VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan lingkup penelitian yang diambil, yaitu simulasi usaha dengan batasan investasi untuk usaha skala Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sehingga total investasi keseluruhan proyek yang disimulasikan adalah minimal 00 juta dan maksimal 0 milyar rupiah (UU No. 0 Tahun 008).. Usaha Tambak Udang Vaname Usaha tambak udang sampai dengan saat ini masih belum termasuk usaha yang diportofoliokan untuk dibiayai secara syariah, dikarenakan tingkat resiko usaha udang yang masih relatif tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka simulasi usaha untuk tambak udang vaname digunakan asumsi pembiayaan dengan batasan skala UKM paling rendah yaitu dengan total investasi keseluruhan minimal mendekati 00 juta rupiah. Dikarenakan usaha ini merupakan usaha yang relatif beresiko tinggi, maka ditetapkan angka harapan keuntungan usaha yang dipakai adalah sebesar 0% per tahun. Dari hasil simulasi dengan menggunakan data hipotetik berdasakan hasil survey di lapangan, wawancara, dan literatur data sekunder, didapatkan bahwa dengan skema pembiayaan 00 juta rupiah atau tepatnya Rp 4.480.500,00 didapatkan usaha tambak udang vaname sebanyak kolam dengan luas kolam masing-masing 5.000 m. Teknologi semi intensif memungkinkan budidaya udang dengan padat tebar 50 ekor/m dan survival rate 80%. Asumsi jadwal penebaran dilakukan bersamaan setiap 4 bulan sekali. Dari asumsi tersebut, didapatkan dengan produktivitas 00%, produksi udang vaname dapat mencapai 7.600 kg per sekali panen, dengan total omzet Rp 4.00.000,00. Jika diasumsikan produktifitas tahun pertama sampai dengan tahun keempat berturut 70%, 80%, 90%, dan 00%, didapat total omzet selama 4 tahun adalah sebesar Rp.480.640.000,00 dengan profit margin rata-rata per siklus sebesar 5,86% atau Rp 5.64.000,00. Dengan harga jual ratarata Rp.000,00 /kg, diperoleh Break Event Point (BEP) produksi selama empat tahun sebesar 8.06 kg dan BEP rupiah sebesar Rp 8.66.800,00. 66
Tingkat Resiko yang dihasilkan untuk usaha tambak merupakan tingkat resiko yang bersifat hipotetik, dikarenakan data-data yang didapatkan untuk mengukur parameter hanya menggunakan asumsi dan penilaian yang bukan berasal dari pakar melainkan dari pengamatan langsung ketika melakukan survey dan wawancara di lapangan. Survey dan observasi dilakukan di daerah Sukabumi. Berikut hasil dari evaluasi resiko usaha tambak udang vaname : ) Resiko Ketersediaan Benih Tabel 7. Resiko Ketersediaan Benih Tambak Udang a. Kualitas benih yang digunakan b. Kondisi ekologi lahan tambak c. Kondisi teknologi pembesaran d. Kondisi serangan hama dan penyakit e. Jarak tambak dengan tempat pengolahan pasca panen/ pengolahan ke tempat pembelian f. Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku Rata-rata resiko ketersediaan bahan baku,5 ) Resiko Budidaya Tabel 8. Resiko Budidaya Tambak Udang Vaname a. Kondisi penanganan pasca panen produk b. Kualitas tenaga kerja pengolah c. Perawatan alat dan ketersediaan utilitas d. Kondisi bahan bakar Rata-rata resiko budidaya,75 Hasil evaluasi resiko harga bahan baku menunjukan resiko pada tingkat sedang dengan skor,5. Hasil evaluasi resiko budidaya menunjukan resiko pada tingkat sedang dengan skor,75. ) Resiko Pemasaran Tabel 9. Resiko Pemasaran Tambak Udang a. Biaya transportasi ke pengolahan/ ke pembeli b. Kondisi jangka waktu pembayaran hasil penjualan c. Kondisi posisi tawar pengusaha Rata-rata resiko pemasaran, 67
