulkan permasalahan sosial lanjut usia, baik yang akan dirasakan para lanjut usia sendiri maupun berupa beban yang akan dipikul oleh keluarga, masyarakat serta pemerintah. Masalah yang dimaksud adalah kebutuhan yang dirasakan oleh lanjut usia yang merugikan dan mengganggu kemampuan lanjut usia untuk memenuhi kebuuhan riil serta melakasanakan peranan sosialnya. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia

di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (http://www.depsos.go.id) Menurut proyeksi WHO pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%, India 242%, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang sangat besar sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan kesejateraan lanjut usia sejak sekarang akan menimbulkan permasalahan dan bisa jadi merupakan bom waktu di kemudian hari. Dari data tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 1.644.002 jiwa, tahun 2009 sebanyak 2.994.330 jiwa dan tahun 2010 sebanyak 2.851.606 jiwa (http://www.depsos.go.id). Kecenderungan timbulnya masalah ini ditandai pula dengan angka ketergantung lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar 13,72%. Angka ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan dirasakan oleh penduduk usia produktif jika ditambah dengan angka ketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana saat ini jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13%. Dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi lanjut usia dalam bidang pembangunan yaitu adanya lanjut usia yang bekerja sebesar 36,11% (kota) dan

sebesar 52,75% (desa). Besarnya jumlah lanjut usia yang bekerja di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan daerah perkotaan antara lain karena pekerjaan di perdesaan didominasi oleh pekerjaan bidang pertanian yang pada umumnya menjadi mata pencarian pokok. Bekerja sebagai petani tidaklah membutuhkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi sehingga hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan lanjut usia dimana jumlah lanjut usia yang tidak sekolah, tidak tamat SD, dan hanya berpendidikan SD totalnya sebesar sekitar 86% (http://www.komnaslansia.or.id, 2009). Sementara berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera utara pada tahun 2009 adalah sebanyak 805.500 jiwa (6,08 %) dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa. Dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Binjai salah satu kota di Sumatera Utara. Kota dengan jumlah penduduk sekitar 250.000 jiwa ini juga mengalami peningkatan jumlah lansia secara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah lansia di Kota Binjai tercatat sebanyak 12.797 jiwa, tahun 2008 sebanyak 13.796 jiwa, tahun 2009 sebanyaak 13.843 jiwa, dan tahun 2010 tercatat sebanyak 14.518 jiwa (BPS, Kota Binjai) Data di atas memproyeksikan adanya kecenderungan peningkatan populasi lanjut usia secara signifikan. Konsekuensinya, muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami lanjut usia dengan baik. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak guna menjamin kualitas kesejahteraan sosial lanjut usia.

Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat. Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah diantaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi pemerintahan (KartuTanda Penduduk seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Semua hal tersebut di atas memerlukan keterlibatan peran dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat serta lembaga maupun organisasi sosial untuk bersama-sama berkomitmen dalam mewujudkan kesejahteraan bagi para lansia. Seluruh upaya ini dilakukan dengan memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan guna mengurangi kemiskinan, memperoleh

kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Mereka diberdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya (http://www.komnaslansia.or.id) Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu memperhatikan dua hal yaitu : Pertama, lanjut usia sebagai salah satu tahap siklus perkembangan manusia ; Kedua, lanjut usia sebagai manusia mempunyai berbagai dimensi, baik jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi. Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu dilakukan oleh berbagai pihak melalui lembaga-lembaga sosial dengan tenaga pemberi pelayanan yang terlatih agar kualitas pelayanan dapat terjamin mutunya. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial RI melalui Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang secara fungsional mempunyai tugas pokok dan fungsi menetapkan kebijakan pelayanan sosial lanjut usia memandang perlu mengembangkan dan melakukan berbagai program pelayanan sosial lanjut usia, baik program pelayanan yang berbasis lembaga/ panti (institutional based services), pelayanan berbasis keluarga (family-based services), maupun pelayanan berbasis masyarakat (community-based services) Panti Sosial Tresna Werdha / Panti Sosial Lanjut Usia sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya perlu mengembangkan diri menjadi institusi progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day care

services), dan pelayanan perawatan rumah (home care service), dapat dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar. Panti sosial lanjut usia mempunyai fungsi utama: pemenuhan kebutuhan, pendidikan dan pelatihan, pusat informasi dan rujukan, pusat pelayanan dan pengembangan (Departemen Sosial, 2007: 1-2). Selama ini pelayanan sosial lanjut usia dalam panti sudah diupayakan semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu untuk menangani permasalahan lanjut usia yang jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Untuk menjawab permasalahan lanjut usia tersebut, Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia melakukan pengembangan model pelayanan sosial yang dapat memberikan pelayanan kepada lanjut usia potensial. Pelayanan ini desebut Day Care Services Lanjut Usia (Pelayanan Harian Lanjut Usia). Mengingat pentingnya pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia, dan untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan orang lanjut usia, maka Dinas Sosial Sumatera Utara melalui UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan memiliki tujuan dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia agar mereka mampu berfungsi secara sosial. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah lembaga pelayanan sosial lanjut usia yang tujuannya memberikan pelayanan tanpa pamrih dan menyayangi para lanjut usia dengan penuh pengabdian. Pelayanan yang di berikan oleh UPT ini dilaksanakan melaui pendekatan Panti dan di luar panti. Salah satu program yang berjalan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah program Day Care Services (Pelayanan Harian

Lanjut Usia). Program ini dimulai uji coba pelaksanaanya pada bulan Juli tahun 2007. Dan pada tahun 2008 hingga sekarang program Day Care Services telah dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang lebih profesional, komprehensif dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) ditujukan kepada lanjut usia yang berada di luar panti. Program ini sangat besar manfaatnya bagi lanjut usia untuk mengisi waktu luang dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai pengentasan masalah lanjut usia luar panti di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Kota Binjai dan sekitarnya. Namun, dalam pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) terdapat masalah yang kiranya dapat menghambat berjalanannya program ini. Masalah tersebut diantaranya adalah banyaknya lanjut usia yang ingin mendaftar sebagai anggota Day Care Services tetapi karena kekurangan dana serta sarana dan prasarana pihak UPT terpaksa membatasi anggota Day Care Services, adanya kegiatan yang tidak berjalan maksimal seperti tidak adanya instruktur yang profesional dalam kegiatan kebugaran. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian melalui program yang dibuat oleh badan atau instansi terkait yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka pengembangan konsep dan teori terutama dalam rangka perbaikan model yang berhubungan dengan Pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam 6 (enam) bab, dengan urutan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan subjek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.