Kata Kunci: C. gloeosporioides, Konsentrasi, Waktu Aplikasi, Morinda citrifolia L., Carica papaya L.

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

Alumni Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. BAHAN DAN METODE A.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Alumni Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Koloni bakteri endofit

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

II. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

II. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA EKSTRAK DAUN KAYU MANIS DAN UJI EFEKTIVITAS TERHADAP BEBERAPA JENIS JAMUR FUSARIUM SECARA IN VITRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 4, No. 1, Januari 2015

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Malang, dan Laboratorium Sentra Ilmu Hayati Universitas. Brawijaya. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus LINK.

Transkripsi:

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI DAN WAKTU APLIKASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum gloeosporioides) PADA BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) EFFECTIVENESS OF DIFFERENT CONCENTRATION AND TIME OF APPLICATION EXTRACTS OF NONI TO ANTHRACNOSE (Colletotrichum gloeosporioides)on PAPAYA (Carica papaya L.) Irma Wahyuni 1 Buni Amin 1 M. Abduh Ulim 1 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi dan waktu aplikasi yang efektif dalam menekan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. gloeosporioides pada buah pepaya, serta untuk mengetahui interaksi antara kedua perlakuan yaitu konsentrasi dan waktu aplikasi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor, faktor yang pertama konsentrasi (K) dan faktor yang kedua waktu aplikasi (W). Perlakuan Konsentrasi terdiri dari (Kontrol, 10%, 20%, 30%, 40%) dan waktu aplikasi satu hari sebelum inokulasi (W1) bersamaan inokulasi (W2) satu hari setelah inokulasi (W3). Parameter yang diamati adalah masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi yang efektif dalam menghambat perkembangan jamur C. gloesporioides adalah 40% dan 30% terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu tidak menunjukkan pengaruh terhadap masa inkubasi, diameter bercak, dan keparahan penyakit yang disebabkan oleh C. gloeosporioides. Waktu aplikasi satu hari sebelum inokulasi cenderung lebih baik dibandingkan dengan bersamaan inokulasi, dan satu hari setelah inokulasi. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi dengan perlakuan waktu aplikasi terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Kata Kunci: C. gloeosporioides, Konsentrasi, Waktu Aplikasi, Morinda citrifolia L., Carica papaya L. Abstract. The purpose of this study to determine the concentration and time of application are effective in suppressing anthracnose caused by the fungus C. gloeosporioides on papaya fruit, and to investigate the interaction between the two treatments, the concentration and time of application. The design used in this study is completely randomized design (CRD) factorial consisting of two factors, the first factor concentration (K) and the second factor is the time of application (W). The treatment consists of a concentration (Control, 10%, 20%, 30%, 40%) and application time one day before the inoculation (W1) together inoculation (W2) one day after inoculation (W3). The parameters measured were the incubation period, the diameter of spotting and severity of disease. Results from the study showed that the concentrations effective in inhibiting the development of the fungus C. gloesporioides was 40% and 30% of the incubation period, the diameter of spotting and severity of disease. Time application noni fruit extract showed no influence on the incubation period, the diameter of spotting, and severity of disease caused by C. gloeosporioides. Application time one day before inoculation tends to be better compared to the same inoculation, and one day after inoculation. There is no interaction between treatment concentration with the treatment time of application of the incubation period, the diameter of spotting and severity of disease. Keywords: C. gloeosporioides, concentration, time of application, Morinda citrifolia L., Carica papaya L. Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 101

PENDAHULUAN Pepaya merupakan buah lokal yang merakyat. Sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan dunia mengenal buah pepaya. Pepaya banyak dibutuhkan oleh pasar tradisional, swalayan dan supermarket. Pepaya banyak dicari masyarakat karena memiliki daging buah yang segar dan lembut. Pola hidup sehat dikalangan masyarakat saat ini semakin meningkat, semakin memahami pentingnya konsumsi gizi diantaranya melalui buah. Buah pepaya memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dibandingkan dengan vitamin C pada jeruk. Produksi buah pepaya di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 906.312,00 ton dan meningkat mencapai 909.827,00 ton pada tahun 2013, sedangkan tahun 2014 menurun drastis 840.119,00 ton. Di Provinsi Aceh, produksi buah pepaya sangat rendah dengan pencapaian hanya rata-rata 1,24% periode tahun 2012-2014 dari total produksi pepaya di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2015). Produksi buah pepaya tahun 2012-2014 mengalami fluktuasi, karena beberapa hal, salah satunya disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides penyebab utama kehilangan hasil pasca panen pada buah pepaya (Kementan, 2011). Gejala serangannya dapat muncul pada saat pengiriman atau ketika dipasarkan, gejala pascapanen umumnya timbul ketika buah sedang dalam transportasi, pemasaran atau penyimpanan. Gejala lain pada buah muda berbentuk luka kecil yang ditandai dengan adanya getah yang keluar dan mengental. Pada buah yang mengkal tampak berupa bulatan-bulatan kecil berwarna gelap, jika buah bertambah masak, bulatan tersebut membentuk cekungan (Sobir, 2009). Penggunaan pestisida nabati merupakan cara untuk meminimalisir penggunaan pestisida sintetis. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang kemudian diekstraksi, diproses, atau dibuat menjadi konsentrat yang tidak merubah struktur kimianya (Novizan, 2002). Ekstrak buah mengkudu adalah merupakan salah satu fungisida nabati yang dapat mengendalikan penyakit antraknosa pada buah pepaya. Kandungan senyawa kimia dalam buah mengkudu yaitu Anthraquinon dan Scopoletin (Bangun dan Sarwono 2002). Menurut Djauhariya dan Rosman (2004), Anthraquinon adalah zat yang bersifat anti bakteri, dan Scopoletin bersifat fungisida terhadap jamur patogen pada tanaman. Namun sejauh ini belum diketahui konsentrasi dan waktu aplikasi serta interaksi keduanya untuk mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. gloeosporioides pada buah pepaya. Berdasarkan hal tersebut pemberian ekstrak buah mengkudu pada tingkat konsentrasi dan waktu aplikasi tertentu diharapkan efektif menekan perkembangan penyakit antraknosa pada buah pepaya. METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman Program Studi Proteksi Tanaman dan Laboratorium Analisis Pangan Program Studi Teknik Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 102

Aceh. Waktu pelaksanaan Penelitian November sampai dengan Desember 2015. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5 x 3 yaitu konsentrasi 5 taraf dan waktu aplikasi 3 taraf dengan 3 ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Apabila uji F menunjukkan pengaruh nyata, maka analisis diteruskan dengan uji lanjut Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) Media Potato Dextrose Agar (PDA) ditimbang sebanyak 10 g dengan menggunakan timbangan analitik kemudian dicampurkan dengan aquades sebanyak 250 ml ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya larutan tersebut diaduk secara memutar menggunakan tangan kemudian disterilkan menggunakan autoclave beserta alat-alat yang digunakan untuk penelitian pada suhu 121 C selama 30 menit. Alat yang digunakan seperti gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer dan cawan petri juga disterilkan untuk menghindari kontaminasi dengan jamur lain. Media PDA yang telah steril tersebut dituangkan ke dalam petridish masingmasing sebanyak 25 ml dan dibiarkan selama 15 menit. Isolasi Jamur C. gloeosporioides Isolat jamur C. gloeosporioides diperoleh dari buah pepaya yang menunjukkan gejala penyakit antraknosa, bagian yang bergejala patogen tersebut dipotong dengan ukuran 1 cm, kemudian dicuci permukaannya dengan mencelupkan ke dalam aquades steril. Selanjutnya potongan tersebut ditumbuhkan ke dalam cawan petri yang berisi media PDA. Tiap cawan petri disusun terpisah 4 potongan buah pepaya yang bergejala penyakit antraknosa. Alat yang akan digunakan seperti cawan petri, corkborer tersebut sterilisasi ke dalam autoclave dengan suhu 121 C selama 30 menit. Miselium jamur yang tumbuh direisolasi pada media PDA dan diinkubasi selama 3 hari. Hasil dari reisolasi diidentifikasi secara mikroskopis untuk memastikan isolat yang didapat merupakan jamur C. gloeosporioides. Ekstraksi Buah Mengkudu Buah mengkudu sebanyak 10 kg yang mengkal kemudian dicuci dengan air yang mengalir, dan dihaluskan dengan menggunakan blender, selanjutnya dikeringkan anginkan selama 3 hari, kemudian diekstrak dengan metode maserasi yaitu dengan cara merendam simplisia ke dalam pelarut polar methanol, larutan tersebut disaring kemudian dituangkan ke dalam soxhlet pada suhu 60 C selama 2 jam. Filtrat yang dihasilkan kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 60 C selama 4 jam, sampai menghasilkan ekstrak murni. Ekstrak murni tersebut kemudian diencerkan menjadi, 10%, 20%, 30%, 40% dan kontrol menggunakan aquades. Teknik Inokulasi pada Buah Pepaya Teknik inokuasi pada buah pepaya dengan perlukaan permukaan buah menggunakan jarum steril pada 3 titik, pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah. Potongan jamur C. gloeosporioides berukuran diameter 0,5 cm, ditempel Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 103