4) Resiko Pengusaha dan Mitra Usaha Tabel 0. Resiko Pengusaha dan Mitra Usaha Tambak Udang a. Pengalaman pengusaha dalam usaha b. Porsi investasi pengusaha mitra terhadap total investasi usaha 4 c. Hubungan pengusaha dengan pemasok bahan baku d. Hubungan pengusaha dengan pembeli Rata-rata resiko mitra usaha,5 Hasil evaluasi pemasaran menunjukan resiko pada tingkat sedang dengan skor,. Dan resiko pengusaha mitra usaha sedang dengan skor,5. 5) Resiko Permintaan dan Penawaran Produk Tabel. Resiko Permintaan dan Penawaran Produk Tambak Udang a. Kondisi kesetimbangan permintaan dan penawaran udang vanami b. Kondisi keamanan pasar udang hasil panen 4 Rata-rata resiko permintaan dan penawaran produk,5 6) Resiko Harga Bahan Baku Tabel. Resiko Harga Bahan Baku Tambak Udang a. Kondisi harga beli bahan baku b. Kondisi fluktuasi harga bahan baku dalam satu tahun terakhir 4 Rata-rata resiko harga bahan baku,5 7) Resiko Harga Produk Tabel. Resiko Harga Produk Tambak Udang a. Kondisi harga jual produk udang dibandingkan harga pokok produksi udang b. Kondisi fluktuasi harga udang dalam satu tahun terakhir 4 Rata-rata resiko harga produk,5 Hasil evaluasi permintaan dan penawaran produk menunjukan resiko pada tingkat sedang dengan skor,5, resiko harga bahan baku sedang dengan skor,5, dan resiko harga produk memiliki resiko yang sedang dengan skor,5. Berikut hasil rekap evaluasi tingkat resiko pembiayaan setelah dikalikan dengan bobot tiap parameter resiko yang diambil dari pakar : 68
Tabel 4. Rekap Evaluasi Tingkat Resiko (TRP) Parameter Resiko Bobot Nilai Resiko Usaha Ketersediaan Bahan Baku Pengolahan Pemasaran Pengusaha Mitra Usaha Resiko Industri Permintaan dan Penawaran Produk Harga Bahan Baku Harga Produk,5,75,,5 0,6 0,66 0,090 0, 0,84 0,456 0, 0,87,5,5,5 0,054 0,099 0,80 0,89 0,46 0,6 Total Resiko,000,859 Hasil evaluasi resiko keseluruhan menunjukan bahwa Tingkat Resiko usaha tambak udang vaname sedang dengan skor,859. Rata-rata nilai SWBI berdasarkan nilai bulan terakhir dari Bank Indonesia (www.bi.go.id) sebesar 6,4%. (Lampiran 0). Sedangkan rata-rata Harapan Keuntungan Usaha (HKU) per tahun untuk usaha tambak udang vaname adalah sebesar 0%. Tingkat resiko pembiayaan untuk usaha tambak berada pada tingkat sedang, sehingga nilai yang dipakai untuk tambak adalah 0,6. Dari data-data tersebut, maka diperoleh nilai target keuntungan minimal LKS untuk usaha tambak adalah : TKS Tambak = 6,4% + (0% - 6,4%) x 0,6 = 8,57% Nisbah bagi hasil antara LKS dan Pengusaha sangat dipengaruhi oleh bagian investasi yang dibiayai dan jangka waktu pembiayaan, target keuntungan minimal LKS dari sejumlah pembiayaan yang dikeluarkan, dan laba operasional yang didapat. Dari hasil simulasi yang dilakukan pada Vanamest.Org berdasarkan asumsi yang dimasukan di analisis finansial, didapat bahwa laba operasional rata-rata yang dihasilkan oleh usaha tambak udang vaname adalah sekitar Rp 6.08.4,00 /siklus, satu siklus sama dengan 4 bulan. Berikut hasil simulasi nisbah bagi hasil optimal yang didapat dengan mengasumsikan beberapa kondisi jumlah pembiayan atau bagian investasi LKS. 69
Tabel 5. Analisis Nisbah Bagi Hasil Syariah Tambak Udang Vaname Investasi Nisbah Bagi Hasil Rata/rata keuntungan/bulan (juta rupiah) LKS Pengusaha LKS Pengusaha 95% 5,04% 74,96% 4,56 58,54 85%,4% 77,59%,65 59,45 75% 9,77% 80,%,85 60,6 65% 7,4% 8,86%,4 60,97 55% 4,50% 85,50%,5 6,58 Keuntungan untuk LKS maupun pengusaha dipengaruhi oleh laba opersional usaha yang dicapai dan nisbah bagi hasil yang digunakan. Keuntungan usaha yang didapatkan LKS minimal harus sama dengan target keuntungan minimal yang sudah dihitung sebelumnya di sub model analisis target keuntungan LKS. Keuntungan yang didapatkan pengusaha minimal harus sama dengan rata-rata beban pengembalian pembiayaan tiap bulannya. Dengan menggunakan data yang diperoleh oleh modelmodel sebelumnya, maka tingkat kelayakan keuntungan usaha untuk pengusaha dan LKS dari masing-masing usaha yang disimulasikan adalah sebagai berikut : Tabel 6. Analisis Keuntungan Usaha Syariah Tambak Udang Vaname Investasi Target Keuntungan LKS /bulan (juta) Pengembalian pengusaha/bulan (juta) Peluang Keuntungan LKS > Target Keuntungan LKS (%) Peluang Keuntungan Pengusaha> Beban Pengembalian (%) Kelayakan Keuntungan LKS Pengusaha 95% 6,5 6,98 64% 67% Baik Baik 85% 5,5 5,9 60% 69% Cukup Baik 75% 4,86,4 58% 74% Cukup Sangat Baik 65% 4,,6 5% 77% Cukup Sangat Baik 55%,56 9,8 44% 79% Tidak Layak Sangat Baik Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keuntungan usaha terbaik dan paling optimal untuk LKS dan pengusaha adalah pada pembiayaan LKS sebesar 95%. Dengan proporsi pembiayaan tersebut, peluang keuntungan LKS lebih dari target keuntungan minimal 64% dan peluang keuntungan pengusaha lebih dari beban pengembalian pembiayaan bulanan 67%. Sub model evaluasi tingkat keuntungan pembiayaan untuk tambak diperoleh sebagai berikut : 70
Tabel 7. Analisis Tingkat Keuntungan Usaha Tambak Udang Vaname Keuntungan Untuk Investasi LKS Pengusaha Keputusan TKP 95% Baik Baik Sedang 85% Cukup Baik Rendah 75% Cukup Sangat Baik Rendah 65% Cukup Sangat Baik Rendah 55% Tidak Layak Sangat Baik Tidak Layak Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat keuntungan pembiayaan (TKP) untuk usaha tambak udang vaname masih cukup memberikan keuntungan dengan proporsi pembiayaan di atas atau sama dengan 65%, namun tingkat keuntungan tertinggi yang paling optimal untuk kedua belah pihak baik pengusaha maupun LKS adalah pembiayaan dengan proporsi 95% dari total keseluruhan investasi. Berdasarkan Tingkat Resiko (TRP) dan Tingkat Keuntungan (TKP), ditentukan Kelayakan Syariah usaha tambak : Tabel 8. Hasil Analisis Kelayakan Syariah Tambak Udang Vaname Investasi Keputusan Kelayakan 95% Layak- 85% Tidak Layak 75% Tidak Layak 65% Tidak Layak 55% Tidak Layak Dari hasil evaluasi kelayakan pembiayaan syariah dapat disimpulkan bahwa pembiayaan usaha tambak udang vaname dengan TRP sedang, baru dikatakan layak jika dilakukan dengan proporsi pembiayaan lebih dari atau sama dengan 95%.. Agroindustri Udang Beku Agroindustri udang beku merupakan salah satu pelaku usaha dalam mata rantai perdagangan udang vaname yang memiliki margin paling tinggi dibandingkan dengan pelaku usaha udang vaname yang lainnya, sehingga usaha ini cukup prospektif untuk dibiayai oleh bank syariah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dalam simulasi akan digunakan batasan maksimal 0 milyar rupiah dalam membiayai keseluruhan total investasi. 7
Namun berdasarkan wawancara dengan praktisi industri udang beku di daerah gersik, untuk membangun industri cold storage berbasis ekspor tidak cukup hanya dengan biaya 0 milayar, walaupun itu di luar tanah dan bangunan. Produk yang diperdagangkan secara ekspor harus mempunyai modal awal lebih dari 0 milyar rupiah. Hal ini dikarenakan tuntutan pasar ekspor yang lebih mementingkan kualitas dan mutu produk yang dijual, serta jumlah kapasitas yang dapat memenuhi permintaan dalam skala yang rata-rata besar di setiap tahunnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri udang beku sampai dengan