Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG CAMPURAN KELAS II DI SDN PUCANGANOM SIDOARJO

ANALISIS KESALAHAN SISWA SD HANG TUAH 9 CANDI SIDOARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG CAMPURAN

ANALISIS KESALAHAN SOAL UTS ANAK SD KELAS III SDN LOLAWANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN SEDERHANA

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Campuran Kelas III SD Muhammadiyah Wringinanom

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS 1 MI HAYIM ASY ARI JAMBANGAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV UPT SD NEGERI SAMBIBULU DALAM MENYELESAIKAN SOAL SKALA

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Analisis Kesalahan Siswa Kelas III SDN MOJOSARI dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Pecahan

Analisis Kesalahan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHANBILANGAN CACAH

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Analisis Kesalahan Siswa Kelas V Dalam Menyelesaikan Soal Essay UKK 2017 Materi Pecahan Desimal di SDN Tenggulunan

PENERAPAN CTL DENGAN METODE JARIMATIKA UNTUK PENYELESAIAN SOAL PERKALIAN DASAR DI SD NEGERI 1 NGERONG

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

ANALISIS KESALAHAN LATIHAN SOAL MATEMATIKA MENCARI LUAS BANGUN DATAR SEGITIGA PADA SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERTIDAKSAMAAN LINIER

Analisis Kesalahan Siswa kelas IV dalam Menyelesaikan Soal cerita Materi Pecahan di SDN Kolursari 2 Bangil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA BENTUK PECAHAN

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SDN KRIAN 2 DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI PECAHAN

ANALISIS KESALAHAN SOAL UTS SISWA KELAS II SDN JANTI 1 DALAM MENYELESAIKAN SOAL MENGURUTKAN BILANGAN

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Analisis Kesalahan Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Bangil dalam Mengerjakn Soal Materi Pecahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang

Analisis Kesulitan Belajar Perkalian Jarimatika Siswa SDIT El-Haq Buduran Sidoarjo

Analisis Kesalahan Siswa dalam Pemahaman Konsep Bangun Ruang Limas dan Bangun Ruang Prisma

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personal

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL BILANGAN PECAHAN SENILAI DAN MENYEDERHANAKAN BILANGAN PECAHAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS V SDN POPOH DALAM MENYELESAIAKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATERI PERBANDINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENGERJAKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V SE-KECAMATAN LOANO TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN

PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA

Penerapan Experiential Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN PPKN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Colomadu)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Abstrak. Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Prosedur Newman

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Kubus Dan Balok

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

ANALISIS KEMAMPUAN BERDASARKAN RANAH KOGNITIF SISWA AKSELERASI MENYELESAIKAN SOAL MATERI LINGKARAN DI SMP N 7 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL STRUKTUR ALJABAR II

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

Transkripsi:

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban Bella Merryzca Purnama Bella / 148620600181 / 6 / A3 bellamrzc@gmail.com Abstrak Matematika termasuk salah satu dari beberapa mata pelajaran yang selalu berkesinambungan dengan materi selanjutnya, siswa juga merasakan banyak manfaat setelah belajar matematika sebab matematika selalu ada dan digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun ironisnya, tujuan matematika tersebut masih menjadi tugas yang belum dapat terselesaikan dengan lancar dan mudah bagi guru dan para orang tua. Hal tersebut dikarenakan masih terjadi kesalahpahaman siswa dalam memahami materi matematika. Jika siswa tidak menguasai materi yang sedang dipelajari maka susah untuk beranjak melanjutkan ke materi atau bab selanjutnya. Salah satu cara yang efektif dan dapat diterapkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut adalah dengan melakukan analisis kesalahan terhadap materi dengan tingkat kesalahan yang paling tinggi. Tujuan dari penelitian ini ialah menguak secara mendalam jenis-jenis kesalahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran, dalam konteks ini di khususkan dalam perkalian dan pembagian. Subjek penelitian ialah siswa dari SDN Ngaban kelas II semester 1 tahun ajaran 2016-2017 yang terdiri dari 29 siswa. Instrumen yang digunakan adalah hasil tes Ujian Tengah Semester (UTS) yang berbentuk uraian terdiri dari 4 soal cerita operasi hitung campuran perkalian serta pembagian. Menurut data yang diperoleh, kesalahan yang dilakukan siswa mencakup beberapa aspek yaitu kesalahan dalam tiga aspek yakni konsep, prinsip, dan juga operasi. Beberapa faktor penyebab kesalahan antara lain yaitu siswa kurang memahami soal perkalian serta pembagian yang dimodifikasi menjadi bentuk soal cerita, siswa tidak teliti dalam menyelesaikan soal, siswa tidak mampu memahami isi soal, siswa bingung menempatkan perkalian atau pembagian yang sesuai dengan soal. siswa malu bertanya dan mengungkapkan pendapatnya kepada guru saat proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih percaya diri untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya kepada temannya, siswa takut dan tidak menyukai pelajaran matematika karena dianggapnya susah, siswa tidak tahu teknik perkalian dan pembagian, siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal cerita berbentuk uraian. Kata Kunci : analisis kesalahan, jenis kesalahan, faktor kesalahan 1

