Kabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki
|
|
- Lanny Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang kesehatan serta meningkatnya tingkat sosial ekonomi dunia saat ini bermuara pada meningkatnya kesejahteraan penduduk serta meningkatnya usia harapan hidup (UHH) penduduk dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2004 UHH penduduk Indonesia adalah 68,6 tahun, dan meningkat menjadi 70,6 tahun pada tahun Akibatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia), yaitu mereka yang berusia 60 tahun ke atas, di Indonesia semakin meningkat terutama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir (Komisi Nasional Lanjut Usia [Komnas Lansia], 2010a). Populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 tercatat 5,3 juta jiwa (4,48% dari total penduduk Indonesia), meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%) pada tahun 2000, dan 19,3 juta jiwa (8,37%) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010b). Dengan proporsi lansia yang melebihi 7% tersebut, sejak tahun 2000 Indonesia telah termasuk negara berstruktur tua atau an aged structured population (Komnas Lansia, 2010a). United Nations (UN) (2001) bahkan memproyeksikan bahwa Indonesia akan menempati peringkat kelima sebagai negara dengan penduduk lansia terbanyak pada tahun 2025 (35,0 juta jiwa) setelah China, India, Amerika Serikat, dan Jepang. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) (2009) menunjukkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki proporsi penduduk lansia tertinggi (14,02%) di Indonesia. Proporsi lansia di DIY tersebut lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan (15,23%) daripada laki-laki (12,73%), serta pada penduduk pedesaan (17,62%) dibandingkan perkotaan (12,03%). Keluhan kesehatan para lansia di DIY lebih banyak dialami mereka yang tinggal di pedesaan (56,77%) daripada di perkotaan (51,78%). Angka kesakitan juga lebih tinggi pada para lansia yang tinggal di pedesaan (28,56%) daripada di perkotaan (21,60%). 1
2 2 Kabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki adalah 71 tahun dan pada perempuan adalah 72 tahun (BPS Kabupaten Bantul, 2010a). Pada tahun 2009, proporsi penduduk lansia di kabupaten ini mencapai 11%. Proporsi lansia tertinggi terdapat di Kecamatan Sanden (30,50%), Kretek (23,20%), Bambanglipuro (16,70%), Imogiri (14,90%), dan Sedayu (14,30%). Fenomena transisi demografi yang terjadi di Kabupaten Bantul mencerminkan semakin meningkatnya derajat kesehatan di wilayah ini. Di lain pihak, sebagai konsekuensi dari penurunan kemampuan fisik, mental, dan aktivitas fungsional yang terjadi pada lansia, banyak permasalahan yang timbul terutama di bidang kesehatan dan sosial. Permasalahan utama yang timbul dalam bidang kesehatan adalah terjadinya transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti: hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK), stroke, osteoporosis, dan osteoarthritis, menggantikan dominasi penyakit menular di masyarakat (Bustan, 2006; Komnas Lansia, 2010a,b). Kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Bantul. Data menunjukkan pada tahun stroke, PJK, serta gangguan metabolik berupa Diabetes Mellitus (DM) Tipe II mendominasi sepuluh besar penyakit penyebab kematian di RSUD Kabupaten Bantul (Dinas Kesehatan [Dinkes] Kabupaten Bantul (2008, 2009, 2010). Penyakit degeneratif yang kesakitannya bersifat menahun selanjutnya dapat berakibat pada menurunnya kualitas hidup para lansia. Permasalahan lainnya juga terjadi di bidang sosial, yaitu adanya kerawanan sosial pada lansia telantar yang masih banyak jumlahnya di Indonesia (Hadi, 2005). Pada tahun 2007 dilaporkan terdapat sekitar dari (10%) lansia di Indonesia dikategorikan telantar (Departemen Komunikasi & Informasi [Depkominfo], 2007). Untuk itu diperlukan upaya penanganan yang komprehensif, terpadu dan berkesinambungan agar para lansia bukan sekadar terbebas dari kesakitan, namun juga mempunyai kualitas hidup yang lebih baik.
