BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Kajian Geografi. a. Pengertian Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

KAJIAN TINGKAT ERODIBILITAS BEBERAPA 02 JENIS TANAH DI PEGUNUNGAN BATURAGUNG DESA PUTAT DAN NGLANGGERAN KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PENTUNG KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB II TINJAUAN UMUM

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga lempeng tersebut menjadikan wilayah Indonesia memiliki potensi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung, banjir, erosi dan tanah longsor. Selain memiliki potensi bencana alam, Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. Pengelolaan dan pemanfaatan alam yang dilakukan manusia tanpa menjaga kelestarian alam merupakan salah satu penyebab erosi tanah. Aktivitas manusia seperti sistem pertanian yang buruk, penggundulan hutan, penambangan, pembukaan lahan untuk pembangunan perumahan dan wilayah industri yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat merusak alam sehingga alam rentan terhadap erosi. Kurangnya kemampuan dan informasi manusia mengenai manajemen bencana, dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda hingga dampak psikologis. Kondisi geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beragam dari bentuk lahan hingga proses-proses alami yang berlangsung. Jenis tanah, struktur batuan, kemiringan lereng dan pengaruh faktor iklim yang berbeda memicu proses erosi yang berbeda di setiap daerah. Salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang intensif mengalami proses erosi dan longsor lahan adalah Kabupaten Gunungkidul. Erosi dan longsor lahan di 1

2 Kabupaten Gunungkidul banyak terjadi di Kecamatan Patuk. Hasil erosi ini banyak bermuara di Sungai Oyo yang kemudian terbawa aliran sungai dan bercampur dengan sedimen lain di Sungai Opak. Hasil penelitian yang dilakukan Santosa, dkk (2004) dalam Merligon (2010) menyatakan bahwa Perbukitan Baturagung memiliki tingkat kerawanan bahaya longsor lahan di Kecamatan Patuk adalah tinggi hingga sedang. Daerah-daerah tingkat kerawanan tinggi terdistribusi pada lerenglereng atas Perbukitan Baturagung dan daerah kerawanan longsor sedang terletak pada lereng-lereng kaki Formasi Nglanggeran. Longsor merupakan indikasi adanya proses erosi karena longsor merupakan salah satu bentuk erosi pengangkutan atau pemindahan volum besar tanah dan prosesnya dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi bumi. Salah satu cara mengetahui indikasi tingkat erosi adalah dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi proses erosi, yaitu tingkat kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain oleh media alami (Sitanala Arsyad, 1989: 30). Proses erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu erosivitas (R), erodibilitas (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor penutup tanah (C), dan faktor pengendali erosi (P). Salah satu faktor yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, yaitu tingkat kepekaan tanah terhadap erosi tanah. Uji erodibilitas perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan fisik tanah menahan kikisan dan

3 pengangkutan partikel-partikel tanah. Menurut Chay Asdak (2007: 360), peranan tekstur tanah terhadap besar kecilnya erodibilitas tanah adalah besar. Tanah dengan partikel agregat besar resistensinya terhadap daya angkut air larian juga besar karena diperlukan energi yang cukup besar untuk mengangkut partikel-partikel tanah tersebut. Sedangkan tanah dengan partikel agregat halus resisten terhadap pengelupasan karena sifat kohesi tanah tersebut juga besar. Beberapa jenis tanah yang terdapat di Sub DAS Pentung, memberikan pengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah, yang mampu memicu terjadinya erosi. Permeabilitas tanah juga menjadi faktor yang mempengaruhi nilai erodibilitas. Kemampuan tanah dalam meloloskan air secara cepat atau lambat menjadikan tanah tersebut akan mudah tererosi ataupun tidak mudah tererosi. Nilai erodibilitas tanah yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan acuan dalam upaya pencegahan erosi. Apabila nilai erosi diperoleh hasil yang melebihi ambang batas, maka harus dilakukan usaha penurunan tingkat erosi dengan memperhatikan pengelolaan lahan yang sesuai. Hal tersebut dimaksudkan supaya tidak terjadi erosi yang semakin besar dan dampak buruk lain. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung atau igir yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Chay Asdak, 2007: 4). Sub DAS Pentung terletak di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul yang alirannya melewati Desa

4 Salam, Desa Patuk, Desa Ngoro-Oro, Desa SemOyo, Desa Beji dan Desa Nglanggeran, Desa Pengkok dan sebagian kecil melewati Desa Putat. Sub DAS Pentung memiliki luas 23,02 km 2. Masyarakat memanfaatkan lahan yang berada di Sub DAS Pentung untuk kebutuhan permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun campuran dan tegalan atau ladang. Debit air yang berada di Sub DAS Pentung bergantung pada curah hujan yang mengguyur wilayah tersebut. Debit air sungai akan naik jika turun hujan deras dalam waktu yang relatif lama dan debit air sungai akan menurun apabila hujan yang turun memiliki intensitas kecil. Wilayah Sub DAS Pentung merupakan bentuk lahan asal proses struktural-denudasional yang termasuk dalam zona Baturagung. Dilihat dari genesisnya Perbukitan Baturagung terbentuk oleh proses pengangkatan. Proses struktural utama pengontrol wilayah ini merupakan proses pengangkatan, pelipatan, dan patahan. Batuan penyusun wilayah kajian merupakan batuan vulkanik tua yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Litologi yang demikian dan ditunjang oleh kondisi morfologi perbukitan dan curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya proses erosi. Bentuk lahan struktural-denudasional terbentuk dan berkembang dari hasil bentuk lahan struktural yang mengalami proses geomorfologis utama denudasional yang meliputi proses pelapukan, erosi, dan gerak massa. Bentuk lahan struktural memiliki susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan pematang bukit memanjang saling sejajar. Morfologi lembah terdapat jenis batuan berupa batu lempung, serpih dan napal.

5 Pematang bukit terdiri dari lapisan batuan yang lebih keras berupa batu pasir, konglomerat, breksi dan batu gamping. Bentuk lahan denudasional merupakan proses yang mengakibatkan pengikisan permukaan bumi sehingga menjadi bentuk lahan yang lebih rendah. Proses eksogenik berperan aktif terutama erosi dan longsoran yang terjadi pada lereng yang curam. Sesuai dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Tingkat Erodibilitas di Sub Daerah Aliran Sungai Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rata-rata curah hujan di Sub DAS Pentung pada tahun 2003 sampai 2012 belum diketahui. 2. Tipe iklim di Sub DAS Pentung belum diketahui. 3. Daerah Patuk sering terjadi longsor dan erosi. 4. Nilai erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung belum diketahui. 5. Pendugaan besar erosi di Sub DAS Pentung belum diketahui. 6. Persebaran tingkat erodibilitas di Sub DAS Pentung belum diketahui. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk memperoleh kedalaman kajian dan menghindari perluasan masalah. Berdasarkan identifikasi, peneliti membatasi masalah pada:

6 1. Belum diketahui nilai erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. 2. Belum diketahui persebaran tingkat erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Berapakah nilai erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul? 2. Di mana persebaran tingkat erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Nilai erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. 2. Persebaran tingkat erodibilitas tanah di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis a. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti sejenis.

7 b. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pemanfaatan tanah dan konservasi. 2. Secara praktis a. Dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai kondisi Sub DAS Pentung. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat di daerah Sub DAS Pentung mengenai bahaya erosi dan usaha konservasi lahan. c. Dapat memberikan pengetahuan tambahan pada mata pelajaran Geografi SMA kelas X semester II, pada Standar Kompetensi: menganalisis unsur-unsur geosfer, Kompetensi Dasar: menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di bumi.