BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

KETAHANAN TIGA JENIS KAYU HUTAN RAKYAT TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING

III. METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

BAB III BAHAN DAN METODE

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

PEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING

KIMIA ORGANIK (Kode : E-03) ANAKARDIOL DAN LIMBAH GALVANISASI SENG SEBAGAI BAHAN PENCEGAH SERANGAN RAYAP TANAH PADA KAYU PERUMAHAN

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016

JURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE

Ujung No.1 Kampus USU Medan b Dosen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian, USU

Kata kunci: seng khlorida-dikhromat,rayap tanah, rayap kayu kering,bubuk kayu kering, uji kuburan

PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

FIRNANDO PURBA E

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium Lappaceum L), CEMPEDAK (Artocarpus Integer Merr), DAN RAMBAI (Baccaurea Montleyana Muell. ARG)

PENGARUH KETEBALAN KAYU, KONSENTRASI LARUTAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP HASIL PENGAWETAN KAYU

Efektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono

PENGARUH LAMANYA PENGUBURAN KAYU MERANTI CAMPURAN (MC) DALAM LUMPUR TERHADAP KANDUNGAN ZAT PATI (AMYLUM)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin. Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) SAPARUDIN

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT

Jl. Gn. Batu No. 5. Bogor Telp , Fax Diterima, 22 April 2010; disetujui, 25 Agustus 2010

PEMANFAATAN TANNIN KULIT KAYU AKASIA UNTUK PENGAWETAN JATI PUTIH (Gmelina arborea) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus holmgren)

TANIN. IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Pengawetan Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) Menggunakan Asam Borat (H3BO3) Dengan Metode Pengawetan Rendaman Panas Dingin

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET BORON TERHADAP RETENSI DAN PENETRASI PADA KAYU RAKYAT DJAYUS DJAUHARI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KEAWETAN KAYU KARET (Hevea braziliensis) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri) Oleh:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KAYU SENGON UNTUK RUMAH SEDERHANA

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

III. METODE PENELITIAN

182 Bogor Telp./Fax: , Diterima, 2009; disetujui, ABSTRACT

JURNAL TEKNIK SIPIL PENGARUH AWAL PEMANFAATAN OLI DAN BRIKET BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP

dengan Bahan Pengawet Boric Acid Equivalent (Ganitri and Mahoni Wood Preservation using Boric Acid Equivalent with Cold Immersion Method)

PEMANFAATAN CAMPURAN BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP

TOKSISITAS BAHAN PENGAWET BORON-KROMIUM TERHADAP SERANGGA DAN JAMUR PELAPUK KAYU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal.

ABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

Mohammad Muslich dan Jasni. Key words: treatability, durability, CKB, subterranean termite, powder post beetle.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

RETENSI DALAM PENGAWETAN KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN BAKU KAPAL TRADISIONAL

UJI EKSTRAK ETANOL KUMIS KUCING (Orthosiphon sp.) SEBAGAI PENGAWET ALAMI KAYU. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SIFAT EKSTRAK KULIT KAYU MEDANG HITAM (CINNAMOMUM PORRECTUM ROXB.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Bahan Kimia dan Waktu Perendaman terhadap Kekuatan Tarik Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) sebagai Perlakuan Pengawetan Kimia

PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT

ABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

PEMANFAATAN KAYU KARET UNTUK FURNITURE

PENGARUH TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS KAYU KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode pengukusan 2 jam dan direndam selama 2 hari tidak berbeda nyata, namun berdasarkan perbedaan jenis kayu dan konsentrasi bahan pengawet boron memberikan perbedaan nyata (Lampiran 1). Sedangkan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Retensi Contoh Uji Laboratorium K Karet AB Mahoni A Mindi B Karet AB Mahoni A Mindi B x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* 1,5% 6±0,44a 7±0,59a 7±1,29a 7±0,80a 7±2,53a 8±1,36a 3,0% 10±1,09b 12±0,86b 11±1,87b 12±1,64b 12±1,78b 15±1,43b 4,5% 17±2,08c 19±2,44c 19±3,40c 18±5,14c 19±3,64c 20±1,91c Keterangan : Jenis kayu yang berpangkat huruf besar yang sama tidak berbeda nyata * Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata K = Konsentrasi Bahan Pengawet, SD= Standart Deviasi Berdasarkan Tabel 3, rata-rata retensi kayu karet dengan metode rendaman dingin, konsentrasi 1,5% adalah 6 kg/m 3 sedangkan pada metode pengukusan meningkat menjadi 7 kg/m 3. Untuk kayu mahoni dengan konsentrasi 1,5%, baik metode rendaman dingin maupun metode pengukusan rata-rata retensinya adalah 7 kg/m 3, sedangkan untuk kayu mindi dengan konsentrasi 1,5% dengan metode rendaman dingin retensinya 7 kg/m 3, metode pengukusan meningkat menjadi 8 kg/m 3. Secara umum dengan metode pengukusan dapat meningkatkan retensi, hal ini diduga disebabkan oleh struktur anatomi kayu, kayu yang dikukus akan memperbesar pori-pori kayu sehingga memudahkan bahan pengawet masuk ke dalam kayu dan juga kayu yang yang mempunyai keterawetan rendah disarankan

18 untuk dilakukan proses pengukusan terlebih dahulu sebelum diawetkan (Abdurrohim dan Martawijaya 1992). Retensi ketiga jenis kayu (Tabel 3), menunjukkan retensi yang meningkat dengan meningkatnya konsentrasi baik dengan metode rendaman dingin maupun metode pengukusan. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi berarti bahan aktif semakin banyak. Semakin banyak bahan aktif, maka peluang terjadinya ikatan antara bahan aktif dengan gugus hidroksil bebas (-OH - ) akan semakin besar, berarti bahan aktif semakin tinggi terabsorsi sehingga nilai retensinya meningkat, disamping itu peningkatan konsentrasi bahan pengawet juga akan meningkatkan retensi, karena retensi merupakan absorbsi dikalikan konsentrasi bahan pengawet (Hunt dan Garrat 1986; Ishkiwa et al. 2004) Hasil penelitian sebelumnya bahan pengawet boraks dengan retensi 6-7 kg/m 3 sudah dapat menahan serangan rayap kayu kering, sedangkan untuk mencegah serangan rayap tanah dianjurkan retensi bahan pengawet asam borat 8 kg/m 3. Bahan pengawet boron (boraks dan asam borat 1,54:1) 8,4 kg/m 3, sudah cukup menanggulangi serangan organisme perusak kayu barang kerajinan seperti bubuk kayu kering dan rayap kayu kering (Findlay dalam Abdurrohim 1994; Martawijaya dan Supriana 1973 dalam Abdurrohim 1992). Dengan demikian ketiga jenis kayu yang diawetkan dengan senyawa boron ini baik metode rendaman dingin maupun metode pengukusan dengan konsentrasi 3% ke atas sudah cukup efektif menahan serangan rayap tanah untuk barang kerajinan dan mebel, karena rata-rata retensinya diatas 10 kg/m 3. Pengujian ketahanan beberapa kayu dari hutan rakyat dilakukan dengan dua cara yaitu pengujian laboratorium dan pengujian lapangan. Indikator yang digunakan untuk pengujian laboratorium adalah kehilangan berat contoh uji, mortalitas, dan derajat serangan terhadap rayap tanah sedangkan indikator untuk pengujian lapangan adalah menggunakan derajat serangan rayap tanah. 4.2 Pengujian Laboratorium Parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan contoh uji tiga jenis kayu dengan bahan pengawet boron dengan konsentrasi 1,5%, 3% dan 4,5% terhadap serangan rayap tanah meliputi kehilangan berat (weight loss), jumlah kematian (mortalitas), dan derajat serangan (attack degree). Untuk mengetahui