PENDAHULUAN Matematika merupakan pelajaran inti di segala tingkat pendidikan, terutama di sekolah dasar. Pelajaran matematika sangat berguna dalam kehidupan seharihari. Setiap siswa setidaknya memahami teknik berhitung, baik itu dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk pedoman hidupnya kelak. Matematika merupakan pelajaran yang kontinu dari tingkat awal hingga seterusnya. Jika siswa tidak memahami sedikit dari materi yang sedang dipelajari, maka siswa akan susah untuk mencerna materi selanjutnya. Matematika menuntun siswa untuk menciptakan logika yang kritis, sistematis, dan logis, yang disetarakan dengan tingkat kemampuan siswa masing-masing. Pada usia 7 hingga 11 tahun dalam tahap operasional riil sesuai teori Jean Piaget. Artinya dalam tahap tersebut telah dapat memahami operasi logis dan sistematik dengan bantuan benda benda konkrit atau menghubungkan dengan kegiatan seharihari. Siswa tingkatan SD kelas rendah adalah awal proses pertumbuhan dari segala aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung paling awal yang harus dipahami setiap siswa khususnya siswa di kelas rendah. Siswa kelas II berada dalam tingkatan kelas rendah. Tercantum dalam Depdiknas (2006), matematika ialah pengetahuan umum berlandas pada perkembangan zaman serta berperan penting dalam membentuk karakteristik siswa seperti disiplin, dan mengembangkan pola pikir siswa. Saat ini, perkembangan pesat dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi berlandaskan oleh matematika salah satunya yakni di bidang teori bilangan. Agar kemampuan siswa mumpuni dalam teknologi pada masa yang akan menjelang maka diperlukan penguasaan pelajaran matematika yang dimulai sejak dini. Pemecahan permasalahan dalam pelajaran matematika biasanya diwujudkan melalui soal cerita. Dalam menyelesaikan soal cerita, langkah awal yang harus dilakukan siswa yaitu dapat memahami isi soal cerita tersebut, kemudian memahami kemana arah soal tersebut harus di operasikan secara logis dan sistematis, hingga pada langkah akhir yaitu penyelesaian. Hingga kini, keterampilan pola berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam pelajaran matematika masih terbilang cukup rendah. Fakta yang sering terjadi di sekolah, keterampilan pola pikir siswa dalam mencerna konsep yang 2

diberikan guru lebih lambat yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak menyukai bahkan takut dengan pelajaran matematik. Karena pada dasarnya, siswa pada umur 7-11 tahun akan merasa minder dan putus asa ketika pekerjaan yang ia lakukan tidak membuahkan hasil. Padahal tujuan yang diharapkan setelah siswa belajar matematika, siswa dapat mengaplikasikan teknik-tekniknya dalam kehidupan sehari-hari. Selain masalah tersebut, masalah lain ialah kebiasaan siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan bentuk soal pilihan ganda. Hal tersebut mengakibatkan anak kurang terbiasa dalam berpikir secara skematis. Siswa akan lebih mengutamakan hasil daripada proses. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian penulis yang sedang memberikan uji kompetensi kepada siswa berupa soal uraian tentang operasi bilangan yang di modifikasi menjadi soal cerita yang menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan serta kebingungan dalam proses menyelesaikan soal cerita. Fakta tersebut diperkuat dengan teori dari data hasil dari penyelidikan dari PIRLS atau biasa disebut dengan Progress in International Reading Literacy Study tahun 2011, juga menyimpulkan bahwa keterampilan siswa di Indonesia dalam memahami berbagai model bacaan masih pada posisi dibawah rata-rata yaitu 500, karena siswa di Indonesia masih pada skor 428. Dari hasil hitungan akhir pada hasil UTS siswa kelas II SDN Ngaban tahun ajaran 2016/2017, 23 dari 29 siswa mengalami kesalahan pada soal uraian nomor 24, 25, 29, dan 30 yaitu tentang materi bilangan (perkalian dan pembagian) dengan bentuk soal cerita. Berikut adalah rekapitulasi hasil yang telah dihitung oleh peneliti. Tabel 1. Rekapitulasi Nilai UTS pada Mata Pelajaran Matematika Semester 2 Tahun Ajaran 2016-2017 Nilai No Frekuensi Persentase Interval Huruf 1 85 N < 100 A 4 13,80 2 70 N < 85 B 4 13,80 3 55 N < 70 C 1 3,45 4 40 N < 55 D 6 20,68 5 0 N < 40 E 14 48,27 Jumlah 29 100 3