pada permukaan buah pepaya yang telah dilukai, kemudian diletakkan ke dalam kotak plastik yang steril yang telah diberi alas kapas lembab, ditutup rapat. Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu Aplikasi ekstrak buah mengkudu berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi pada buah pepaya. Sebelum dilakukan pengaplikasian, terlebih dahulu ekstrak buah mengkudu diencerkan menggunakan aquades sesuai dengan konsentrasi. Pengenceran ekstrak buah mengkudu dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Konsentrasi 10% (10 g liquid buah mengkudu/90 ml aquades) 2. Konsentrasi 20% (20 g liquidbuah mengkudu/80 ml aquades) 3. Konsentrasi 30% (30 g liquid buah mengkudu/70 aquades) 4. Konsentrasi 40% (40 g liquid buah mengkudu/60 ml aquades) 5. Kontrol (100 ml aquades) Waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu yang digunakan antara lain, satu hari sebelum inokulasi (W1), bersamaan dengan inokulasi (W2) dan satu hari setelah inokulasi (W3). Penyemprotan ekstrak buah mengkudu menggunakan sprayer dengan jarak berkisar 30 cm dari buah. Parameter yang diamati 1. Masa inkubasi jamur C. gloeosporioides pada buah pepaya diamati buah pepaya diinfeksi penyakit sampai menunjukkan gejala pertama pada buah. 2. Pengamatan terhadap diameter bercak pada setiap buah, diamati pada 2 HSI, 3 HSI, 4 HSI dan 5 HSI. Diameter bercak diukur dengan menggunakan mistar. 3. Keparahan Penyakit, menurut Hamdayanty et al. (2012) dihitung dengan rumus: KP = n x v N x V x 100% Keterangan: n : Jumlah sampel perkategori v : Skor keparahan N : Jumlah sampel yang diamati V : Skor tertinggi Skor tiap kategori serangan: 0 : Tidak Bergejala 1 : Bercak ringan pada buah(1-25%) 2 : Bercak sedang pada buah (26-50%) 3 : Bercak sedang disertai busuk ringan (51-75%) 4 : Bercak luas dan busuk pada buah (76-100%) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit untuk mengetahui konsentrasi dan waktu aplikasi yang efektif dalam menekan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. gloeosporioides pada buah pepaya, serta untuk mengetahui interaksi antara keduanya yaitu Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 104