19 kadar bahan pengawet terhadap kehilangan berat contoh uji terhadap rayap tanah dapat dilihat pada Tabel 4, untuk mortalitas dapat dilihat pada Tabel 5, dan untuk derajat serangan dapat dilihat pada Tabel 6. 4.2.1 Kehilangan Berat Salah satu parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan contoh uji adalah kehilangan berat. Untuk mengetahui pengaruh jenis kayu, metode pengawetan, dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan terhadap kehilangan berat rayap dilakukan uji statistik dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai rata-rata kehilangan berat contoh uji ketiga jenis kayu setelah pengumpanan selama empat minggu pada uji laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kehilangan Berat (%) Tiga Jenis Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah Karet A Mahoni B Mindi B K (%) x±sd* KK x±sd* KK x±sd* KK 0 39,96±11,20a V 8,63±3,11a III 11,25±1,11a IV 1,5 10,91±1,99b III 5,63±1,46b II 5,60±2,85b II 3 9,99±1,49b III 4,29±2,28b II 3,51±2,42b I 4,5 6,55±1,17b II 1,83±1,83b I 2,12±1,92b I Karet A Mahoni B Mindi B K (%) x±sd* KK x±sd* KK x±sd* KK 0 39,96±11,20a V 8,63±3,11a III 11,25±1,11a IV 1,5 8,54±1,81b III 5,50±1,83b II 4,32±0,48b II 3 6,34±1,42b II 4,77±1,68b II 3,45±1,21b I 4,5 5,48±2,92b II 1,83±0,90b I 2,07±1,82b I keterangan : Jenis kayu yang berpangkat huruf besar yang sama tidak berbeda nyata * huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata K = Konsentrasi Bahan Pengawet; KB = Kehilangan Berat; KK = Kelas Ketahanan Berdasarkan Tabel 4, pada tiga jenis kayu yang tanpa diawetkan atau ketahanan alami (kontrol) untuk kayu karet rata-rata nilai kehilangan beratnya 39,96% termasuk kelas ketahanan V, karena berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan SNI kehilangan berat > 31,89% termasuk kelas ketahanan V. Kayu mahoni rata-rata nilai kehilangan beratnya 8,63% termasuk kelas ketahanan

20 III, sesuai dengan SNI untuk kelas ketahanan III kehilangan beratnya berkisar 7,50 10,96%. Sedangkan untuk kayu mindi rata-rata nilai kehilangan beratnya 11,25% termasuk kelas ketahanan IV, sesuai dengan SNI untuk kelas ketahanan IV kehilangan beratnya 10,96 18,94%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit dan Kurniawan (2008) yang menyatakan bahwa kayu karet termasuk dalam kelas awet V dan pernyataan Martawijaya et al. (1989) bahwa kayu mahoni masuk kedalam kelas awet III dan kayu mindi termasuk kedalam kelas awet IV. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan perlakuan pengawetan dengan metode rendaman dingin maupun metode pengukusan dapat menurunkan kehilangan berat. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kedua metode yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat, akan tetapi perbedaan jenis kayu dan konsentrasi yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehilangan berat. Hasil uji lanjut yaitu uji Duncan (Lampiran 1) menunjukan pengaruh jenis kayu dan konsentrasi. Hasil perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 4,5% dengan metode rendaman dingin, berdasarkan SNI 01-7207-2006 kelas ketahanan kayu untuk kayu karet dapat meningkat dari kelas ketahanan V menjadi kelas ketahanan III dengan konsentrasi 1,5% dan 3%, pada konsentrasi 4,5% meningkat menjadi kelas ketahanan II. Untuk kayu mahoni kontrol memiliki kelas ketahanan III meningkat dengan perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5% dan 3% menjadi kelas II, dan pada konsentrasi 4,5% meningkat menjadi kelas ketahanan I. Untuk kayu mindi kontrol memiliki kelas ketahanan IV, meningkat dengan perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5% dan 3% menjadi kelas ketahanan II, dan pada konsentrasi 4,5% meningkat menjadi ketas ketahanan I. Dengan demikian untuk kayu karet dengan konsentrasi 4,5% hanya mencapai kelas ketahanan II, sedangkan untuk kayu mahoni dan mindi sudah mencapai kelas ketahanan I. Tiga jenis kayu yang diawetkan dengan konsentrasi 1,5%, 3% dan 4,5% menggunakan metode pengukusan, berdasarkan SNI 01-7207-2006, kelas ketahanan kayu untuk kayu karet meningkat dari kelas V menjadi kelas ketahanan III pada konsentrasi 1,5%, sedangkan pada konsentrasi 3% dan 4,5% meningkat menjadi kelas ketahanan II. Untuk kayu mahoni kontrol kelas ketahanan III meningkat dengan perlakuaan pengawetan dengan konsentrasi 1,5% dan 3% menjadi kelas ketahanan II, sedangkan konsentrasi 4,5% meningkat menjadi kelas ketahanan I. Untuk kayu mindi kontrol kelas ketahanan IV meningkat dengan