3 3 Kualitas hidup saat ini merupakan sebuah konsep penting yang dijadikan sebagai salah satu kriteria untuk mengevaluasi intervensi pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) (2002), kualitas hidup adalah persepsi individual tentang kesehatan fisik, status psikologis, derajat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi, dan hubungan yang istimewa dari seseorang di masyarakat. Oleh Ware (1990) kualitas hidup dinyatakan dalam 2 skala yaitu: kualitas kesehatan fisik/physical component summary (PCS) dan kualitas kesehatan mental/mental component summary (MCS). Berdasarkan definisi dari WHO di atas tampak bahwa ukuran dalam kualitas hidup lebih komprehensif dibandingkan ukuran epidemiologi lainnya. Oleh karena itu, kajian tentang kualitas hidup dari penerima intervensi kesehatan (pasien) kini semakin berkembang. Menurut Croog dan Levine (1988) cit. Murti (1997a) ada 5 alasan yang mendasari pentingnya mengevaluasi kualitas hidup pasien dalam intervensi pelayanan kesehatan. Pertama, meningkatnya insidensi penyakit kronis akan membawa beban penyakit menahun atau kecacatan yang berujung pada turunnya kualitas hidup pasien. Kedua, jumlah dan proporsi kelompok lansia saat ini semakin meningkat namun rentan mengalami penurunan kualitas hidup. Ketiga, dengan adanya keterbatasan sumber daya maka aspek ekonomis pelayanan dan pemeliharaan kesehatan menjadi perhatian para pembuat kebijakan. Untuk itu perlu dilakukan cost-utility analysis atas intervensi dan manfaatnya terhadap kualitas hidup pasien. Keempat, pelayanan kesehatan yang lebih humanis merupakan tuntutan logis masyarakat yang semakin menyadari harkat, martabat, dan posisinya dalam hubungan dokter-pasien. Oleh karena itu penting diketahui efek dari intervensi yang diberikan terhadap kualitas hidup pasien. Kelima, para peneliti dan klinisi kini semakin menyadari adanya interaksi antara faktor psikososial dan faktor biologis terhadap kesehatan dan penyakit. Oleh karenanya kualitas hidup kini semakin menjadi perhatian dari para peneliti dan klinisi. Terkait perubahan paradigma pelayanan kesehatan yang berkembang saat ini, pemerintah RI menjawabnya melalui Undang-Undang (UU) RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 183 Ayat 1 UU tersebut menyatakan bahwa:
4 4 Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Hal ini mencerminkan bahwa upaya pelayanan kesehatan lansia di Indonesia saat ini ditujukan kepada peningkatan kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, saat ini di tingkat dasar telah diselenggarakan bentuk pelayanan kesehatan untuk lansia, seperti: program Puskesmas Santun Lansia serta pos pelayanan terpadu (posyandu) lansia. Menurut Komnas Lansia (2010a) posyandu lansia merupakan wadah yang sangat potensial untuk dikembangkan di masyarakat. Posyandu lansia merupakan suatu bentuk pelayanan di tingkat dasar yang melibatkan lintas sektor terkait, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta masyarakat. Posyandu lansia bisa dikembangkan oleh puskesmas atau oleh masyarakat sendiri. Selain pelayanan kesehatan, di posyandu lansia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga, seni budaya, serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia. Terkait upaya pelayanan terhadap para lansia, Dinkes Kabupaten Bantul (2010) menyebutkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan lansia dan pralansia di Kabupaten Bantul pada tahun 2009 baru mencapai 46,47%. Cakupan ini masih di bawah standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan lansia yaitu sebesar 60%. Cakupan pelayanan kesehatan lansia dan pralansia terendah adalah Puskesmas Bambanglipuro (17,42%). Meskipun demikian, pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro oleh penduduk lansia dan pralansia pada tahun 2011 justru lebih besar yaitu 73,30% (Ariyani, 2011). Ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan lansia dan pralansia melalui posyandu lansia di wilayah ini cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian dari Ariyani (2011) terdapat 4 faktor perilaku yang terbukti berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Bambanglipuro, yaitu: (1) faktor predisposisi (jenis kelamin perempuan, tingkat pengetahuan tentang posyandu lansia yang tinggi, dan sikap positif terhadap posyandu lansia), (2) faktor pemungkin (ketersediaan posyandu, dan jarak yang dekat), (3) faktor pendukung/penguat (adanya dukungan keluarga, peran aktif