konsentrasi dan waktu aplikasi. Masa Inkubasi Tabel 1. Masa inkubasi C. gloesporioides pada buah pepaya akibat perlakuan berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu Perlakuan Masa Inkubasi (Hari) Konsentrasi Kontrol 2,22c Konsentrasi 10% 2,56bc Konsentrasi 20% 2,78ab Konsentrasi 30% 2,89ab Konsentrasi 40% 3,00a Waktu Aplikasi Satu hari sebelum inokulasi 2,80 Bersamaan inokulasi 2,73 Satu hari setelah inokulasi 2,53 Berdasarkan Tabel 1, dapat dijelaskan masa inkubasi tercepat adalah perlakuan kontrol yaitu 2,22 hari sedangkan masa inkubasi terlama terdapat pada perlakuan konsentrasi 40% yaitu 3,00 hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 30% yaitu 2,89 hari dan 20% yaitu 2,78 hari. Hal ini disebabkan oleh pemberian ekstrak buah mengkudu pada buah pepaya yang berfungsi sebagai anti fungi yang dapat menghambat penetrasi jamur ke dalam buah pepaya. Fungisida nabati dari ekstrak buah mengkudu yang mempunyai sifat anti fungi dan anti bakteri, Djauhariya dan Rosman (2004) menyatakan bahwa senyawa Scoolotetin dan Antrhaquinon yang sangat berperan melawan patogen penyebab penyakit antraknosa. Ekstrak buah mengkudu bersifat sistemik, fungisida nabati yang telah diaplikasikan pada tanaman diabsorsi oleh organ tanaman kemudian ditranslokasi keseluruh bagian tanaman, sehingga bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak buah mengkudu mengarah pada pusat infeksi sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang telah menyerang. Griffin, (1981) menambahkan bahwa senyawa anti fungi tersebut dapat menggangu metabolisme energi dalam mitokondria. Metabolisme energi dalam mitokondria dapat terhambat dengan terganggunya transfer elektron akan mengurangi transfer oksigen sehingga dapat menggangu fungsi dari siklus asam trikarbosilat, yang dapat memperlambat pembentukan ATP dan ADP pada sel jamur. Waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu tidak berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi jamur C. gloeosporioides, hasil pengamatan menunjukkan bahwa waktu aplikasi satu hari sebelum inokulasi (W1) yaitu 2,80 hari cenderung lebih lama masa inkubasinya dibandingkan dengan bersamaan inokulasi (W2) yaitu 2,73 hari dan satu hari setelah inokulasi (W3) yaitu 2,5 hari. Interval waktu Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 105

aplikasi dengan inokulasi jamur sangat rentan, hal tersebut menyebabkan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi jamur C. gloeosporioides. Hal ini disebabkan oleh senyawa Scopoletin dan Antrhaquinon yang berfungsi sebagai anti fungi sehingga membatasi penetrasi jamur ke dalam buah (Bangun dan Sarwono, 2002) Diameter Bercak Tabel 2. Diameter Bercak C. gloesporioides pada buah pepaya akibat perlakuan berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu Perlakuan Konsentrasi Pengamatan Diameter Bercak (cm) 2 HSI 3 HSI 4 HSI 5 HSI Kontrol 1,83c 3,70c 5,17c 8,27c Konsentrasi 10% 1,03bc 3,12bc 4,78bc 7,71c Konsentrasi 20% 0,47bc 2,47bc 4,37b 6,82b Konsentrasi 30% 0,19ab 2,46ab 4,23ab 6,16ab Konsentrasi 40% 0,00a 1,97a 3,74a 5,56a Waktu Aplikasi Satu hari sebelum inokulasi 0,51 2,59 4,27 6,57 Bersamaan inokulasi 0,57 2,65 4,44 6,87 Satu hari setelah inokulasi 1,03 2,99 4,66 7,27 Berdasarkan Tabel 2, pengamatan diameter bercak pada 2 HSI, 3 HSI, 4 HSI dan 5 HSI konsentrasi ekstrak buah mengkudu terbaik dalam menghambat perkembangan jamur C. gloesporioides terdapat pada perlakuan konsentrasi 40% sedangkan yang menunjukkan diameter bercak terbesar terdapat pada perlakuan kontrol. Terhambatnya diameter bercak pada buah pepaya disebabkan oleh ekstrak buah mengkudu yang dapat menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides. Murdianti et al. (2000) menyatakan buah mengkudu yang diekstraksi dengan methanol menghasilkan senyawa kimia, diantaranya yaitu Alkaloid, Flavonoid, Antrhaquinon, Saponin dan Scopoletin, sedangkan buah mengkudu yang diekstraksi dengan air yaitu Tannin, Saponin dan gula. Djauhariya dan Rosman (2004) menjelaskan bahwa seyawa yang berfungsi sebagai anti fungi yaitu, Antrhaquinon dan Scopoletin, senyawa tersebut dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat merusak sel jamur. Menurut Djafaruddin (1996) bahwa jamur patogen tumbuhan dapat mensintesis berbagai senyawa diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Lenny (2006) Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 106

