Bahan 6 Keijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Teruka KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP 1. Hal-hal Krusial Untuk Analisa Dengan Kurva IS, LM dan BP Keijakan ekspansi fiscal dinyatakan dengan menaikkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena meningkatkan Pengeluaran Negara (G) dan atau deficit APBN. Keijakan ini akan menjadikan kurva IS ergeser ke kanan, untuk pencapaian tujuan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB Y) serta menaikkan kesempatan kerja (employment) pada setiap tingkat suku unga (i). Sealiknya, untuk keijakan kontraksi fiscal. Keijakan ekspansi moneter dilakukan dengan menaikkan Uang Primer (hutang moneter Bank Sentral, terdiri dari Uang Kertas dan Koin yang dikeluarkan oleh Bank Sentral ditamah dengan saldo rekening ank-ank pada Bank Sentral). Keijakan ini akan memuat kurva LM ergeser ke kanan, dalam rangka tujuan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB Y) serta menaikkan kesempatan kerja (employment) pada setiap tingkat suku unga (i). Sealiknya, untuk keijakan kontraksi moneter. Pada rezim atau system aliran modal eas (perfect capital moility or flows), diseut Sistem Devisa Beas (Free Foreign Exchange System), kurva BP adalah horizontal pada tingkat suku unga dalam negeri (i d ) sama dengan tingkat suku unga luar negeri (i f -- suku unga acuan di dunia internasional, seperti Fedrate suku unga pasar uang di New York Amerika Serikat). Jadi dalam aliran modal eas, apaila i d > i f, maka aliran dana atau valas masuk (capital inflow) meningkat, dan karena persediaan valas (FX supply) di pasar valas domestic ertamah, kemudian 1-EM
menyeakan kurs mata uang asing US$ (depresiasi) misal dari Rp.12.000/US$ menjadi Rp.10.000/US$ dan nilai Rp. (apresiasi). Dalam system kurs non pasar (Sistem Kurs Tetap Fixed Exchange Rate System, atau Sistem Kurs Mengamang Terkendali Managed Floating Exchnge Rate System), maka terhadap kenaikan atau apresiasi kurs atau nilai Rp. di pasar valas, Bank Sentral harus menurunkan kurs. Langkah ini diperlukan untuk mempertahankan kurs yang ditetapkan dan diinginkan oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter. Karenanya, Bank Sentral harus memeli valas dari pasar valas melalui dan dari ank-ank. Ini erarti, Bank Sentral menaikkan Uang Primer dan kemudian memeri dampak meningkatkan Uang Beredar dan menurunkan tingkat suku unga dalam negeri i d. Dalam Sistem Kurs Pasar (Market Freely Floating Exchange Rate System), apresiasi kurs atau nilai Rp. dan depresiasi US$ di pasar valas dimaksud tidak menyeakan Bank Sentral melakukan intervensi pasar valas dengan memeli valas (US$). Jadi Bank Sentral adalah independen dan intervensi pasar hanya dilakukan untuk kepentingan lain dari Bank Sentral, sehingga capital inflow itu tidak mengakiatkan peruahan pada Uang Primer, Uang Beredar dan suku unga dalam negeri i d, secara otomatis. Apaila i d < i f, maka terdapat aliran dana atau valas keluar (capital outflow), dan karena persediaan valas (FX supply) erkurang di pasar valas kemudian menyeakan kurs atau nilai mata uang asing US$ (apresiasi) misal dari Rp.10.000/US$ menjadi Rp.12.000/US$, dan kurs atau mata uang Rp.. Dalam system kurs non pasar (Sistem Kurs Tetap Fixed Exchange Rate System, atau Sistem Kurs Mengamang Terkendali Managed Floating Exchange Rate System), maka terhadap penurunan atau depresiasi kurs atau nilai Rp. di pasar valas, Bank Sentral harus meningkatkan kurs. Langkah ini diperlukan untuk mempertahankan kurs yang ditetapkan dan diinginkan oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter. Karenanya, Bank Sentral harus menjual valas 2-EM
dari pasar valas melalui dan dengan ank-ank. Ini erarti, Bank Sentral menurunkan Uang Primer dan kemudian memeri dampak meniurunkan Uang Beredar dan meningkatkan tingkat suku unga dalam negeri i d. Dalam Sistem Kurs Pasar (Market Freely Floating Exchange Rate System), depresiasi kurs atau nilai Rp. dan apresiasi US$ di pasar valas dimaksud tidak menyeakan Bank Sentral melakukan intervensi pasar valas dengan menjual valas (US$). Jadi Bank Sentral adalah independen dan intervensi pasar hanya dilakukan untuk kepentingan lain dari Bank Sentral, sehingga capital outflow itu tidak mengakiatkan peruahan pada Uang Primer, Uang Beredar dan suku unga dalam negeri i d, secara otomatis. 2. Keijakan Ekspansi Fiskal Dan Keijakan Ekspansi Moneter Dalam Rezim Dengan Sistem Kurs Non Pasar Dan Sistem Aliran Modal Beas Keijakan Ekspansi Fiskal Efektif Keijakan ekspansi fiskal menyeakan kurva IS geser ke kanan dari ke IS 1, atau dari keseimangan internal (domestic) dan eksternal ( = LM 0 = BP) pada titik a ke keseimangan internal (IS 1 = LM 0 ) aru tanpa keseimangan eksternal pada titik. Akiatnya, tingkat suku unga dalam negeri i d menjadi di atas i f. Karenanya, aliran dana valas kedalam (capital inflow) dan kurs mata uang asing (valas) di pasar valas domestic mengalami tekanan menurun (depresiasi), erarti mata uang domestic apresiasi. Untuk mempertahankan kurs yang diinginkan, maka Bank Sentral memeli valas di pasar valas domestik untuk menghilangkan keleihan valas. Artinya, Uang Primer dan kemudian Uang Beredar, dan i d menuju i f, sehingga erakiat kurva LM geser ke kanan dari LM 0 ke LM 1. Karena itu dicapai keseimangan internal dan eksternal aru (IS 1 = LM 1 = BP) pada titik c. Jadi hasil akhir dari keijakan ekspansi moneter menaikkan Produk Domestik Bruto (Y) dari Y 0 ke Y 1 dan i d > i f Keijakan Ekspansi Fiskal i d = i f a c BP IS 1 0 Y 0 Y 1 Y 3-EM
kesempatan kerja. Dengan demikian, keijakan terseut efektif. Keijakan Ekspansi Moneter Tidak Efektif Keijakan ekspansi moneter menyeakan kurva LM geser ke kanan dari LM 0 ke LM 1, atau dari keseimangan internal (domestic) dan eksternal (IS = LM 0 = BP) pada titik a ke keseimangan internal (IS = LM 1 ) aru tanpa keseimangan eksternal pada titik. Akiatnya, tingkat suku unga dalam negeri i d menjadi di awah i f. Karenanya, aliran dana valas keluar (capital outflow) dan kurs mata uang asing (valas) di pasar valas domestic mengalami tekanan meningkat (apresiasi), erarti mata uang domestic depresiasi. Untuk mempertahankan kurs yang diinginkan, maka Bank Sentral menjual valas di pasar valas domestik untuk menutupi kekurangan valas. Artinya, Uang Primer dan kemudian Uang Beredar, dan i d menuju i f, sehingga erakiat kurva LM geser ke kiri ke arah kemali ke LM 0, yang erarti kemali ke keseimangan awal pada titik a. Jadi hasil akhir dari keijakan ekspansi moneter tidak menaikkan Produk Domestik Bruto (Y) dan kesempatan kerja. Dengan demikian, keijakan terseut tidak efektif. Keijakan Ekspansi Moneter i d = i f a BP i d < i f IS 0 Y 3. Keijakan Ekspansi Moneter Dan Keijakan Ekspansi Fiskal Dengan Rezim Sistem Kurs Pasar Dan Sistem Aliran Modal Beas (Rezim Ini Diseut The Mundell-Fleming Model of the Open Economy) Keijakan Ekspansi Fiskal Tidak Efektif Keijakan ekspansi fiskal menyeakan kurva IS geser ke kanan dari ke IS 1, atau dari keseimangan internal (domestic) dan eksternal ( = LM = BP) pada titik a ke keseimangan internal (IS 1 = LM) aru tanpa keseimangan eksternal pada titik. Akiatnya, tingkat suku unga dalam negeri i d menjadi di atas i f. Karenanya, aliran dana valas kedalam (capital inflow) dan kurs mata uang asing (valas) di pasar valas domestic mengalami tekanan menurun (depresiasi), erarti mata uang domestic apresiasi. Berhuung Sistem Kurs Pasar erlaku, maka Bank Sentral tidak menyesuaikan kurs di pasar valas terseut. Karenanya, ekspor (X) menjadi mahal di pasar internasional (dalam mata uang asing) sehingga mengalami tekanan menurun, sedangkan impor (M) menjadi murah dinyatakan dalam mata uang domestic sehingga mengalami tekanan meningkat. Akiatnya, Neraca Berjalan (X M) mengalami penurunan surplus atau ertamah deficit. Sehingga Agregat Permintaan (Aggregate Demand AD) turun, dan karenanya kurva IS ergerak kemali dari IS 1 ke dan keseimangan akhirnya kemali ke titik a. Jadi hasil akhir dari keijakan ekspansi moneter tidak Keijakan Ekspansi Fiskal i i d > i f LM i d = i f a BP IS 1 0 Y 4-EM
menaikkan Produk Domestik Bruto (Y) dan kesempatan kerja. Dengan demikian, keijakan terseut tidak efektif. Keijakan Ekspansi Moneter Efektif Keijakan ekspansi moneter menyeakan kurva LM geser ke kanan dari LM 0 ke LM 1, atau dari keseimangan internal (domestic) dan eksternal ( = LM 0 = BP) pada titik a ke keseimangan internal (IS 1 = LM 0 ) aru tanpa keseimangan eksternal pada titik. Akiatnya, tingkat suku unga dalam negeri i d menjadi di awah i f. Karenanya, aliran dana valas keluar (capital outflow) dan kurs mata uang asing (valas) di pasar valas domestic mengalami tekanan meningkat (apresiasi), erarti mata uang domestic depresiasi. Berhuung Sistem Kurs Pasar erlaku, maka Bank Sentral tidak menyesuaikan kurs di pasar valas terseut. Karenanya, ekspor (X) menjadi murah di pasar internasional (dalam mata uang asing) sehingga terdorong meningkat, sedangkan impor (M) menjadi mahal dinyatakan dalam mata uang domestic sehingga mengalami tekanan menurun. Akiatnya, Neraca Berjalan (X M) mengalami peningkatan surplus atau erkurang deficit. Sehingga Agregat Permintaan (Aggregate Demand AD) naik, dan karenanya kurva IS ergerak ke kanan dari ke IS 1. Sehingga ekuilirium internal dan eksternal (IS 1 = LM 1 = BP) aru pada titik c terjadi. Jadi hasil akhir dari keijakan ekspansi moneter menaikkan Produk Domestik Bruto (Y) dari Y 0 ke Y 1 dan kesempatan kerja. Dengan demikian, keijakan terseut efektif. Keijakan Ekspansi Moneter i d = i f a c BP i d = i f IS 1 0 Y 0 Y 1 Y Catatan tentang the Mundell-Fleming Model of the Open Economy : Analisa IS, LM, BP dalam rezim Sistem Kurs Pasar ersama dengan Sistem Devisa Beas atau system aliran dana valas eas, diseut the Mundell-Fleming Model of the Open Economy. Asumsi yang digunakan tingkat harga tetap dan alirn dana valas eas (perfect capital moility sangat mungkin tidak realistis dengan kenyataan. Tapi popularitas the Mundell-Fleming model menunjukkan ahwa para ekonom menganggap model sangat erguna untuk mengerti keijakan ekonomi makro dalam rezim Sistem Kurs Pasar (Floating Exchange Rate System). 5-EM