5 5 petugas posyandu, sikap positif petugas posyandu, peran aktif kader, dan sikap positif kader), serta (4) faktor kebutuhan akan manfaat dari posyandu lansia. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa faktor pendukung/penguat berupa peran aktif petugas posyandu dan kader merupakan 2 faktor utama dalam pemanfaatan posyandu lansia. Ini menunjukkan bahwa posyandu lansia memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu upaya peningkatan kualitas hidup para lansia apabila dukungan berupa peran aktif petugas dan kader dioptimalkan. Peran aktif ini sesungguhnya terkait erat dengan fungsi pelayanan yang diberikan, yaitu: jenis, frekuensi, dan kualitas kegiatan pelayanan posyandu lansia. Penelitian-penelitian sebelumnya membuktikan bahwa beberapa program atau kegiatan pada lansia berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Program/kegiatan yang dimaksud adalah: aktivitas fisik (Acree et al., 2006; Katula et al., 2008; Lobo et al., 2008; Levasseur et al., 2008; White, 2009), program nutrisional (Nijs et al., 2006), program edukasional (Rana et al., 2009), program perawatan lansia (Jacob et al., 2007; Chiang et al., 2007), serta program keagamaan (Idler et al., 2009). Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia adalah jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi (Butler & Ciarrochi, 2007; Masel et al., 2009; Pramoni, 2010), serta permasalahan kesehatan yang disandang, seperti: hipertensi (Robbins et al., 1994), arthritis, penyakit kronis (Masel et al., 2009), dan obesitas (Vasiljevic et al., 2008). Pengaruh program/kegiatan tersebut terhadap kualitas hidup pesertanya cenderung massal, sedangkan pengaruh faktor lainnya individual. Ini menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan yang diberikan oleh suatu lembaga pelayanan lansia, termasuk posyandu lansia, memiliki nilai yang strategis dalam upaya peningkatan kualitas hidup para lansia. Studi pendahuluan di posyandu lansia Pusat Santunan dalam Keluarga (PUSAKA) Wahyu Teratai Sidomulyo, Bambanglipuro memperkuat konsep tersebut. Menurut Dinas Sosial dan Komisi Daerah (Komda) Lansia Kabupaten Bantul posyandu ini dinilai memiliki kegiatan yang cukup komprehensif. Kegiatan yang dimaksud adalah: pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT), olah raga, pemberdayaan ekonomi, pembinaan kesenian,
6 6 pembinaan spiritual, serta program rekreasi. Melalui wawancara dengan beberapa lansia peserta maupun pengurus posyandu lansia ditemukan bahwa para peserta merasa atau tampak lebih sehat dan lebih aktif secara sosial setelah aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. Menurut Ketua Komda Lansia Kabupaten Bantul hal tersebut mendorong keinginan kelompok lansia atau masyarakat lainnya untuk menyelenggarakan model kegiatan serupa. Namun dengan adanya keterbatasan sumber daya dan dana di masyarakat menyebabkan hanya beberapa jenis kegiatan dalam model tersebut yang dapat diselenggarakan. Untuk itu perlu disusun prioritas kegiatan posyandu lansia sehingga dapat dipilih kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat. Mengingat potensi dari posyandu lansia terhadap upaya peningkatan kualitas hidup lansia maka penting untuk dilakukan studi lebih lanjut. Diperlukan suatu analisis mendalam untuk mengetahui hubungan serta manfaat partisipasi aktif dalam masing-masing kegiatan posyandu lansia terhadap kualitas hidup pesertanya, baik dalam skala kualitas kesehatan fisik maupun kualitas kesehatan mental, serta jenis kegiatan apa yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup (kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental) yang baik. Dengan diketahuinya hal tersebut diharapkan dapat direkomendasikan prioritas kegiatan posyandu lansia. Oleh karena itu, dengan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis status partisipasi dalam kegiatan posyandu lansia dalam hubungannya dengan kualitas hidup peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara status partisipasi dalam kegiatan posyandu, yaitu: pemeriksaan kesehatan, PMT, olah raga, pembinaan spiritual, pembinaan kesenian, pemberdayaan ekonomi, dan rekreasi, dengan kualitas kesehatan fisik peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro?