menambahkan senyawa kimia Alkaloid, Flavonoid, Antrhaquinon dan Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai perlindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Waktu aplikasi satu hari sebelum inokulasi lebih baik dari pada perlakuan waktu aplikasi bersamaan inokulasi dan satu hari setelah inokulasi. Waktu aplikasi bersamaan inokulasi dalam penelitian ini kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur, diduga rentannya waktu pengaplikasian ekstrak buah mengkudu dengan inokulasi jamur sehingga jamur cepat terinfeksi ke dalam buah pepaya. Senyawa yang terkandung dalam fungisida nabati bersifat sistemik sehingga membutuhkan waktu untuk dapat merusak sel jamur. Waktu aplikasi satu hari setelah inokulasi selisih waktu satu hari sehingga buah terlebih dahulu diinfeksi penyakit setelah itu dikendalikan. Hal ini kurang efektif disebabkan oleh ketahanan buah menurun. Sejalan dengan penelitian Semangun (1994) mengemukakan bahwa kerugian akan bertambah dengan adanya luka pada buah meskipun diberi perlakuan fungisida nabati, karena fenol atau fungitoksin mudah terurai dan ketahanan buah menurun sehingga buah cepat busuk. Hasil penelitian Angkat et al. (2006) menyatakan bahwa waktu aplikasi sebelum inokulasi juga efektif menghambat penyakit antraknosa pada buah pisang. Eckert (1975) juga menyatakan penggunaan fungisida sebelum infeksi akan melindungi untuk mencegah infeksi spora yang menempel pada permukaan buah. Keparahan Penyakit Tabel 3.Diameter Bercak C. gloesporioides pada buah pepaya akibat perlakuan berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu Perlakuan Keparahan Penyakit (%) Konsentrasi Kontrol 90,43c Konsentrasi 10% 87,04bc Konsentrasi 20% 87,65bc Konsentrasi 30% 83,95ab Konsentrasi 40% 79,01a Waktu Aplikasi Satu hari sebelum inokulasi 83,33 Bersamaan inokulasi 86,67 Satu hari setelah inokulasi 86,85 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik dalam menekan perkembangan penyakit C. gloeosporioides adalah konsentrasi 40%, sedangkan keparahan penyakit terbesar terdapat pada perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 10%. Untuk lebih jelas dapat dilihat Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 107