saat ini masih belum bisa masuk dalam kategori usaha kecil dan menengah, namun sudah merupakan perusahaan dengan kapasitas produksi besar dan dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Perusahan cold storage seperti Kelola Mina Laut mempunyai kapasitas produksi rata-rata 474 ton per bulan pada tahun 009, dengan menggunakan mesin pembeku (IQF) sebanyak unit. Satu unit berkapasitas 7 ton per hari dan unit lainnya berkapasitas ton per hari. Kapasitas mesin adalah kapasitas maksimal, sedangkan dalam kenyataannya jumlah produksi per hari disesuaikan dengan jumlah pasokan udang dari pemasok yang berfluktuasi sepanjang tahun. Dalam simulasi pembiayaan pada Vanamest.Org, akhirnya ditetapkan bahwa untuk industri udang beku, jumlah kapasitas produksinya yaitu 485 ton per bulan atau dengan jumlah total keseluruhan investasi Rp 9.974.00.500,00. Dikarenakan usaha ini cukup prospektif, maka angka harapan keuntungan yang ditetapkan adalah sebesar 5% per tahun. Dengan kapasitas produksi 485 ton per bulan dan efisiensi 70%, maka dengan produktivitas 00% didapatkan jumlah produksi 9.500 kg per bulan dengan total omzet Rp 6.774.500.000,00. Dengan asumsi produktivitas dari tahun pertama sampai dengan tahun kelima berturut-turut adalah 80%, 85%, 90%, 95%, dan 00%, didapat total omzet selama 0 tahun adalah sebesar Rp 4.68.985.000.000,00. Udang yang diproduksi oleh agroindustri udang beku sangat bervariasi mulai dari ukuran 6-0 ekor/kg sampai dengan 7-90 ekor per kg. Jenis produknya pun bervariasi, mulai dari frozen shrimp IQF, Cooked and Peeled, dan Peeled and Deveined Blocks. Dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, literatur dan wawancara penulis, diperoleh harga jual rata-rata keseluruhan ekspor udang beku adalah Rp 0.900,00 /kg. Dari harga rata-rata tersebut diperoleh BEP produksi selama sepuluh tahun sebesar 45.58 kg dan BEP rupiah sebesar Rp 50.9.560.900,00. 7
Evaluasi resiko agroindustri udang beku dilakukan dengan menggunakan data hasil wawancara dengan responden yang pernah melakukan praktek lapang dan penelitian di industri udang beku. Berikut hasil dari evaluasi resiko untuk agroindustri udang beku : ) Resiko Ketersediaan Bahan Baku Tabel 9. Resiko Ketersediaan Bahan Baku Industri Udang Beku a. Kualitas bahan baku yang digunakan b. Kondisi ekologi pabrik c. Kondisi teknologi pembesaran dari pemasok d. Kondisi serangan hama dan penyakit e. Jarak pemasok dengan pabrik agroindustri udang beku f. Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku Rata-rata resiko ketersediaan bahan baku,67 ) Resiko Pengolahan Tabel 0. Resiko Pengolahan Industri Udang Beku a. Kondisi pengolahan udang di dalam pabrik b. Kualitas tenaga kerja pengolah c. Perawatan alat dan ketersediaan utilitas d. Kondisi bahan bakar mesin pengolah Rata-rata resiko pengolahan,75 ) Resiko Pemasaran Tabel. Resiko Pemasaran Industri Udang Beku a. Biaya transportasi dari pabrik ke konsumen b. Kondisi jangka waktu pembayaran hasil penjualan c. Kondisi posisi tawar pengusaha Rata-rata resiko pemasaran,67 4) Resiko Pengusaha dan Mitra Usaha Tabel. Resiko Pengusaha dan Mitra Industri Udang Beku a. Pengalaman pengusaha dalam usaha udang beku b. Porsi investasi pengusaha mitra terhadap total investasi usaha c. Hubungan pengusaha dengan pemasok bahan baku d. Hubungan pengusaha dengan pembeli/konsumen Rata-rata resiko mitra usaha,75 7