Berdasarkan tabel 1, 21 dari 29 siswa atau jika di persentasekan sekitar 72.41% dari 100% siswa meraih nilai UTS di bawah kategori B. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesukaran saat pengerjaan soal UTS. Bahan materi yang terdapat dalam UTS tersebut antara lain, penjumlahan bilangan cacah, pengurangan bilangan cacah, perkalian dan pembagian. Rekapitulasi jawaban salah pada hasil UTS siswa yakni sebagai berikut. Tabel 2. Rekapitulasi jawaban salah pada hasil UTS Matematika Semester 2 Tahun Ajaran 2016-2017 Kategori Materi M1 M2 M3 Benar (%) 79 72 21 Salah (%) 19 26 56 Tidak Menjawab (%) 1.9 1.9 22.9 Keterangan : Dalam tabel 2. Jumlah persentase pada materi perkalian dan pembagian menduduki persentase jawaban benar paling rendah yakni 20% diantara materi lain. Ironisnya, persentase salah dan tidak menjawab paling tinggi dibandingkan dengan kedua persentase tersebut pada materi lainnya. Berdasarkan masalah tersebut, cara untuk mengatasi kesukaran yang dialami siswa dapat diatasi dengan teknik menganalisis kesalahan yang terjadi pada setiap siswa dalam menyelesaikan soal cerita agar dapat memperbaiki kesalahannya di kemudian hari, dan kesalahan tidak terbawa hingga dewasa kelak. Selain alasan karena kesalahan M1: Materi Penjumlahan Bilangan Cacah M2: Materi Pengurangan Bilangan Cacah M3: Materi Perkalian dan Pembagian terbanyak siswa dalam menjawab soal UTS terdapat pada materi bilangan khususnya perkalian dan pembagian, peneliti berfokus pada materi tersebut karena memecahkan soal cerita hingga menyelesaikannya termasuk soal yang sangat penting untuk siswa memahaminya. Dimana pada materi ini siswa harus memahami dan mengasah keterampilan pola pikir, mencari solusi, dan langkah untuk menempatkan simbol matematika dengan tepat. Menurut Hanifah (2009), kesukaran yang paling dominan dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita ialah kesukaran dalam memahami isi dari soal cerita. Jika dilakukan analisis 4