pada Tabel 3. Sumetriani (2010) menyatakan bahwa konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sebagai anti mikroba merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya kemampuan dalam menghambat pertumbuhan. Hasil penelitian Sarida et al. (2010) bahan aktif anti bakteri dalam buah mengkudu adalah Antrhaquinon yang bersifat lisozim terhadap sel bakteri. Senyawa turunan Antrhaquinon yang banyak terdapat dalam buah mengkudu yaitu Morindon dan Scopoletin, kedua senyawa tersebut bekerja secara non spesifik terhadap membran sel bakteri. Senyawa tersebut merupakan senyawa organik yang bersifat non polar dalam bentuk glikosida dan kumarin yang relatif sulit didegradasi oleh bakteri karena adanya gugus benzema dalam senyawa tersebut. Waktu Aplikasi keparahan penyakit tidak berpengaruh nyata dalam penelitian ini, namun dalam hal ini perlakuan satu hari sebelum inokulasi cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan bersamaan inokulasi dan satu hari setelah inokulasi. Perlakuan waktu aplikasi satu hari setelah inokulasi lebih tinggi keparahan penyakitnya karena waktu aplikasi satu hari setelah inokulasi dilakukan dengan cara inokulasi terlebih dahulu kemudian satu hari setelah inokulasi dilakukan penyemprotan menggunakan fungisida nabati dari ekstrak buah mengkudu. Jamur patogen C. gloeosporioides terinfeksi melalui permukaan buah, dengan adanya pelukaan (inokulasi) terlebih dahulu dapat mempercepat timbulnya gejala awal pada buah. Teknik inokulasi jamur C. gloeosporioides pada buah pepaya menggunakan metode pelukaan jaringan, sesuai dengan penelitian Siti Hafsoh (2007) metode pelukaan jaringan pada permukaan buah lebih cepat terinfeksi. Soesanto (2004) mengemukakan bahwa terbukanya bagian jaringan produk akan menjadi pintu masuk bagi serangan patogen, akan meningkatkan hilangnya kandungan air produk sehingga dapat mempercepat laju respirasi produk tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Konsentrasi 40% dan 30% lebih efektif dalam menghambat perkembangan penyakit C. gloeosporioides terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Waktu aplikasi ekstrak buah mengkudu tidak menunjukkan pengaruh terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Waktu aplikasi satu hari sebelum inokulasi cenderung lebih baik dibandingkan dengan bersamaan inokulasi, dan satu hari setelah inokulasi. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi dan waktu aplikasi terhadap masa inkubasi, diameter bercak dan keparahan penyakit. Saran Perlu ditingkatkan konsentrasi dan interval waktu aplikasi untuk mendapatkan efektivitas pengendalian jamur C. gloeosporioides penyebab penyakit antraknosa pada buah papaya. DAFTAR PUSTAKA Angkat, S. E. L. Soesanto, dan E. Pramono 2006. Pengaruh Macam Dan Waktu Aplikasi Fungisida Nabati Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 108

Pada Pisang Lepas Panen. Jurusan Perlindungan Tanaman (HPT). Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Badan Pusat Statistik [BPS]. 2015. Produksi Buah-Buahan Di Indonesia. www.bps.goid/tab_sub/view.php [20 November 2015] Bangun, A. P. dan B. Sarwono. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. 2002. Agromedia Pustaka. Jakarta. Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta. Djauhariya E. dan R. Rosman. 2004. Status Perkembangan Teknologi Tanaman Mengkudu. Balai Penelitian Tanaman Obat Aromatik Eckert, J. W. 1975. Patologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 627-663 Griffin, H. D 1981. Fungal Physiology. New York. John Wiley & Sons, Inc. Hamdayanty, R. Yunita, N.N. Amin dan T. A. Damayanti, 2012. Pemanfaatan Kitosan Untuk Mengendalikan Antraknosa Pada Pepaya Colletotrichum gloeosporioides dan Meningkatkan Daya Simpan Buah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Kementrian Pertanian [Kementan]. 2011. Budidaya Pepaya California. Semarang [ID]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan : Fak. MIPA. USU. Murdianti, T. B, G. Adiwinatai dan D. Hildasari. 2000. Penelusuran Senyawa Aktif Dari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia) Dengan Aktivitas Antelmintik Terhadap Haemonchus Contortus. Balai Penelitian Veteriner, FMIPA-ISTN. Jakarta. Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta.Agromedia Pustaka. Sarida, M., Tarsim, dan I. Faizal 2010. Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri vibrio harveyi secara in vitro. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Semangun, H. 1994. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Universitas Gajah Mada. Press, Yogyakarta.Hal. 572-576 Siti Hafsoh, 2007. Studi Patogen Penyebab Antraknosa Pada Pepaya. Fakultas Pertanian. IPB Sobir, 2009. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka. Jakarta 203-206 Soesanto, L. 2004. Ilmu Penyakit Pascapanen. Sebuah Pengantar. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hal 112-113. Sumetriani, M, 2010, Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Lagenidium sp. Penyebab Penyakit Abalone (Haliotis asinina). Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana Bali. Efektivitas Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu 109