21 perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5% menjadi kelas ketahanan II, sedangkan konsentrasi 3% dan 4,5% menjadi kelas ketahanan I. Dengan demikian untuk kayu karet dengan konsentrasi 4,5% hanya menjadi kelas ketahanan II, sedangkan untuk kayu mahoni dengan konsentrasi 4,5% menjadi kelas ketahanan I dan untuk kayu mindi konsentrasi diatas 3% sudah mencapai kelas I. Perbedaan nilai kehilangan berat kayu antar jenis kayu diduga terkait dengan nilai retensi yang berhubungan dengan tingkat keterawetan kayu. Kayu-kayu yang keterawetannya tinggi-sedang (mudah diawetkan) sehingga nilai retensinya tinggi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan ketahanan kayu terhadap serangan faktor perusak sehingga nilai kehilangan beratnya rendah. Peningkatan kelas ketahanan kayu contoh uji diduga terkait dengan bahan pengawet yang digunakan yaitu boron yang bersifat racun bagi rayap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Carr (1962) dalam Barly dan Supriana (1999), boron diketahui dapat menghambat aktivitas protozoa dalam perut rayap sehingga dapat menyebabkan rayap mati kelaparan. Metode pengawetan juga mempengaruhi peningkatan kelas ketahanan kayu contoh uji. Menurut Dumanau (2001), efektifitas bahan pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh metode pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Menurut Wibowo (2012), semakin tinggi konsentrasi larutan bahan pengawet, peluang terjadinya retensi yang lebih banyak akan semakin besar sehingga kayu menjadi lebih tahan terhadap serangan faktor perusak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi larutan bahan pengawet, maka peningkatan kelas ketahanan kayu semakin tinggi. 4.2.2 Mortalitas Salah satu parameter lain untuk menilai keampuhan bahan pengawet terhadap serangan rayap tanah adalah mortalitas (jumlah kematian). Persentase mortalitas rayap pada pengujian dihitung dari banyaknya jumlah rayap yang mati selama masa pengujian. Untuk mengetahui pengaruh jenis kayu, metode pengawetan, dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan terhadap mortalitas rayap dilakukan uji statistik dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Faktor metode pengawetan tidak memberikaan perbadaan yang nyata, sedangkan faktor jenis kayu dan penggunaan konsentrasi memberikan perbedaan yang nyata

