HUBUNGAN ANTARA SIBLING RELATIONSHIP DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT

Nabila Vella Octaviany ABSTRAK

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

Kata kunci : Motivasi, Motivasi Untuk Menjadi Fan Fanatik, Fan Fanatik, Klub Manchester United, Jogjkarta United Indonesia.

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

GAMBARAN POLA SIBLING RELATIONSHIP PADA ADIK USIA REMAJA DENGAN KAKAK USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. sosial seseorang, perkembangan anak akan tergantung pada keberfungsian

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA

Kata kunci: Motivasi Seksual, Mahasiswa, Pria, Perilaku Seksual, Hubungan Seks Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan merupakan

HUBUNGAN ANTARA OVERINDULGENCE YANG DILAKUKAN AYAH DENGAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN ANNISA AMALIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

Abstrak. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

Studi Korelasional Mengenai Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Feedback yang

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP

BAB I PENDAHULUAN. dengan target atau yang disebut sebagai standar keahlian. keahlian atau pun standar keunggulan (standard of excellent).

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN TERHADAP RASA KOMPETENS DAN KETERHUBUNGAN DOSEN-DOSEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang)

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

CONTROL PADA PEGAWAI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

Kata Kunci : Regulasi Diri, Kecanduan, Online game, Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS : IT / 3 SKS

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

HUBUNGAN ANTARA POLA PARENTAL ATTACHMENT DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN REMAJA AWAL AINI NOOR TAUHIDA ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KETERLIBATAN AYAH DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DI TAHAP FAMILY WITH PRESCHOOL CHILDREN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI MENGENAI GAMBARAN SENSE OF COMMUNITY PADA PEMAIN GAME ONLINE YANG TERGABUNG DALAM GUILD/CLAN

3. METODOLOGI Variabel-Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RELATIONSHIP DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN STUDI PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN DI SDN X, SDN Y, DAN SDN Z JATINANGOR SEVIRA Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dibimbing oleh: Dra. Lenny Kendhawati, M. Si. ABSTRAK Sibling relationship merupakan salah satu relasi yang bisa dimiliki oleh sebagian anak dalam keluarganya. Menurut Cicirelli (1995) adanya sibling relationship ini pada masa kanak-kanak tengah diketahui memiliki dampak pada berbagai hal, salah satunya motivasi anak dalam belajar. Teori Self-Determination pun mengungkapkan bahwa motivasi, khususnya motivasi intrinsik, dapat meningkat seiring dengan terpenuhinya tiga kebutuhan dasar yang salah satunya adalah need for relatedness. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan tersebut bisa didapatkan dengan hubungan anak dengan keluarganya. Berdasarkan fenomena pada anak-anak di Jatinangor, maka penelitian dibuat dengan tujuan untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara sibling relationship dengan motivasi intrinsik pada anakanak yang berusia 11 tahun. Sampel penelitian merupakan 52 anak di SDN X, Y, dan Z Jatinangor yang memiliki kakak. Metode yang digunakan adalah studi korelasional dengan menggunakan alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang mengukur sibling relationship dan motivasi intrinsik. Hasil penelitian dengan uji Spearman menunjukkan adanya hubungan diantara kedua variabel sebesar 0,465. Nilai tersebut menunjukkan adanya korelasi yang bersifat moderate atau sedang diantara sibling relationship dengan motivasi intrinsik. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya sibling relationship cukup mendorong muncul dan bertumbuhnya motivasi intrinsik. Namun hanya dimensi warmth/closeness (rs: 0,616) dan conflict (rs: -1,000) yang memiliki hubungan dengan motivasi intrinsik. Hal tersebut berarti bahwa peningkatan warmth/closeness dalam hubungan anak dengan kakak cukup dapat mendorong peningkatan motivasi intrinsik, sedangkan peningkatan conflict dalam hubungan anak dengan kakak dapat mengakibatkan penurunan motivasi intrinsik. Kata kunci: sibling relationship, motivasi intrinsik, anak usia 11 tahun.