Hasil evaluasi resiko harga bahan baku menunjukan resiko pada tingkat rendah dengan skor,67. Hasil evaluasi resiko pengolahan menunjukan resiko pada tingkat rendah dengan skor,75. Hasil evaluasi pemasaran menunjukan resiko pada tingkat rendah dengan skor,67. Resiko pengusaha mitra usaha rendah dengan skor,75. 5) Resiko Permintaan dan Penawaran Produk Tabel. Resiko Permintaan dan Penawaran Produk Industri Udang Beku a. Kondisi kesetimbangan permintaan dan penawaran udang beku vaname b. Kondisi keamanan pasar ekspor produk udang beku Rata-rata resiko permintaan dan penawaran produk,5 6) Resiko Harga Bahan Baku Tabel 4. Resiko Harga Bahan Baku Industri Udang Beku a. Kondisi harga beli bahan baku b. Kondisi fluktuasi harga bahan baku dalam satu tahun terakhir Rata-rata resiko harga bahan baku 7) Resiko Harga Produk Tabel 5. Resiko Harga Produk Industri Udang Beku a. Kondisi harga jual produk udang dibandingkan harga pokok produksi udang b. Kondisi fluktuasi harga udang dalam satu tahun terakhir 4 Rata-rata resiko harga produk Hasil evaluasi permintaan dan penawaran produk menunjukan resiko pada tingkat rendah dengan skor,5, resiko harga bahan baku rendah dengan skor, dan resiko harga produk memiliki resiko yang sedang dengan skor. 74
Tabel 6. Rekap Evalaluasi Tingkat Resiko (TRP) Parameter Resiko Bobot Nilai Resiko Usaha Ketersediaan Bahan Baku Pengolahan Pemasaran Pengusaha Mitra Usaha Resiko Industri Permintaan dan Penawaran Produk Harga Bahan Baku Harga Produk,67,75,67,75 0,6 0,66 0,090 0, 0,56 0,90 0,50 0,,5 0,054 0,099 0,80 0,08 0,98 0,540 Total Resiko,000,95 Hasil rekap evaluasi tingkat resiko pembiayaan dapat dilihat di tabel 0. Hasil evaluasi resiko keseluruhan menunjukan bahwa Tingkat Resiko usaha agroindustri udang beku adalah rendah dengan skor resiko,95. Tingkat resiko pembiayaan untuk agroindustri udang beku berada pada tingkat rendah, sehingga nilai yang dipakai adalah 0,. Angka HKU ditetapkan sebesar 5%.Dari data-data tersebut, maka diperoleh nilai target keuntungan minimal LKS untuk agroindustri udang beku adalah : TKS Udang Beku = 6,4% + (5% - 6,4%) x 0, =,00% Dari hasil simulasi yang dilakukan pada Vanamest.Org didapat bahwa laba operasional rata-rata yang dihasilkan oleh agroindustri udang beku adalah Rp.76.557.00,00 /bulan. Berikut hasil simulasi nisbah bagi hasil optimal yang didapat dengan mengasumsikan beberapa kondisi jumlah pembiayan atau bagian investasi LKS. Tabel 7. Analisis Nisbah Bagi Hasil Syariah Agroindustri Udang Beku Investasi Nisbah Bagi Hasil Rata/rata keuntungan/bulan (juta rupiah) LKS Pengusaha LKS Pengusaha 95% 8,74% 8,6% 640,00.66,55 85% 6,77% 8,% 5,6.764,0 75% 4,80% 85,0% 98,89.877,66 65%,8% 87,8% 99,6.976,94 55% 0,85% 89,5% 4,5.06,04 75
Dengan menggunakan data yang diperoleh oleh model-model sebelumnya, maka tingkat kelayakan keuntungan usaha untuk pengusaha dan LKS dari masingmasing usaha yang disimulasikan adalah sebagai berikut : Tabel 8. Analisis Keuntungan Usaha Syariah Agroindustri Udang Beku Investasi Target Keuntungan LKS /bulan (juta) Pengembalian pengusaha/bulan (juta) Peluang Keuntungan LKS > Target Keuntungan LKS (%) Peluang Keuntungan Pengusaha> Beban Pengembalian (%) Kelayakan Keuntungan LKS Pengusaha 95% 9,58 474,59 6% 9% Baik Sangat Baik 85% 85, 44,6 59% 95% Cukup Sangat Baik 75% 77,0 74,68 56% 96% Cukup Sangat Baik 65% 68,76 4,7 5% 97% Cukup Sangat Baik 55% 540,49 74,76 45% 98% Tidak Layak Sangat Baik Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keuntungan usaha terbaik dan paling optimal untuk LKS dan pengusaha adalah pada pembiayaan dengan proporsi bagian investasi LKS sebesar 95%. Dimana peluang keuntungan LKS lebih dari target keuntungan