kesalahan lebih dalam untuk mengetahui jenis dan faktor penyebab terjadinya kesalahan yang banyak dilakukan oleh siswa, maka akan sangat efektif untuk mengatasi kesalahan yang terjadi pada materi tersebut. Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini, dapat jadi jembatan bagi guru untuk mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh siswanya, sehingga guru dapat mengambil solusi yang tepat untuk mengatasi siswa seperti itu. Tujuan diajarkan matematika khususnya dalam soal cerita terkait perkalian dan pembagian pada materi bilangan yang berfokus di operasi hitung perkalian dan pembagian yaitu agar siswa dapat memahami permasalahan yang sedang dihadapi sekaligus memecahkan masalah dan menyelesaikan soal dengan solusi yang didapatkan. Sehingga siswa akan mudah untuk memecahkan dan menyelesaikan soal masalah dengan tepat, dan dapat melanjutkan materi selanjutnya dengan mudah. Selain itu, siswa akan membawa ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam bertransaksi jual beli dan sebagianya. Dengan mengetahui tujuan matematika tersebut, maka dalam diri siswa pasti akan tumbuh minat belajar matematika, percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan pembahasan diatas, kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita perkalian dan pembagian perlu di perhatikan dan di teliti berupa analisis kesalahan. Analisis kesalahan merupakan penelitian yang mengidentifikasi tentang kesalahankesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal terkait materi tersebut. Penelitian analisis kesalahan yang dilakukan yaitu dengan menggali secara mendalam jenis beserta faktor penyebab kesalahan tersebut. A. Objek Soal Cerita Operasi Hitung Campuran Perkalian Dan Pembagian Menurut Abidin (1989:10), soal cerita ialah soal yang ditulis dalam bentuk cerita pendek, dimana cerita yang diceritakan merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Haji (1994:13), soal yang dipakai sebagai acuan untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran matematika dapat berbentuk sebuah cerita. Dalam hal ini, soal cerita adalah modifikasi soal hitungan terkait dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. B. Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Operasi Hitung Campuran Setiap siswa mempunyai kemampuan intelektual atau ketelitian yang berbedabeda, di sisi lain, soal cerita pada matematika umumnya memiliki tahapan 5

penyelesaian. Sehingga banyak kemungkinan ketika siswa menyelesaikan suatu soal pasti akan melakukan kesalahan pada masing-masing tahapan tersebut. Kesalahan dalam memecahkan soal cerita pada mata pelajaran matematika yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata terkadang dituangkan melalui bentuk soal cerita. Haryono (1988), kesalahan dalam mengerjakan soal cerita dalam pelajaran matematika mencakup kesalahan konsep dan kesalahan bukan konsep. Kesalahan konsep ialah kesalahan yang diterapkan oleh siswa sebab salah mendefinisikan konsep, operasi, serta kesalahan pada penerapannya. Disisi lain, kesalahan bukan konsep ialah kesalahan yang diterapkan siswa sebab salah dalam mengkalkulasi yang tidak prinsip. Menurut Sukirman (1985), mengartikan kesalahan sama dengan menyalahi aturan terhadap hal yang benar yang bersifat sistematis, konsistensi, ataupun isidental. Kesalahan bersifat sistematis dan konsistensi dikarenakan oleh kemampuan para siswa, sedangkan kesalahan bersifat isidental tidak disebabkan oleh kemampuan para siswa. Dari pendapat tersebut kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita diartikan sebagai penyimpangan sebuah jawaban siswa dari jawaban yang sesungguhnya atau tepat. Kesalahan tersebut terjadi disebabkan kurangnya kecakapan siswa dalam menguasai materi, tidak disengaja, ataupun tidak menjawab dari soal. Sukirman (1985), menjabarkan jenis kesalahan antara lain sebagai berikut: (1) kesalahan konsep, ialah kesalahan yang sama dengan penggunaan konsep yang dipakai dalam materi, (2) kesalahan prinsip, ialah kesalahan yang sama dengan hubungan dua objek ataupun lebih, (3) kesalahan operasi, ialah kesalahan dalam melakukan perhitungan hasil akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesalahan prinsip dan kesalahan operasi tergolong dalam kesalahan bukan konsep. Di sisi lain, Kastolan (dalam Sahriah, dkk, 2012) membagi jenis kesalahan dalam kesalahan konsep dan juga kesalahan prosedural. Kesalahan konsep menurut Kastolan merupakan kesalahan yang dilakukan peserta didik untuk mendefinisikan istilah, konsep, dan juga prinsip, ataupun kesalahan dalam memakai istilah, konsep, dan prinsip. Kesalahan prosedural ialah kesalahan untuk menyusun langkah hierarki serta sistematis dalam menjawab pertanyaan. Pendapat menurut Sukirman dan Kastolan terdapat kesinambungan makna satu sama lain, tapi berbeda dalam mengkategorikan jenis kesalahannya, dianalisis bahwa kesalahan konsep menurut Kastolan mengandung 6

unsur dalam kesalahan prinsip menurut Sukirman. Sementara itu, kesalahan prosedural menurut Kastolan dapat diketahui melalui kesalahan prinsip, konsep, dan juga operasi menurut Sukirman dari langkah pengerjaan soal. Pada akhirnya, jenis kesalahan menurut Sukriman lebih rinci untuk mengerti jenis kesalahan menurut Kastolan. Maka dari itu, jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam operasi hitung campuran khususnya perkalian dan pembagian pada penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yaitu, kesalahan konsep, kesalahan prinsip, serta kesalahan operasi. Faktor penyebab kesalahan yang diterapkan siswa untuk menyelesaikan soal matematika dapat diartikan sebagai faktor kesukaran yang dialami siswa. Hal ini dikarenakan siswa yang mengalami kesukaran dalam menyelesaikan soal kemungkinan akan melakukan sebuah kesalahan dalam menjawab. Sebaliknya, siswa yang kurang tepat dalam menjawab soal kemungkinan sebelumnya mengalami kesukaran. Menurut Tall (dalam Ciltas & Tatar, 2011), mengungkapkan alasan kesukaran belajar dalam mempelajari pelajaran matematika secara umum adalah sebagai berikut: (1) ketidak-cukupan konsep dasar yang dimiliki oleh siswa, (2) ketidakmampuan memformulasikan masalah dengan lisan, (3) keterbatasan kemampuan dalam aljabar, geometri, dan trigonometri. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Amir (2015), merupakan penelitian yang relevan dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif untuk menguak secara mendalam jenis serta faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran khususnya perkalian dan pembagian. Subjek penelitian disini yaitu siswa dari SDN Ngaban kelas II semester 2 tahun ajaran 2016-2017 yang terdiri dari 29 siswa. Ruang lingkup pembahasan materi operasi hitung campuran dalam penelitian ini menyesuaikan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) kelas II SDN Ngaban yakni tentang soal cerita operasi hitung campuran yaitu perkalian dan pembagian. Dalam usaha mendapatkan sebuah data penelitian ini, teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan di lapangan yaitu sebagai berikut: (1) Hasil tes UTS, tes ini terdiri dari beberapa materi tetapi peneliti fokus pada materi pemecahan soal cerita operasi hitung campuran khususnya perkalian dan pembagian pertidaksamaan berbentuk uraian yang digunakan untuk mendiagnostik faktor, letak dan jenis kesalahan siswa, tes ini divalidasi wali 7

kelas II SDN Ngaban yakni Churin, S.Pd. (2) dokumentasi semua hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan tes. (3) wawancara kepada wali kelas serta subjek penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara untuk menggali informasi lebih dalam dari hasil tes tulis subjek, dan dapat mengetahui faktor dan penyebab kesalahan tersebut hingga bisa terjadi. Hasil tes 29 subjek dikategorikan berdasarkan jenis-jenis kesalahan yang dilakukan, selanjutnya dipilih secara random 1 subjek yang mewakili kesalahan untuk diwawancarai lebih lanjut. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan tahap-tahap antara lain yaitu, reduksi data, penyajian data, dan simpulan (Miles and Huberman, 1994). Proses analisis tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Reduksi data Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan dalam proses memilih, menyederhanakan, mengkategorikan, dan menajamkan data yang diperoleh dari hasil tes serta wawancara subjek tujuannya agar memperoleh data sesuai dengan kebutuhan peneliti. Data berupa hasil tes akan disajikan berdasarkan kategori jawaban benar, salah, dan tidak menjawab. Pada jawaban yang salah akan disajikan lagi berdasarkan kategori jenis kesalahan yaitu kesalahan konsep, prinsip, dan operasi. 2. Penyajian data Dalam langkah ini, data tes maupun hasil dari wawancara subjek telah tersusun berdasarkan kategori jawaban serta jenis kesalahan sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil suatu kesimpulan atau simpulan terkait faktor penyebab dan jenis kesalahan. 3. Simpulan Di langkah ini, peneliti membuat penarikan simpulan dari data tes serta wawancara yang sudah disajikan agar memperoleh kesimpulan terkait jenis-jenis kesalahan dan juga faktor-faktor penyebabnya. Untuk memastikan keabsahan data penelitian, peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu dengan cara memeriksa data kepada subjek yang sama tetapi dengan langkah yang berbeda tidak lain yaitu tes, wawancara, dan observasi (Sugiyono, 2013). HASIL DAN PEMBAHASAN Dibawah ini adalah hasil dari jawaban 29 subjek menurut kategori jawaban benar, salah, serta tidak dijawab. Adapun data tersebut disajikan dalam tabel berikut: 8