7 7 2. Apakah ada hubungan antara status partisipasi dalam kegiatan posyandu, yaitu: pemeriksaan kesehatan, PMT, olah raga, pembinaan spiritual, pembinaan kesenian, pemberdayaan ekonomi, dan rekreasi, dengan kualitas kesehatan mental peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro? 3. Bagaimanakah persepsi peserta posyandu lansia tentang manfaat kegiatan posyandu yang diikuti terhadap kualitas hidupnya? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status partisipasi dalam kegiatan posyandu dengan kualitas hidup peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro. 2. Tujuan khusus: a. Untuk mendeskripsikan kualitas hidup, baik kualitas kesehatan fisik maupun kualitas kesehatan mental peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro. b. Untuk mendeskripsikan status partisipasi peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro dalam kegiatan posyandu. c. Untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan antara status partisipasi dalam kegiatan posyandu (pemeriksaan kesehatan, PMT, olah raga, pembinaan spiritual, pembinaan kesenian, pemberdayaan ekonomi, dan rekreasi) dengan kualitas hidup (kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental) peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro. d. Untuk mengetahui status partisipasi dalam kegiatan posyandu yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup (kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental) peserta posyandu lansia di Kecamatan Bambanglipuro. e. Untuk mengeksplorasi persepsi peserta posyandu lansia tentang manfaat kegiatan posyandu yang diikuti terhadap kualitas hidupnya.
8 8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Bambanglipuro: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan pada lansia khususnya pengembangan kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan kebijakan terkait upaya peningkatan kualitas hidup penduduk lansia di Kabupaten Bantul, yang berbasis pada kearifan lokal serta terpadu lintas sektoral antara Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Komda Lansia. 3. Bagi masyarakat: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan model kegiatan posyandu lansia yang dinilai lebih optimal dalam dalam pencapaian kualitas hidup yang baik serta sesuai untuk diaplikasikan di masyarakat, termasuk dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada. 4. Bagi para lansia: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada para lansia dalam memilih kegiatan-kegiatan yang diikuti di posyandu lansia yang sesuai dengan kondisi mereka. 5. Bagi penulis: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait kualitas hidup lansia di Kecamatan Bambanglipuro di masa yang akan datang. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kualitas hidup lansia serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Judul penelitian beserta persamaan dan perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 1.
9 9 Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Persamaan dengan Penelitian Ini 1. Jacob et al. (2007) The Effect of Community Based Daycare on Mental Health and Quality of Life of Elderly in Rural South India: a community intervention study a. jenis penelitian: observasional b. variabel terikat: salah satunya adalah kualitas hidup c. subjek penelitian: lansia d. populasi: penduduk lansia di daerah pedesaan Perbedaan dengan Penelitian Ini a. rancangan penelitian ini adalah cross sectional, rancangan penelitian tersebut kohort prospektif b. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, variabel bebas penelitian tersebut perawatan lansia berbasis masyarakat 2. Kerse et al. (2008) Does a Functional Activity Programme Improve Function, Quality of Life, and Falls for Residents in Long Term Care? Clustered randomized controlled trial (RCT) a. subjek penelitian: lansia b. salah satu variabel terikatnya adalah kualitas hidup a. jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional, jenis penelitian tersebut eksperimental dengan rancangan penelitian clustered RCT b. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, variabel bebas penelitian tersebut program aktivitas fungsional c. variabel terikat penelitian ini kualitas hidup, variabel terikat penelitian tersebut ada tiga: kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan frekuensi jatuh pada lansia 3. Nurhasanah (2008) Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup pada Masyarakat Daerah Bencana Paska Gempa Bumi di Kabupaten Sleman Tahun 2008 a. jenis penelitian: observasional b. rancangan penelitian: crosssectional c. variabel terikat: kualitas hidup d. alat ukur kualitas hidup: Kuesioner SF-36 a. subjek penelitian ini adalah lansia, subjek penelitian tersebut penduduk dewasa muda dan lansia b. populasi penelitian ini adalah penduduk lansia di Kecamatan Bambanglipuro, populasi penelitian tersebut masyarakat daerah bencana paska gempa bumi di Kabupaten Sleman tahun 2008 c. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, variabel bebas penelitian tersebut tingkat depresi dengan kovariat faktor demografi