minimal 6% dan peluang keuntungan pengusaha lebih dari beban pengembalian pembiayaan bulanan 9%. Berdasarkan hasi dari sub model hasil keuntungan usaha di atas, maka diperoleh tingkat keuntungan pembiayaan untuk udang beku sebagai berikut ; Tabel 9. Analisis Tingkat Keuntungan Agroindustri Udang Beku Keuntungan Untuk Investasi LKS Pengusaha Keputusan TKP 95% Baik Sangat Baik Tinggi 85% Cukup Sangat Baik Rendah 75% Cukup Sangat Baik Rendah 65% Cukup Sangat Baik Rendah 55% Tidak Layak Sangat Baik Tidak Layak Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan untuk agroindustri udang beku masih bisa dilakukan dengan proporsi pembiayaan di atas atau sama dengan 65%, namun tingkat keuntungan optimal untuk kedua belah pihak adalah pembiayaan dengan proporsi 95% dari total keseluruhan investasi. 76
Dari hasil evaluasi kelayakan pembiayaan syariah dapat disimpulkan bahwa pembiayaan usaha agroindustri udang beku dengan TRP rendah, baru dikatakan layak jika dilakukan dengan proporsi pembiayaan lebih dari atau sama dengan 65%. Berikut hasil simulasi yang dilakukan : Tabel 0. Hasil Analisis Kelayakan Syariah Agroindustri Udang Beku Investasi Keputusan Kelayakan 95% Layak- 85% Layak- 75% Layak- 65% Layak- 55% Tidak Layak B. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN MODEL Kelebihan dari model sistem penunjang keputusan kelayakan investasi agroindustri udang vaname ini diantaranya sebagai berikut : ) Model ini dapat melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan syariah usaha tambak udang vaname dan agroindustri udang beku, dimana di dalamnya user dapat mengetahui nisbah bagi hasil pembiayaan paling optimal, hasil keuntungan usaha untuk LKS atau LKS dan hasil keuntungan usaha untuk pengusaha, tingkat keuntungan pembiayaan, dan penetapan kelayakan pembiayaan syariah atas usaha yang disimulasikan berdasarkan parameterparameter yang dimasukan. ) Model ini dapat mengevaluasi tingkat resiko pembiayaan yang dilakukan berdasarkan kondisi usaha yang disimulasikan, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri bagi user dalam menilai hasil simulasi usahanya. ) Data data yang dimasukan bersifat fleksibel, user dapat mengubah atau mengedit data yang dimasukannya, dan mendapatkan hasil simulasi yang paling optimal 4) Model ini merupakan perangkat lunak aplikasi berbasis website, sehingga user dari aplikasi ini dapat dengan mudah mengakses model dimana pun dan kapan pun, serta dapat melakukan simulasi usaha tambak dan agroindustri udang vaname. 77
Keterbatasan dari model adalah : ) Dalam model ini belum ada fasillitas sistem pakar yang dapat memudahkan user berkonsultasi dengan sistem, terutama mengenai masalah pengendalian tingkat resiko dan keuntungan pembiayaan yang didapatkan dari usaha yang disimulasikan. ) Fluktuasi harga udang sangat dinamis, sehingga diperlukan metode perkiraan harga produk dan harga bahan baku. Model ini belum bisa mendukung aktivitas perkiraan ini. Model ini hanya bisa melakukan analisis sensitivitas melalui pengaturan asumsi biaya, modal tetap, dan biaya operasional di input data finansial. ) Dalam Vanamest.Org belum terdapat fasilitas yang dapat mempertemukan antara pengusaha yang melakukan simulasi dan LKS yang mencari hasil simulasi yang layak dibiayai. Hal ini terkait dengan basic skill penulis yang masih terbatas dalam pemrogran website. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar proses tersebut dapat dilakukan, sehingga penentuan keputusan pembiayaan pun menjadi semakin mudah dan interaktif. 78