BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan. Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana, Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak, 2009). Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan KIA yaitu program pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO, 2002). Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Laporan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan WHO, UNICEF, dan World Bank memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup (Trisnantoro, 2011). Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Selain itu, tingginya angka kesakitan dan kematian bayi disebabkan oleh fasilitas dan infrastruktur yang belum memadai, akses yang belum merata, dan SDM yang terkait dengan pelayanan ibu belum merata distribusinya, kompetensi belum seperti yang diharapkan, dan kerjasama antar SDM yang terkait belum terkordinir dengan baik (Ernilia, 2010). Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya, faktorfaktor yang mendukung pandangan yang positif terhadap pelayan kesehatan antara
lain peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kompetensi petugas, dan peningkatan sarana-prasarana (Handayaningsih, 2008). Salah satunya adalah dengan optimalisasi peran perawat. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki berbagai peran. Kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan idealnya terdapat 12 peran perawat puskesmas. Keterbatasan pengetahuan dan pendidikan yang masih rendah membuat pemerintah hanya menetapkan enam peran yang wajib dijalankan perawat puskesmas yaitu: pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, kordinator dan kolaborator, konselor, dan sebagai panutan. Peranan perawat dalam unit KIA-KB yaitu melakukan kunjungan rumah kasus KIA-KB, pelayanan antenatal, dan membina/ membimbing kader dalam KIA-KB (Depkes, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2012) memperlihatkan bahwa persepsi masyarakat cenderung positif terhadap masing-masing peran perawat dengan jumlah persepsi positif tertinggi terdapat pada peran sebagai panutan, dan persepsi positif terendah pada peran sebagai konselor. Penelitian lain oleh Sianturi (2007) terhadap 53 perawat yang bekerja di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai menunjukkan bahwa peran perawat dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas dikategorikan tidak terlaksana, yang terlaksana dengan baik hanya peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti bagaimana peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi.
2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, maka penting diidentifikasi masalah tentang peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. 4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 4.1 Bagi Puskesmas Hasil penelitian merupakan gambaran peran perawat tentang sejauh mana mereka menjalankan peran dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, sehingga hai ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi puskesmas untuk mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat. 4.2 Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini merupakan fakta yang memberikan masukan bagi para perawat khususnya yang bertugas di Puskesmas sehingga mereka dapat menjalankan tugas sesuai dengan perannya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan mengenai peran perawat puskesmas, yang bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa keperawatan atau pendidikan kesehatan lainnya.