22 terhadap mortalitas rayap pada pengujian kayu karet, mahoni dan mindi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Mortalitas Rayap Tanah K (%) Karet A Mahoni B Mindi B Karet A Mahoni B Mindi B x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* x±sd* 0 23,5±6,8a 31,1±4,8a 30,9±5,2a 23,5±6,8a 31,1±4,8a 30,9±5,24a 1,5 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 3 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 4,5 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b 100,0±0,0b keterangan : Jenis kayu yang berpangkat huruf besar yang sama tidak berbeda nyata * huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata K = Konsentrasi Bahan Pengawet, SD= Standart Deviasi Berdasarkan Tabel 5 mortalitas rayap tanah pada kontrol lebih rendah dari contoh uji yang diawetkan dengan boron. Untuk kontrol kayu karet, mortalitas yang paling rendah yaitu 23,5%, kemudian kayu mindi 30,9% dan tertinggi kayu mahoni 31,1%. Sebagaimana diketahui kayu karet merupakan jenis kayu yang digunakan sebagai standar metode pengujian efikasi pestisida, karena kayu karet memiliki kualitas dan keawetan yang paling rendah (Anonim 1995). Sedangkan untuk perlakuan pengawetan dengan konsentrasi boron 1,5% keatas, nilai mortalitas rayap tanah sudah mencapai 100%. Kematian rayap diduga karena adanya senyawa boron yang bersifat racun (toksik) bagi rayap. Kematian rayap juga disebabkan oleh perilaku rayap yang beradaptasi terhadap lingkungan tanpa pilihan makanan (no choice) sehingga yang terjadi adalah sifat kanibalistik (rayap sehat memakan rayap yang lemah dalam proses adaptasi). Gay dan Schulz dalam Barly dan Supriana (1999) mengatakan bahwa bahan pengawet yang mengandung persenyawaan boron, beracun terhadap rayap tanah. Bahan pengawet senyawa boron memiliki banyak keuntungan karena dapat mencegah serangga dan jamur, kayu yang diawetkan dengan senyawa boron aman dipakai baik terhadap manusia maupun binatang ternak, tidak berbau dan tidak berwarna, dengan demikian cocok untuk dipakai dalam pengawetan kayu bangunan yang selalu berhubungan dengan manusia seperti barang kerajinan dan peralatan rumah tangga. Bahan pengawet boron ini cukup efektif menahan

23 serangan rayap tanah. Jasni dan Supriana (1992), melaporkan bahwa penelitian dianggap berhasil apabila mortalitas rayap tidak kurang dari 55%. Secara statistik (lampiran 2) pengujian perlakuan jenis kayu dan konsentrasi larutan bahan pengawet terhadap mortalitas rayap tanah sangat signifikan. Hal ini berarti bahwa konsentrasi larutan bahan pengawet boron yang dipakai mampu membunuh rayap tanah sampai 100% jika dibandingkan dengan kontrol. 4.2.3 Derajat Serangan terhadap Rayap Tanah Derajat serangan merupakan salah satu parameter untuk menilai ketahanan kayu. Nilai derajat serangan contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah setelah pengumpanan selama empat minggu pada uji laboratorium dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Derajat Serangan Rayap Tanah K (%) Karet Mahoni Mindi Karet Mahoni Mindi 0 90 70 70 90 70 70 1,5 40 40 40 40 40 40 3 40 40 40 40 40 40 4,5 40 40 40 40 40 40 keterangan : K = Konsentrasi Berdasarkan Tabel 6, derajat serangan rayap tanah pada ketiga jenis kayu untuk kontrol yang tertinggi pada kayu karet dengan derajat serangan bernilai 90 (tingkat D, pada contoh uji terjadi serangan berat), kemudian kayu mahoni dan kayu mindi dengan derajat serangan bernilai 70 (tingkat C, pada contoh uji terjadi serangan ringan). Namun setelah dilakukan pengawetan baik dengan metode rendaman dingin 10 hari maupun metode pengukusan 2 jam dan direndam 2 hari derajat serangannya dengan konsentrasi 1,5-4,5%, derajat serangannya menurun rata-rata bernilai 40 (tingkat B, pada contoh uji terdapat bekas gigitan rayap). Hal ini diduga disebabkan retensi bahan pengawet yang cukup tinggi dan bahan

24 pengawet boron yang bersifat toksik, sehingga rayap tidak dapat menyerang kayu secara besar. Namun masih terjadi serangan yang diduga disebabkan oleh sifat rayap yang suka bergerombol, makan kayu, kemudian terjadi kerusakan kayu akibat diserang rayap tersebut. 4.3. Pengujian Lapangan Hasil pengujian ketiga jenis kayu setelah 3 bulan pengujian terhadap serangan rayap di lapangan dengan metode rendaman dingin dan metode pengukusan ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Derajat Serangan Rayap Tanah Uji Lapang K (%) Karet Mahoni Mindi Karet Mahoni Mindi 0 100 70 70 100 70 70 1,5 100 70 70 100 70 70 3 100 70 70 100 70 70 4,5 100 40 70 100 40 70 keterangan : K = Konsentrasi Pada metode rendaman dingin derajat serangan yang paling tinggi dimiliki oleh contoh uji kayu karet semua konsentrasi yaitu nilainya 100, untuk contoh uji kayu mahoni derajat serangannya bernilai 70 untuk konsentrasi 1,5% dan 3%, sedangkan untuk konsentrasi 4,5% derajat serangannya bernilai 40. Nilai derajat serangan contoh uji kayu mindi untuk tiap konsentrasinya adalah 70. Metode pengukusan, contoh uji kayu karet memiliki derajat serangan yang tinggi yaitu bernilai 100 untuk konsentrasi 1,5%, 3% dan 4,5%. Contoh uji kayu mahoni memiliki derajat serangan yang paling rendah yaitu untuk konsentrasi 1,5% dan 3% bernilai 70, pada konsentrasi 4,5% derajat serangannya bernilai 40. Sedangkan untuk contoh uji kayu mindi memiliki derajat serangan untuk konsentrasi 1,5%, 3%, dan 4,5% bernilai 70. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan derajat serangan pada kayu karet memiliki nilai yang paling tinggi dibanding dengan kayu mahoni

25 maupun mindi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit & Kurniawan (2008) bahwa kayu karet masuk ke dalam kelas V. Kayu mahoni memiliki derajat serangan dengan nilai yang paling rendah diantara kayu karet maupun mindi. Menurut Jasni et al. (2012), sama halnya dengan rayap kayu kering, rayap tanah juga lebih menyukai kayu mindi dari pada kayu mahoni. Hal ini mungkin disebabkan tingginya kandungan selulosa pada kayu mindi. Kandungan selulosa yang merupakan makanan utama rayap pada kayu mindi berkisar 51% dibanding kayu mahoni yang berkisar 47% - 78%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa derajat serangan rayap tanah pada contoh uji di lapang yang dilakukan selama 3 bulan menyebabkan nilai kerusakan pada kayu karet pada semua konsentrasi larutan bahan pengawet sebesar 100, kayu mahoni pada konsentrasi 1,5% dan 3% sebesar 70 dan pada konsentrasi 4,5% sebesar 40, serta kayu mindi untuk semua konsentrasi larutan bahan pengawet sebesar 70. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan bahan pengawet boron tidak cocok untuk dijadikan bahan pengawet kayu untuk penggunaan eksterior, karena dalam waktu 3 bulan kerusakan yang terjadi sangat besar. Sumarni dan Muslich (2004) menyatakan kayu yang dikubur dan diserang rayap di bawah 1,5 tahun termasuk kelas awet V. Dengan demikian karena pengamatan baru tiga bulan, diasumsikan ketiga jenis kayu yang diawetkan maupun tidak baik secara metode rendaman dingin maupun pengukusan hanya mencapai kelas V. Hal ini berarti bahwa bahan pengawet boron tidak berpengaruh terhadap ketahanan ketiga jenis kayu. Ditambah lagi dengan sifat boron yang mudah larut dalam air sehingga mudah tercuci atau luntur atau leaching (Carr 1962 dalam Barly dan Supriana 1999)