PENDAHULUAN Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dan paling pertama dialami seseorang dalam kehidupannya. Pada lingkungan pertama ini, hubungan anak bisa terjalin bukan hanya dengan orang tua tapi juga dengan saudaranya. Hubungan dengan saudara ini lebih lanjutnya akan disebut dengan sibling relationship. Sibling relationship memiliki pengertian berupa total interaksi (tindakan fisik maupun komunikasi verbal dan nonverbal) dari dua atau lebih individu yang berbagi pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, dan perasaan terhadap satu sama lain sejak mereka menyadari keberadaan saudara mereka (Cicirelli, 1995). Sibling relationship memiliki empat dimensi yaitu warmth/closeness, relative status/power. conflict, dan rivalry (Furman & Buhrmester, 1985). Di usia kanak-kanak tengah, persaudaraan biasanya ditandai dengan hubungan diantara saudara yang diwarnai dengan meningkatnya persaingan (Berk, 2013), namun juga kebanyakan persaudaraan yang berada pada usia sekolah ini mengembangkan ketergantungan antara satu dengan yang lain dalam hal saling menemani, bantuan, dan dukungan emosi (Siebert & Kens, 2009 dalam Berk, 2013). Saudara dapat mempengaruhi satu sama lain dalam perilaku, belajar, dan perkembangan selama rentang kehidupan, dimana hal ini relatif tidak tergantung oleh potensi genetis mereka (Cicirelli, 1995). Cicirelli (1995) menyatakan bahwa pengaruh saudara dalam belajar ada pada perilaku belajar anak, motivasinya, dan permasalahannya ketika berada di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Deci & Ryan (2000), yaitu bahwa inte raksi dalam keluarga menjadi salah satu lingkungan yang relasinya mempengaruhi motivasi. Motivasi intrinsik merupakan salah satu jenis motivasi yang berpusat pada keterkaitan yang aktif dengan tugas-tugas yang dipandang seseorang merupakan hal yang menarik dan bahwa, timbal baliknya, meningkatkan pertumbuhan (Deci & Ryan, 2000). Maka hal ini membuat motivasi intrinsik dianggap sebagai salah satu

motivasi yang paling penting dalam pendidikan (Ryan & Deci, 2000). Motivasi intrinsik menurut Deci & Ryan (2000) terdiri dari interest (peminatan), enjoyment (kesenangan), dan inherent satisfaction (pelekatan kepuasan). Menurut Deci & Ryan, salah satu hal yang mempengaruhi motivasi intrinsik adalah need for relatedness. Need for relatedness menyediakan dasar perkembangan bagi motivasi intrinsik, dimana dukungan-dukungan dari relasi menghasilkan regulasi yang menginternalisasi dan regulasi yang mandiri (Grolnick & Ryan, 1989; dalam Ryan & Deci, 2000). Regulasi ini yang menjadikan adanya motivasi intrinsik dalam diri seseorang. Sebuah penelitian dilakukan Noels (2001, dalam Dörnyei, 2001) untuk melihat motivasi belajar bahasa spanyol pada murid Anglo-American. Noels (2001, dalam Dörnyei, 2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi intrinsik dalam mempelajari bahasa kedua. Dukungan yang berasal dari keluarga ini salah satunya berasal dari hubungan anak dengan saudaranya yang lebih tua, yang ditandai dengan adanya dukungan, semangat, perhatian, pelatihan, dan pendampingan. Peneliti lalu mencari data awal ke SDN X. Berdasarkan data wawancara dengan guru didapatkan hasil adanya tingkat motivasi yang beragam dari anak yang berusia 11 tahun. Hal ini sejalan dengan data wawancara dengan anak 11 tahun. Pada wawancara dengan anak ditemukan pula bahwa anak mengandalkan kakaknya dalam kegiatan belajar. Ryan & Deci (2002) menyatakan bahwa need for relatedness diketahui memiliki keluaran yang lebih fokus mengenai kebersamaan dengan orang lain, dimana hal ini sejalan dengan data wawancara bahwa hubungan diantara diri anak dengan kakaknya lebih diwarnai oleh perasaan kebersamaan baik dalam kegiatan yang bersifat hiburan maupun belajar. Adanya perasaan kebersamaan ini berkontribusi pada motivasi intrinsik anak dalam belajar yang ditunjukkan dengan anak senang belajar, anak mau belajar, dan tiga dari empat anak menunjukkan semangat belajar walaupun pelajaran yang harus dikuasainya adalah pelajaran yang dianggap sulit. Hal tersebut terjadi karena menurut Deci & Ryan (2000) need for