10 10 4. Oktavia (2009) Hubungan Antara Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Abiyoso Pakem, Yogyakarta a. jenis penelitian: observasional b. rancangan penelitian: crosssectional c. subjek penelitian: lansia d. variabel terikat: kualitas hidup e. alat ukur kualitas hidup: Kuesioner SF-36 a. populasi penelitian ini adalah penduduk lansia di Kecamatan Bambanglipuro, populasi penelitian tersebut para lansia penghuni PSTW Abiyoso, Pakem, Yogyakarta b. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, variabel bebas penelitian tersebut bentuk interaksi social 5. Pramoni (2010) Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kualitas Hidup Peserta Posyandu Lanjut Usia di Kabupaten Sleman a. jenis penelitian: observasional b. rancangan penelitian: crosssectional c. variabel terikat: kualitas hidup d. subjek penelitian: lansia e. alat ukur kualitas hidup: Kuesioner SF-36 a. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, variabel bebas penelitian tersebut asupan zat gizi b. populasi penelitian ini adalah lansia di Kecamatan Bambanglipuro, populasi penelitian tersebut lansia di Kabupaten Sleman 6. Ariyani (2011) Identifikasi Faktor Perilaku dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 a. jenis penelitiannya observasional b. rancangan penelitiannya adalah cross-sectional c. subjek penelitiannya adalah lansia d. lokasi penelitiannya di Kecamatan Bambanglipuro a. variabel bebas penelitian ini adalah status partisipasi dalam status hipertensi, dan status kecacatan, sedangkan variabel bebas penelitian tersebut faktor perilaku b. variabel terikat penelitian ini kualitas hidup, variabel terikat penelitian tersebut pemanfaatan posyandu lansia
BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan secara tidak langsung menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,
Lebih terperinciKEBIJAKAN PROGRAM LANSIA
KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA Disampaikan oleh: R.Siti Maryam,MKep,Ns.Sp.Kep.Kom MK Keperawatan Gerontik Februari 2014 STATISTIK TAHUN 2010 JUMLAH LANSIA 23.992.552 JIWA TAHUN 2020 DIPREDIKSI MENINGKAT 11,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut berkontribusi secara bermakna dalam dunia kesehatan. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa ialah melihat usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. Dilihat dari sisi ini pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan telah meningkatkan usia harapan hidup penduduk Indonesia, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia (Lansia). Hal ini
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari meningkatnya derajat kesehatan suatu negara yang secara tidak langsung
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciDIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)
DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa populasi lanjut usia (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga 2050 yaitu 11%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Rentan gizi merupakan kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk (Kemenkes RI, 2014). Usia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk usia lanjut diproyeksikan meningkat setiap tahun diperkirakan mencapai 67 juta orang atau sekitar 24% dari seluruh populasi Indonesia pada tahun 2035.
Lebih terperinciB. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit menahun, yang angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi epidemiologis, dimana prevalensi Penyakit Tidak Menular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemerataan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pada bidang kesehatan di Indonesia meliputi terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu dengan adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk dari suatu negara. Begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antara 2015 dan 2050, proporsi dari lansia diperkirakan dua kali lipat dari 12% sampai 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di duga dari 900 juta menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pradiabetes merupakan kendala yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun di perkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan populasi (population aging) atau peningkatan proporsi penduduk usia tua dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Perubahan struktur demografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan program pembangunan membawa pada perbaikan kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak masalah kependudukan. Masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedasarkan hasil data riskesdas tahun 2010, rata-rata kecukupan konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia atau biasa disingkat lansia merupakan tahapan terakhir dalam daur kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 yang termasuk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Populasi lanjut usia (lansia) adalah kemajuan bagi keberhasilan umat manusia dalam meningkatkan kesehatan dan keberhasilan masyarakat untuk perilaku hidup sehat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberikan andil terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya
Lebih terperinciEKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN LANSIA DENGAN KEAKTIFAN DALAM BERPARTISIPASI PADA KEGIATAN POSYANDU LANSIA III DI DESA SAREN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE SRAGEN S K R I PS I Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah lanjut usia (Lansia) menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia dari tahun ke tahun di Indonesia mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dampak kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu mengobati berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH: RORO UTAMI ADININGSIH No BP : 0910335075 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia yang hidup didunia akan mengalami tahap demi tahap kehidupan mulai dari bayi, anak anak, remaj, dewasa, dan lanjut usia (lansia) seperti yang tercantum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar gula darah melebihi normal) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, terutama bidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ini sebagian besar negara di dunia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian. Selain itu, perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alamiah proses menjadi tua mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental secara umum lebih banyak gangguan organ tubuh dikeluhkan oleh para usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinci