PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) TERHADAP APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN TERHADAP PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK LAYAK JUAL KOLESOM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PEMBAHASAN UMUM Respon Kolesom terhadap Pemupukan Nitrogen + Kalium dan Interval Panen

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN A.

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN INTERVAL PANEN HILDA SUSANTI

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0)

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) at different Combination soil and foliar applications of Nitrogen+Potassium fertilizer Abstrak Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui tanah dan terhadap kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan Oktober sampai Desember 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan dan 4 perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dengan atau tanpa aplikasi. Perlakuan tersebut adalah aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui tanah (150 kg urea + 150 kg KCl); aplikasi 100, 75, dan 50% dosis pupuk N+K melalui tanah dengan penambahan aplikasi pupuk 0.2% urea dan 0.1% KCl. Pemupukan melalui tanah dilakukan pada 0, 30, dan 60 HST, sedangkan aplikasi pupuk dilakukan pada 15, 30, 45, dan 60 HST. Hasil percobaan menunjukkan bahwa produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi selama 75 HST dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan perlakuan aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui tanah, yaitu berturut-turut sebesar 16.98 g/tanaman dan 170.27 µmol/tanaman. Kata Kunci : Sayuran, tanaman obat, nilai gizi, pigmen, pupuk Abstract The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from October until December 2010 to study the effect of soil and foliar applications of nitrogen+potassium fertilizer on waterleaf shoot (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) protein and anthocyanin production. A randomized complete block design was used with 3 replications and 4 treatments. The treatments were different rates of N+K for soil application with or without foliar application, they were 100% N+K rates of soil application (150 kg urea + 150 kg ); 100, 75, and 50% N+K rates of soil application added with foliar application of 0.2% urea and 0.1% KCl. Fertilizers were applied on soil on 0, 30, and 60 days after planting, while foliar applications were conducted on 15, 30, 45, and 60 days after planting. The result showed that the highest protein and anthocyanin production of waterleaf shoot for 75 days were produced by 100% soil application of N+K; protein production was 16,98 g/plant while anthocyanin production was 170,27µmol/plant. Keywords : leafy vegetable, medicinal plant, nutritive value, pigment, fertilizer

Pendahuluan Peningkatan kualitas pucuk kolesom sebagai sayuran berkhasiat obat melalui teknik budidaya pertanian harus tetap dilakukan sebagai langkah untuk mendapatkan standar operasional budidaya yang dapat diterapkan oleh masyarakat luas. Dua percobaan sebelumnya dalam rangkaian penelitian ini telah menghasilkan konsep pemupukan bertahap untuk peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom baik melalui tanah maupun. Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh pemupukan bertahap melalui tanah pada frekuensi pemupukan 3 kali dengan dosis pupuk berturut-turut sebesar 100 kg urea + 100 kg pada saat tanam dan 25 kg urea + 25 kg masing-masing pada umur 30 dan 60 HST, sedangkan pemupukan bertahap melalui pada frekuensi penyemprotan 4 kali (15 hari sekali) dengan pupuk dasar 100 kg urea+ 100 kg. Konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 0.2% urea + 0.1% KCl yang merupakan konsentrasi pupuk N+K terbaik terhadap produktivitas pucuk kolesom pada penelitian Marman (2010). Produksi pucuk dari hasil percobaan-percobaan tersebut hanya meningkat sampai umur 60 HST kemudian mengalami penurunan hasil pada panen berikutnya. Kemungkinan kolesom masih membutuhkan peningkatan hara untuk meningkatkan kemampuan rejuvenasi, sehingga diperlukan teknik pemupukan yang dapat meningkatkan produksi protein dan antosianin. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa teknik pemupukan berupa kombinasi aplikasi pupuk melalui tanah dan dapat meningkatkan produksi dan kualitas tanaman gandum (Abad et al. 2004; Garrido-Lestache et al. 2005; Varga & Svecnjak 2006). Keuntungan dari kombinasi aplikasi pupuk N melalui tanah dan adalah dapat mengurangi resiko pemupukan N yang berlebihan pada tanah, antara lain pencucian N dan eutrofikasi (Fernandez- Escobar et al. 2009). Penelitian mengenai kombinasi aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan pada kolesom belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pada pucuk kolesom dengan aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui tanah dan.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2010, bertempat di kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS, sedangkan analisis komponen fisiologis tanaman dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom berukuran panjang 10 cm, pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl, SP-18, arang sekam, dan bahan-bahan analisis kimia. Peralatan yang digunakan antara lain spektrofotometer shimadzu UV-1800, sentrifuge heraeus labofuge-400r. Metode Penelitian Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Empat perlakuan yang diberikan adalah dosis N+K melalui tanah dengan atau tanpa pupuk yaitu 100% dosis N+K melalui tanah; 100, 75, dan 50% dosis N+K melalui tanah ditambah dengan pemupukan melalui dengan konsentrasi 0.2% urea dan 0.1% KCl. Tabel 44 memberikan penjelasan secara rinci mengenai berbagai perlakuan tersebut. Keterangan : Model statistika untuk rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut: Y ij = µ + T i + β j + ε ij Y ij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4) dan ulangan ke-j (1, 2, 3) µ = nilai rata-rata umum T i = pengaruh perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan kei (i = 1, 2, 3, 4) β j = pengaruh blok ke-j (j = 1, 2, 3) ε ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan ke-i (1, 2, 3, 4) dan ulangan ke-j (1, 2, 3).

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%. Tabel 44 Berbagai perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Aplikasi pupuk Waktu aplikasi (HST) N+K 0 15 30 45 60 100 kg urea + 100 kg - 25 kg urea + 25 kg - 25 kg urea + 25 kg + 100 kg urea + 100 kg 25 kg urea + 25 kg 25 kg urea + 25 kg 75% pupuk via tanah + 75 kg urea + 75 kg 18,75 kg urea +18,75 kg 18,75 kg urea +18,75 kg 50% pupuk via tanah + 50 kg urea + 50 kg 12,50 kg urea +12,50 kg Keterangan : = aplikasi pupuk dengan konsentrasi 0.2% urea + 0.1% KCl (Marman 2010). 12,50 kg urea +12,50 kg Pelaksanaan Percobaan Penyiapan lahan. Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman hasil pertanaman sebelumnya. Tanah pada lahan kemudian digemburkan dan dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 5 m sebanyak 15 petakan. Pupuk kandang ayam sebanyak 5 ton/ha dan arang sekam sebanyak 2 ton/ha diberikan dengan cara dilarik per baris tanam 2 minggu sebelum tanaman dipindah ke lapang. Penanaman. Setek ditumbuhkan lebih dahulu pada polybag kecil di persemaian. Penanaman dilakukan apabila bibit yang berasal dari setek batang telah ber 2 helai dan membuka sempurna (± 5-7 hari di persemaian). Bibit yang berasal dari setek batang ditanam di lahan dengan jarak 100 cm x 50 cm. Pemupukan urea + KCl dilakukan sesuai perlakuan pada dosis dan waktu yang

telah ditentukan. Pupuk SP-18 sebanyak 50 kg/ha diberikan pada saat tanam untuk semua perlakuan. Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sekali sehari pada pagi hari dan disesuikan dengan musim. Penyiangan dilakukan setiap saat secara manual sehingga petak perlakuan bebas dari gulma. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala serangan. Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung bagian atas yang ditegakkan dari setiap cabang yang ada pada umur panen yang telah ditentukan. Panen pertama dilakukan pada 30 HST untuk semua perlakuan. Pengamatan Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman. Komponen fisiologis tanaman 1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Lowry. 2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon (2002). 3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode antronic (Yemm & Willis 1954). Komponen pertumbuhan tanaman : 1. Bobot basah layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur 30, 60, dan 90 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan yang dihasilkan setiap individu tanaman. 2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas,batang dan cabang, serta akar diukur pada saat panen terakhir dengan menggunakan timbangan. 3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas,batang dan cabang, serta akar diukur pada saat panen terakhir dengan menggunakan timbangan setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Hasil dan Pembahasan Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan kolesom yang ditanam selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan kolesom Variabel pengamatan Perlakuan pemupukan N+K melalui tanah dan KK (%) Kandungan protein 30 HST tn 22.69 Kandungan protein 45 HST tn 13.15 Kandungan protein 60 HST tn 14.25 Kandungan protein 75 HST tn 23.00 Kandungan protein 90 HST tn 17.25 Kandungan antosianin 30 HST tn 3.19 Kandungan antosianin 45 HST tn 39.17 Kandungan antosianin 60 HST tn 13.33 Kandungan antosianin 75 HST tn 12.30 Kandungan antosianin 90 ST * 12.62 Kandungan klorofil 30 HST tn 8.29 Kandungan klorofil 45 HST tn 10.58 Kandungan klorofil 60 HST tn 12.79 Kandungan klorofil 75 HST tn 9.23 Kandungan klorofil 90 HST * 12.79 Kandungan gula 30 HST tn 17.38 Kandungan gula 45 HST tn 47.64 Kandungan gula 60 HST tn 21.00 Kandungan gula 75 HST ** 11.16 Kandungan gula 90 HST tn 31.09 Bobot pucuk layak jual 30 HST * 7.13 Bobot pucuk layak jual 45 HST * 29.61 Bobot pucuk layak jual 60 HST tn 10.97 Bobot pucuk layak jual 75 HST ** 12.40 Bobot pucuk layak jual 90 HST ** 7.77 Bobot basah 90 HST ** 8.71 Bobot basah batang 90 HST ** 7.96 Bobot basah umbi 90 HST ** 9.24 Bobot kering 90 HST ** 10.83 Bobot kering batang 90 HST ** 18.31 Bobot kering umbi 90 HST tn 24.51 Produksi protein 75 hari * 16.12 Produksi antosianin 75 hari * 15.92 Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Komponen Fisiologis Tanaman Kandungan protein Gambar 26 menunjukkan bahwa kandungan protein pucuk kolesom layak jual mengalami peningkatan dari umur 30 sampai umur 60 HST, kemudian terus mengalami penurunan pada umur 75 sampai 90 HST. Kandungan protein tersebut bervariasi dengan kisaran nilai dari 5.35 sampai 19.51 mg/g bb. Kandungan protein yang dihasilkan selama 90 hari masih lebih rendah dibandingkan kandungan protein kolesom yang dilaporkan oleh Aletor & Adeogun (1995) yaitu sebesar 25 mg/g bb. 25 Kandungan protein (mg/g bb) 20 15 10 5 0 + 75% pupuk via tanah + 50% pupuk via tanah + Gambar 26 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Berbagai aplikasi pemupukan N+K melalui tanah dan tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pucuk kolesom layak jual umur 30-90 HST (Tabel 46). Hal ini diduga bahwa kolesom memiliki batasan kapasitas penyerapan pupuk sehingga semua perlakuan tersebut diserap dalam jumlah yang sama untuk menghasilkan kandungan protein pucuk atau adanya faktor penggangu yang mempengaruhi penyerapan hara oleh kolesom baik melalui akar dan untuk menghasilkan nilai kandungan protein yang berbeda. Delin et al. (2005) menyatakan bahwa pemupukan yang terdiri atas unsur N tidak selalu dapat meningkatkan kandungan protein karena beberapa hal, yaitu terganggunya penyerapan hara oleh adanya infeksi penyakit, waktu pemberian pupuk yang tidak tepat, dan kehilangan hara N oleh pengaruh cuaca dan lingkungan. Abad et al.