relatedness menjadi dasar berkembangnya motivasi intrinsik. Namun walaupun kerap kali anak juga menyebutkan terjadi konflik dan persaingan diantara dirinya dengan kakaknya, hal tersebut tidak menjadikan motivasi belajar anak menjadi rendah. Anak masih menyatakan bahwa ia mau dan berusaha dalam belajar. Adanya berbagai gambaran sibling relationship dan motivasi intrinsik inilah yang menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk melihat lebih lanjut hubungan diantara kedua variabel tersebut pada anak-anak usia 11 tahun. Berdasarkan teori dan penelitian Noels (2001, dalam Dörnyei, 2001), terdapat asumsi bahwa secara umum sibling relationship dengan kakak akan berhubungan dengan motivasi intrinsik. Secara khusus, dominasi dimensi warmth/closeness, relative status/power, conflict, atau rivalry juga diasumsikan memiliki hubungan dengan motivasi intrinsik. Warmth/closeness diasumsikan akan meningkatkan motivasi intrinsik, hal ini berdasarkan bahwa adanya indikatorindikator yang dapat mendukung pemenuhan need for relatedness. Sedangkan dimensi relative status/power, conflict, dan rivalry diasumsikan akan menurunkan motivasi intrinsik, hal ini berdasarkan bahwa tidak adanya indikator-indikator yang dapat mendukung pemenuhan need for relatedness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara sibling relationship dengan motivasi intrinsik pada anak-anak usia 11 tahun. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan non eksperimental yaitu studi korelasional. Pendekatan non eksperimental kuantitatif sendiri adalah penelitian yang memiliki tipe deskriptif dimana memiliki tujuan untuk mencoba memberikan deskripsi atau gambaran dari situasi atau fenomena tertentu dengan akurat, dengan menggunakan data kuantitatif atau numerik (Christensen, 2004). Penelitian non eksperimental kuantitatif memiliki enam cara, yang salah

satunya adalah studi korelasional. Studi korelasional terdiri dari pengukuran dua variabel-variabel dan lalu menentukan derajat dari hubungan yang ada diantara keduanya (Christensen, 2004). Partisipan Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sampel nonprobabilitas yang bertipe aksidental. Sampling aksidental dilakukan dengan menggunakan sampel apa saja yang sudah di tangan (Kerlinger, 1986). Pada penelitian ini, teknik sampling aksidental diterapkan dengan cara peneliti mendatangi beberapa sekolah dasar kemudian mencari responden yang memiliki kriteria sesuai subjek penelitian. Pada penelitian ini terkumpul responden sejumlah 52 anak dari SDN X, Y, dan Z Jatinangor yang berusia 11 tahun dan memiliki kakak. Pengukuran Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur pertama mengukur sibling relationship dengan mengacu pada dimensi alat ukur Furman & Buhrmester (1985 ). Alat ukur kedua mengukur motivasi intrinsik yang diturunkan dari self-determination theory oleh Deci & Ryan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan uji Spearman diperoleh uji signifikansi (P) adalah 0,001. Nilai ini menunjukkan bahwa P < α, sehingga Ho menjadi ditolak dan H1 dinyatakan diterima. Nilai koefisien korelasi (r s) sebesar 0,465. Hal ini berarti bahwa pada anak-anak berusia 11 tahun yang ada di Jatinangor, hubungan diantara dirinya dengan kakaknya memiliki relasi yang bersifat sedang dan searah bagi motivasi dari dalam dirinya untuk belajar. Relasi dengan kakaknya cukup berhubungan dengan motivasi intrinsik anak, yaitu bahwa peningkatan sibling relationship akan diikuti dengan peningkatan motivasi intrinsik.

Temuan pertama yang berasal dari data penunjang pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kakak merupakan sumber penyemangat belajar yang penting bagi sebagian besar anak-anak yang menjadi responden. Sejumlah 14 anak menyatakan bahwa kakak lah yang paling menjadi sumber penyemangatnya atau memotivasinya untuk belajar. Ketika anak tidak mampu untuk menentukan hanya satu pihak saja yang paling menjadi penyemangatnya dalam menyenangi pembelajaran, maka kakak pun tetap tidak terlepas dari pihak yang turut mempengaruhinya. Sejumlah 12 anak menyebutkan kakak dan orang tua. Sejumlah 2 anak menyebutkan ibu dan kakak. Sejumlah 1 anak menyebutkan orang tua, guru, dan kakak. Sejumlah 1 anak menyebutkan kakak, orang tua, dan teman. Serta sejumlah 1 anak menyebutkan orang tua, guru, kakak, dan teman. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan, 31 anak menyebutkan kakak sebagai pihak yang turut paling mempengaruhinya dalam termotivasi untuk belajar. Adanya fenomena dimana kakak menjadi pihak yang paling mempengaruhi motivasi anak berarti bahwa kakak pun menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung pada motivasi intrinsik. Ini mengacu pada pernyataan Deci & Ryan (2000) bahwa sebuah hubungan yang aman mendasari munculnya kebutuhan untuk dukungan motivasi intrinsik. Adanya keterhubungan dan kebersamaan dengan kakak inilah yang dapat mengarahkan ekspresi alamiah anak untuk belajar menjadi lebih muncul. Maka hasilnya anak-anak menjawab bahwa kakak adalah pihak yang paling mendukung motivasinya. Sejumlah 60% anak menyatakan kakak sebagai pihak yang turut menjadikannya semangat dalam memperdalam pelajaran bisa dipahami dengan melihat data penunjang lainnya. Diketahui bahwa terdapat 11 responden yang menyatakan bahwa ia dan kakaknya sering kali belajar bersama. Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa kakak pun menjadi andalan dan mempengaruhi adiknya dalam menyenangi pembelajaran. Kakak yang menjadi andalan 11 responden ini menunjukkan bahwa pada usia ini, saudara merupakan pihak yang penting dalam kehidupannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Buhrmester & Furman (1990;