Tabel 3. Persentase Jawaban Subjek Menyelesaikan Soal Cerita Operasi Hitung Campuran Perkalian dan Pembagian Kategori Nomor Soal 24 25 29 30 Jika dilihat berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa hitungan persentase di bar salah dari hasil pengerjaan siswa yang dilakukan subjek pada nomor 24, 25, 29, dan 30 sebesar 81%, 94%, 89%, dan 89%. No 1 Benar (%) 8 3 5 5 Salah (%) 81 94 89 89 Tidak Menjawab (%) 2.3 2.3 1.2 0 Bisa dilihat rasio dari kesalahan yang dilakukan oleh subjek yaitu sekitar 88%. Kesalahan yang dilakukan siswa tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenisjenis kesalahan yaitu sebagai berikut: Tabel 4. Kesalahan Subjek saat Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Soal Ibu mempunyai 48 bungkus coklat. Coklat tersebut dimasukkan ke dalam 6 toples dengan jumlah yang sama. Banyaknya coklat dalam setiap toples adalah... Jenis kesalahan Kesalahan konsep Kesalahan prinsip Kesalahan Operasi Salah memahami isi soal Tidak teliti dalam mengerjakan simbol operasi hitung perkalian operasi pengurangan Salah dalam perhitungan pembagian Tidak menguasai teknik perkalian 2 Vira memiliki 6 pohon mawar. Tiap pohon berbunga 4. Untuk menghias ruangan, tiap ruangan diberi 3 mawar. Banyaknya ruangan yang dihias adalah... Salah memahami isi soal Salah menerjemahkan soal ke dalam model matematika simbol operasi hitung perkalian operasi pengurangan Tidak menguasai teknik perkalian dan pembagian Kurang tepat dalam penghitungan hasil akhir 3 4 Ami mempunyai 36 permen. Permen tersebut diberikan kepada 4 temannya dengan jumlah sama banyak. Berapa permen yang diterima oleh setiap temannya? Ayah membeli 6 kotak permen. Tiap kotak berisi 4 permen. Permen tersebut dibagikan kepada 2 anaknya dengan jumlah sama banyak. Berapa permen yang diterima oleh setiap anaknya? Salah memahami isi soal Salah menerjemahkan soal ke dalam model matematika Salah memahami isi soal Salah menerjemahkan soal ke dalam model matematika simbol operasi hitung perkalian operasi pengurangan simbol operasi hitung perkalian operasi pengurangan Kurang tepat dalam penghitungan hasil akhir Tidak menguasai teknik pembagian Kurang tepat dalam penghitungan hasil akhir Tidak menguasai teknik perkalian dan pembagian 9

Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa seperti kesalahan konsep, prinsip, serta operasi di Tabel 4 akan dikupas dalam pembahasan lebih lanjut yakni sebagai berikut : 1. Kesalahan konsep a. Salah memahami isi soal Kesalahan dalam memahami soal ini terjadi ketika subjek lemah dalam menentukan operasi hitung yang digunakan sesuai soal. Salah memahami soal ini merupakan kesalahan paling banyak yang dilakukan mulai dari soal 24, 25, 29, dan 30 oleh subjek, kesalahan yang dilakukan sekitar 95%, siswa tidak dapat memahami makna atau isi soal dengan baik dan tepat. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami materi yang telah dipelajari. Siswa tidak mengetahui dan memahami isi soal. Selain itu, siswa juga kurang berlatih dalam mengerjakan soal cerita semacam ini. Subjek belum bisa mandiri untuk mengerjakan soal semacam ini karena terlihat ketika subjek selalu bertanya pada soal semacam ini. b. Tidak teliti dalam mengerjakan Kesalahan ini hanya dilakukan subjek pada soal nomor 24 saja. Subjek yang melakukan kesalahan tersebut cukup banyak, atau sekitar 45%, tetapi lebih sedikit dari kesalahan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan siswa tergesa-gesa dengan waktu yang tersisa sedikit, siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan sehingga hilangnya konsentrasi subjek yang berdampak pada penghitungan hasil akhir subjek. Ketergesa-gesaan tersebut selain dikarenakan terbatasnya waktu, juga karena subjek yang lain telah mengumpulkan lembar jawaban ke depan. c. Salah menerjemahkan soal ke dalam model matematika Selain subjek tidak memahami materi, kesalahan ini dikarenakan subjek tidak mengetahui apa yang ditanyakan dan diketahui dalam soal. Sehingga subjek bingung dalam menentukan operasi hitung. Hal tersebut dikarenakan murid tidak mampu dalam mengaplikasikan soal ke model matematika. Kesalahan ini terlihat di semua soal, kecuali soal nomor 24. Sekitar 95% dari subjek melakukan kesalahan tersebut. Selain kurang memahami materi dan menerjemahkan soal, subjek juga kurang berlatih akan teknik soal-soal semacam ini. 2. Kesalahan prinsip a. Salah menggunakan simbol operasi hitung 10