(2004) juga melaporkan bahwa peningkatan pemupukan N akan berpengaruh terhadap kandungan protein baik melalui aplikasi tanah dan apabila keadaan hara tanah sebelumnya berada pada titik suboptimal. Tabel 46 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan selama 90 hari Perlakuan.... mg/g bb.. 5.79 8.91 18.07 9.40 7.29 6.73 8.45 17.56 9.24 6.58 + 75% pupuk via tanah + 5.35 7.95 19.51 9.78 8.97 50% pupuk via tanah + 5.42 7.26 13.47 9.25 7.19 Keterangan : bb = bobot basah. Faktor umur tanaman kolesom yang dipanen secara berulang terlihat memberikan pengaruh terhadap peningkatan dan penurunan kandungan protein. Peningkatan kandungan protein hingga umur 60 HST menunjukkan bahwa kandungan protein pucuk terus meningkat pada saat kolesom dalam masa vegetatif dan menurun pada saat kolesom telah berbunga atau memasuki masa reproduktif akibat remobilisasi hara N ke organ lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Noquet et al. (2004) dan Varga & Svecnjak (2006) bahwa sintesis protein pada pucuk terkait dengan ketersedian dan penggunaan senyawa N yang terakumulasi pada pucuk, kemudian keadaan ini dapat berubah akibat remobilisasi senyawa N ke organ lainnya yang dikendalikan oleh kapasitas sink pada saat masa reproduktif karena terjadi penurunan serapan hara N. Kandungan Antosianin Gambar 27 menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom dengan perlakuan berbagai aplikasi pupuk urea+kcl melalui tanah dan menghasilkan kandungan antosianin yang bervariasi dari 0.08 sampai 0.14 µmol/g bb. Kandungan antosianin pucuk kolesom terlihat mengalami peningkatan pada umur 90 HST dari seluruh waktu pemanenan yang lain.

Kandungan antosianin (µmol/g bb) 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 + 75% pupuk via tanah + 50% pupuk via tanah + Gambar 27 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Tabel 47 menunjukkan bahwa berbagai aplikasi pupuk urea + KCl melalui tanah dan tidak mempengaruhi kandungan antosianin pada umur 30-75 HST. Aplikasi dosis pupuk urea + KCl melebihi 50% melalui tanah dengan atau tanpa penambahan pupuk melalui dapat meningkatkan kandungan antosianin pada pucuk kolesom pada umur 90 HST. Tabel 47 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan selama 90 hari Perlakuan.. µmol/g bb 0.14 0.09 0.10 0.09 0.17 ab 0.14 0.12 0.11 0.11 0.21 a + 75% pupuk via tanah + 0.14 0.13 0.10 0.11 0.19 ab 50% pupuk via tanah + 0.14 0.08 0.10 0.11 0.15 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah Data yang tercantum dalam Tabel 47 menunjukkan bahwa pupuk tidak berperan penting terhadap peningkatan kandungan antosianin pucuk kolesom. Peningkatan kandungan antosianin pucuk kolesom yang sejalan dengan peningkatan dosis pupuk urea + KCl melalui tanah selama 90 hari

memperlihatkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom mengikuti ritme pertumbuhan tanaman yang dibatasi oleh dosis pupuk urea + KCl, sehingga menimbulkan dugaan bahwa antosianin merupakan komponen fisiologis permanen dalam pucuk kolesom yang konsentrasinya mengikuti ritme pertumbuhan. Hasil ini bertentangan dengan konsep yang dinyatakan oleh Kytridis et al. (2008) dan Peng et al. (2008) bahwa peningkatan kandungan antosianin akan terjadi pada tanaman yang defisit hara N. Kandungan Klorofil Gambar 28 menunjukkan bahwa kandungan klorofil cenderung mengalami peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian mengalami penurunan pada umur 75 dan 90 HST. Pola tersebut menyerupai peningkatan dan penurunan kandungan protein pucuk kolesom layak jual. Kandungan klorofil dapat dikaitkan dengan kandungan protein pucuk kolesom karena keduanya sama-sama membutuhkan unsur N dalam biosintesisnya. Netto (2005) menyatakan bahwa hubungan yang erat antara akumulasi N dengan kandungan klorofil karena mayoritas N pada terkandung dalam molekul klorofil sehingga kandungan klorofil yang menunjukkan tingkat kehijauan dapat mencerminkan status N dalam tanaman. Status N yang tinggi dapat meningkatkan kandungan protein dalam pucuk. Kandungan klorofil (µmol/g bb) 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 + 75% pupuk via tanah + 50% pupuk via tanah + Gambar 28 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan

Tabel 48 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk N+K tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan klorofil pucuk kolesom selama masa vegetatif (30-60 HST). Hal ini diduga bahwa kandungan klorofil pucuk kolesom tersebut memiliki kandungan maksimal selama masa vegetatif dalam keadaan cukup hara yang dapat dipenuhi oleh semua perlakuan tersebut. Namun, Venkatesan et al. (2005) melaporkan bahwa peningkatan kandungan klorofil tidak dapat tercapai hanya dengan pemberian pupuk N+K saja. Penambahan unsur P merupakan syarat mutlak yang dapat memberikan perbedaan hasil yang nyata, sedangkan pada percobaan pupuk SP-18 hanya diberikan sekali pada awal tanam dengan jumlah yang sama untuk seluruh perlakuan. Tabel 48 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan selama 90 hari Perlakuan.. µmol/g bb 1.29 1.59 1.78 1.71 0.96 a + 1.13 1.75 1.78 1.45 0.67 b 75% pupuk via tanah + 1.14 1.60 1.65 1.70 1.00 a 50% pupuk via tanah + 1.21 1.73 1.57 1.39 0.78 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah Pola yang ditunjukkan oleh Tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan dan penurunan kandungan klorofil sangat dipengaruhi oleh umur tanaman kolesom. Peningkatan kandungan klorofil secara umum yang terlihat pada umur 30-60 HST diduga berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang semakin meningkat pada masa vegetatif tanaman. Kemudian penurunan kandungan klorofil pada umur 75-90 HST diduga karena tanaman telah memasuki masa reproduktif dan menjelang senescence. Choinski et al. (2003) menjelaskan bahwa kandungan klorofil yang rendah pada awal pertumbuhan terjadi karena rendahnya laju fotosintesis, CO 2 interselular, dan konduktansi stomata. Kandungan klorofil akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gossauer & Engel (1996) melaporkan bahwa kandungan klorofil akan menurun pada saat memasuki masa reproduktif karena perkembangan proplastid

untuk kloroplas terbagi untuk pembentukan kromoplas yang biasanya berisikan banyak karotenoid daripada klorofil. Kandungan Gula Gambar 29 menunjukkan bahwa kandungan gula pucuk kolesom layak jual sangat fluktuatif dan membentuk pola yang tidak teratur. Namun, kandungan gula pucuk kolesom ini terlihat meningkat pada umur 90 HST. 2.50 Kandungan gula (mg/g bb) 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 + 75% pupuk via tanah + 50% pupuk via tanah + Gambar 29 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Tabel 49 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk urea + KCl melalui tanah dan tidak berpengaruh terhadap kandungan gula pucuk kolesom pada umur 30-60 HST. Kandungan gula yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pada umur 30-60 HST diduga karena kolesom masih berada pada fase vegetatif dalam kondisi yang relatif normal. Fase vegetatif merupakan suatu fase dalam pertumbuhan tanaman dimana aktivitas fotosintesa meningkat dan hasil asimilat berupa gula akan ditransportasikan kebagian lain tanaman sebagai sink, sehingga tidak terjadi akumulasi pada pucuk. Hasil penelitian McCormick et al. (2008) pada tebu menunjukkan bahwa 80% hasil asimilat berupa sukrosa akan ditranslokasikan ke organ lain pada periode fotosintesis. Peningkatan kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada umur 75 HST dapat diperoleh dengan cara meningkatkan dosis pupuk urea+kcl melalui tanah dan yaitu pada perlakuan +. Namun, kesimpulan yang dapat diberikan pada hasil percobaan ini tidak dapat dijelaskan

dengan baik karena kandungan gula yang tertinggi tersebut tidak berbeda nyata dengan kandungan gula pada perlakuan 50% pupuk via tanah +. Diduga ada faktor lain di luar perlakuan pada percobaan ini yang mempengaruhi adanya perbedaan kandungan gula pada pucuk kolesom pada umur 75 HST. Peningkatan kandungan gula yang terjadi pada umur 90 HST diduga terkait dengan masa senescence, di mana kolesom telah mengalami gangguan dalam penyerapan hara dan air yang menyebabkan gangguan translokasi karbohidrat ke organ lain sehingga terjadi akumulasi gula pada. Akumulasi karbohidrat pada yang terjadi pada masa senescence ditemukan juga oleh de Lacerda et al. (2003) pada tanaman sorgum. Tabel 49 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan selama 90 hari Perlakuan...mg/g bb. 1.18 1.35 0.98 0.86 b 1.07 + 1.62 1.23 0.90 1.13 a 1.94 75% pupuk via tanah + 1.23 1.76 0.82 0.76 b 1.35 50% pupuk via tanah + 1.10 1.60 1.22 1.09 a 1.17 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah Komponen Pertumbuhan Tanaman Bobot Basah Pucuk Layak Jual Gambar 30 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot basah pucuk kolesom dari umur 30 sampai umur 60 hari, kemudian terjadi penurunan pada umur 75 hingga 90 hari. Perlakuan aplikasi pemupukan N+K memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot basah pucuk kolesom layak jual selama 90 hari, kecuali pada bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST (Tabel 50).

Bobot basah pucuk (g/tanaman) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 100% pupuk via tanah 100% pupuk via tanah + 75% pupuk via tanah + 50% pupuk via tanah + Gambar 30 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada umur 30, 45, 75, 90 HST menunjukkan bahwa aplikasi pupuk 100% via tanah dengan dosis total 150 kg urea + 150 kg menghasilkan bobot basah pucuk kolesom layak jual tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk N+K bertahap yang hanya diaplikasikan melalui tanah lebih baik daripada perlakuan kombinasi antara aplikasi tanah dan, walaupun pada umur 60 HST semua perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Penurunan hasil yang terjadi pada umur 75 dan 90 HST menunjukkan bahwa penambahan pupuk yang diberikan pada saat 60 HST tidak dapat meningkatkan aktivitas rejuvenasi kolesom dan memperpanjang masa produksi. Tabel 50 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan selama 90 hari Perlakuan... g/tanaman.. 29.36 a 114.04 a 143.33 117.04 a 81.70 a + 27.38 ab 77.17 ab 141.17 76.90 b 31.33 d 75% pupuk via tanah + 25.43 bc 64.92 b 131.16 54.05 c 52.39 c 50% pupuk via tanah + 23.42 c 47.74 b 120.01 44.04 c 68.54 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Bobot Basah dan Kering Tanaman Tabel 51 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara pupuk N+K yang diaplikasikan melalui tanah dan tidak dapat memberikan peningkatan hasil dibandingkan perlakuan aplikasi. Tabel 51 Bobot basah, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Perlakuan Bobot basah Daun Batang Umbi g/tanaman.. 517.69 a 595.45 a 58.59 a + 391.62 b 450.22 b 46.41 b 75% pupuk via tanah + 421.88 b 475.39 b 49.48 b 50% pupuk via tanah + 303.96 c 363.45 c 34.73 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. Tabel 52 menunjukkan bahwa perlakuan 100% pupuk urea + KCl via tanah menghasilkan bobot kering dan batang tertinggi pada kolesom yang dipanen umur 90 hari, sedangkan perlakuan aplikasi pupuk urea + KCl tidak berpengaruh terhadap bobot kering umbi kolesom. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk urea + KCl melalui tidak diperlukan untuk meningkatkan bobot basah dan bobot kering kolesom. Padahal beberapa penelitian terdahulu (Sultana et al. 2001; Sawan et al. 2009) menyatakan bahwa aplikasi pupuk N+K melalui akan meningkatkan biomassa tanaman. Kemungkinan perlakuan yaitu sebesar 150 kg urea + 150 kg dalam percobaan ini telah mencukupi kebutuhan hara untuk pertumbuhan dan perkembangan kolesom sehingga aplikasi pupuk pada kolesom menjadi tidak efektif. Pendapat yang dikemukakan oleh Xiaoping et al. (2008) menyatakan bahwa biomassa tanaman tidak dapat meningkat bahkan menurun dengan peningkatan dosis N apabila konsentrasi N lebih tinggi daripada nilai kritis N pada tanaman tersebut.