dalam Volling, 2003 dalam Blandon & Volling 2003) yaitu bahwa hubungan diantara saudara-saudara juga merupakan salah satu hubungan yang paling dekat dan intim yang bisa dimiliki seseorang baik saat masa kecilnya, masa remajanya, dan masa dewasanya. Secara khusus pentingnya peran kakak atau pengaruh kakak tersebut dinyatakan oleh Tucker, McHale, & Crouter (2001; dalam Berk, 2013) yaitu bahwa biasanya terdapat pola tolong-menolong secara khusus dimana saudara yang lebih tua akan membantu yang lebih muda dalam hal-hal bersifat akademik. Diketahui pula bahwa saudara yang lebih tua dapat menjadi pengasuh, guru, atau model; bahkan menjadi pengganti dari ketidakhadiran atau jauhnya orang tua ( Furman & Buhrmester, 1985). Sehingga wajar jika pada usia 11 tahun, anak mengandalkan kakaknya pada kegiatan akademiknya. Pada dimensi warmth/closeness, dapat dilihat bahwa korelasinya dengan motivasi intrinsik bersifat positif, yaitu sebesar 0,616. Hasil ini berarti bahwa ketika kehangatan dan kedekatan diantara kakak dan adik pada responden-responden merupakan hal yang lebih mendominasi dibandingkan dimensi lainnya pada hubungan mereka, maka motivasi intrinsik pun akan semakin tumbuh dan berkembang. Data penelitian pun memperlihatkan bahwa terdapat 58% responden yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi berada pada hubungan diantara saudara dengan dominasi warmth/closeness. Data tersebut menunjukkan hal yang sejalan dengan teori, bahwa hubungan yang hangat, positif, mendukung, dan berlandaskan kepedulian diantara kakak dan adik dapat dijadikan acuan pemenuhan need for relatedness yang mengantarkan pada motivasi intrinsik yang tinggi. Motivasi intrinsik yang tinggi diakibatkan oleh terpenuhinya strategi pemenuhan need for relatedness seperti yang diungkapkan oleh Weinstein (2014). Strategi pemenuhan hubungan yang hangat dan empatik dapat ditunjukkan dengan keakraban diantara kakak dan adik yang melakukan aktivitas-aktivitas bersama (misalnya bermain, menonton, mengobrol, menceritakan pengalaman sehari-hari), menerima dan memberi pengasuhan dengan kakak, merasa dekat seperti sahabat, serta saling tolong-