Kesalahan semacam ini terjadi di semua soal, mulai dari soal awal hingga akhir. Kesalahan ini juga banyak dilakukan oleh subjek, yakni sekitar 90%. Subjek bingung cenderung tidak dapat menempatkan operasi hitung dengan tepat sesuai soal. Bahkan, operasi hitung diluar materi juga terbawa dalam pengerjaan soal tersebut. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya subjek berlatih soal-soal dan uji kompetensi dari, lemahnya logika subjek dalam memahami soal yang dituliskan ke dalam simbol operasi hitung perekalian dan pembagian. 3. Kesalahan operasi a. Kurang tepat dalam perhitungan hasil akhir Kesalahan ini dapat dilihat bahwa banyak dilakukan di semua nomor. Banyak subjek yang melakukan kesalahan ini yaitu sekitar 92% dari banyaknya subjek. Kesalahan dalam perhitungan hasil akhir dikarenakan subjek kurang teliti dalam mengerjakan perhitungan. Selain itu, subjek kurang menguasai teknik perkalian dan pembagian dengan baik serta tepat. Siswa kurang berlatih akan soal-soal perkalian dan pembagian. siswa masih lupa akan sisa, simpan, dan semacamnya yang diterapkan pada tahap perkalian. b. Tidak menguasai teknik perkalian dan pembagian Kesalahan ini dilakukan subjek di semua nomor. Sekitar 90% siswa melakukan kesalahan semacam ini. Hal ini disebabkan karena subjek kurang memahami teknik yang ada dalam perkalian dan pembagian. Selain itu, subjek kurang berlatih dan kurang mengasah kemampuannya terhadap soal-soal tentang perkalian dan pembagian. Sehingga kesalahan ini sering terjadi di setiap soal. Pada saat materi berlangsung subjek tidak berani melemparkan pertanyaan yang membuatnya kurang paham akan materi tersebut dan subjek lebih sering dan berani bertanya pada teman sekelasnya untuk kemudian dijelaskan oleh yang ditanya. Oleh karena itu, dibutuhkan tim dimana dalam satu tim harus ada tim ahli yang mewakili untuk menjelaskan ke dalam tim masing-masing. SIMPULAN Dari bagian pada hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa 11

masing-masing dari kesalahan konsep, prinsip, serta operasi yang dilakukan oleh siswa yaitu sebagai berikut: (1) Kesalahan konsep meliputi salah memahami isi soal, salah menerjemahkan soal ke dalam model matematika, tidak teliti dalam mengerjakan. (2) Kesalahan prinsip pada hal ini yaitu salah menggunakan simbol operasi hitung. (3) Kesalahan operasi meliputi kurang tepat dalam perhitungan hasil akhir, tidak menguasai teknik perkalian dan pembagian. (4) Faktorfaktor penyebab kesalahan yaitu siswa kurang memahami materi pra-syarat operasi hitung campuran khusunya dalam konteks soal cerita, siswa tidak teliti dalam memahami dan menyelesaikan soal, siswa malu bertanya kepada guru ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung, siswa lebih percaya diri bertanya kepada teman sekelasnya, siswa tidak menyukai cenderung takut terhadap matematika pada tingkatan kelas sebelumnya, siswa hanya bergantung pada guru dan selalu bertanya prosesnya tanpa mencoba untuk berlatih secara mandiri, siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal non rutin. DAFTAR PUSTAKA Amir, M. F. (2015). Analisis Kesalahan Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linier. Jurnal Edukasi, 1(2), 2443-0455. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Winarni, E.S dan Harmini, S. (2012). Matematika untuk PGSD. Bandung: Rosdakarya 12