Tabel 52 Bobot kering, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Aplikasi pupuk N+K Bobot kering Daun Batang Umbi...g/tanaman. 35.54 a 44.68 a 9.63 + 21.30 bc 22.33 b 6.68 75% pupuk via tanah + 23.33 b 26.84 b 6.38 50% pupuk via tanah + 17.52 c 29.04 b 5.56 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dalam percobaan ini tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan tanaman dan fisiologis lainnya (Tabel 53). Tabel 53 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Protein Antosianin. %. Antosianin -1.89 Klorofil 80.87-24.19 Gula -35.86 85.89 Bobot basah pucuk 12.04-37.89 Bobot basah total 16.49 24.48 Bobot basah batang 11.14 18.91 Bobot basah umbi 18.34 33.98 Bobot kering total 4.48-1.44 Bobot kering batang -1.33-50.46 Bobot kering umbi -13.28 0.80 Keterangan : ** = sangat nyata Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom Adanya penurunan kandungan protein dan bobot basah pucuk, serta sinyal stres pada kolesom yang ditunjukkan oleh peningkatan kandungan antosianin pada umur 90 HST menyebabkan pemanenan pucuk kolesom sampai umur 90

HST tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kualitas pucuk dan melemahkan tanaman. Berdasarkan hasil ini maka umur produksi pucuk kolesom layak jual ditentukan sampai umur 75 HST. Tabel 54 memperlihatkan data produksi protein dan antosianin pucuk kolesom yang merupakan hasil perkalian antara bobot basah total pucuk kolesom dengan masing-masing kandungan total protein dan antosianin pucuk kolesom selama 75 hari. Produksi protein dan antosianin tertinggi dihasilkan oleh perlakuan aplikasi pemupukan 100% via tanah yang diberikan secara bertahap dengan dosis total 150 kg urea + 150 kg. Tabel 54 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 75 hari pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan Perlakuan Produksi protein (g/tanaman) Produksi antosianin (µmol /tanaman) 16.98 a 170.27 a + 13.61 ab 155.52 a 75% pupuk via tanah + 12.26 b 130.11 ab 50% pupuk via tanah + 9.31 b 100.11 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. Kendati produksi protein pucuk kolesom layak jual tertinggi tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan + dan produksi antosianin pucuk kolesom layak jual tertinggi tidak berbeda nyata dengan perlakuan + atau 75% via tanah +, tetapi atas pertimbangan kemudahan aplikasi maka aplikasi pemupukan 100% via tanah yang diberikan secara bertahap dapat direkomendasikan untuk budidaya kolesom. Kesimpulan Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi selama 75 hari dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan aplikasi pupuk N+K yang diberikan 100% melalui tanah sebesar 150 kg urea + 150 kg dalam 3 tahapan yaitu 100 kg urea+ 100 kg pada saat tanam dan 25 kg urea + 25 kg masing-masing pada 30 dan 60 HST.