menolong. Strategi pemenuhan perasaan positif dengan kakak dapat ditunjukkan dengan perasaan kedekatan dan senang ketika bersama kakak. Strategi pemenuhan dukungan dari kakak dapat ditunjukkan dengan saling mengagumi dan memberikan pujian diantara kakak dan adik. Maka dapat dilihat bahwa adik yang merasa dominasi sibling relationship dengan kakaknya berada pada dimensi ini memiliki perasaan senang dalam menjalani kebersamaan dengan kakaknya tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Ryan & Deci (2000) yang meny atakan bahwa hasil dari pemenuhan need for relatedness adalah berupa perasaan psikologis mengenai kebersamaan dengan orang lain. Semakin terpenuhinya ciri-ciri tersebut maka akan menjadi salah satu cara agar strategi pemenuhan need for relatedness dapat dicapai. Hubungan positif seperti ini yang menjalin persatuan yang aman dan nyaman bagi anak. Deci & Ryan (2000) menyatakan bahwa sebuah hubungan yang aman mendasari munculnya kebutuhan untuk dukungan -sebuah dukungan jarak jauh- bagi motivasi intrinsik, perasaan aman yang membuat ekspresi alamiah cenderung bertumbuh dan lebih kuat. Sebagaimana pernyataan Deci & Ryan (2000) tersebut dapat diketahui bahwa need for relatedness tidak berhubungan secara langsung pada motivasi intrinsik, sehingga hubungannya menjadi kurang kuat. Maka hubungan dengan kakak yang dimaknakan aman dan nyaman serta menyediakan pemenuhan need for relatedness dengan munculnya perasaan kebersamaan, akan cukup mendorong perkembangan motivasi intrinsik anak. Namun dorongan pada motivasi intrinsik ini tidaklah begitu signifikan. Berdasarkan hasil penelitian pula, terdapat seorang responden dengan dominasi warmth/closeness yang memiliki motivasi intrinsik yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan data penunjang. Diketahui bahwa walaupun hubungan dengan saudaranya didominasi oleh hubungan yang dekat dan hangat, tetapi orang yang paling memotivasinya untuk belajar adalah kedua orang

tuanya. Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa pengaruh saudara mungkin kurang berkaitan dengan semangat murninya dalam belajar. Selain itu pun nilainya dalam rentang tinggi dan rendah buatan peneliti, ternyata tidaklah jauh untuk masuk dalam kategori tinggi. Pada dimensi conflict dapat dilihat bahwa korelasinya dengan motivasi intrinsik bersifat sangat tinggi tetapi negatif, yaitu -1,000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat konflik atau semakin mendominasinya konflik diantara kakak dan adik, maka akan menyebabkan motivasi intrinsik yang semakin rendah. Ini terjadi karena strategi atau usaha untuk ketercapaian need for relatedness menjadi tidak terpenuhi. Strategi pemenuhan hubungan yang hangat dan empatik tidak dapat dipenuhi karena hubungan ini diwarnai oleh pertengkaran dan persaingan. Strategi pemenuhan hubungan dengan perasaan positif tidak dapat dipenuhi karena hubungan ini diwarnai oleh perasaan bermusuhan, perasaan ditekan, diatur, dan memiliki afeksi yang negatif. Strategi pemenuhan hubungan yang ditandai dengan dukungan pun tidak dapat dipenuhi karena hubungan ini diwarnai oleh ketiadaan dukungan dan kekaguman. Semakin banyak indikator konflik ini muncul maka dampaknya adalah secara tidak langsung, motivasi intrinsik pun bisa semakin rendah. Ini dapat diartikan karena salah satu kebutuhan pendukung motivasi intrinsik semakin tidak terpenuhi, yaitu pemenuhan hasil dari need for relatedness yang berupa perasaan psikologis mengenai kebersamaan dengan orang lain. Perasaan kebersamaan tersebut adalah perasaan terhubung, dihargai, dan aman antara dirinya dengan kakaknya. Namun jika melihat data kuesioner saja, maka hubungan diantara conflict dengan motivasi intrinsik yang saling bertentangan menjadi kabur. Pada penggolongan motivasi intrinsik dalam tingkat tinggi dan rendah, kedua responden yang berada pada dominasi dimensi conflict ini nyatanya memiliki motivasi intrinsik yang tergolong tinggi. Hal ini dapat dipahami dengan melihat data penunjang. Berdasarkan data penunjang didapatkan hasil bahwa (1) anak merasa hubungan dengan kakaknya adalah hubungan yang baik, sehingga diasumsikan bahwa dalam

kesehariannya masih ada perasaan kebersamaan dengan kakak; (2) anak menyebutkan bahwa pihak yang memotivasi responden bukan hanya kakaknya tetapi juga kedua orang tuanya, sehingga diasumsikan bahwa apabila hubungan dengan kakak sedang mengalami konflik, maka orang tua dapat menjadi sumber lain yang memenuhi need for relatedness anak. Tidak berkorelasinya dimensi relative status/power dan rivalry dengan motivasi intrinsik dapat dipahami dengan mempertimbangkan hasil penelitian Buhrmester & Furman (1990). Menurut Buhrmester & Furman (1990), semakin mendekati masa remaja maka kesadaran pengalaman yang berkaitan dengan dimensi relative status/power akan semakin menurun juga. Maka walaupun sibling relationship anak dengan kakak didominasi oleh dimensi relative status/power, tetapi anak tidak menjadikan hal tersebut bermakna bagi dirinya. Hal ini berujung pada relative status/power tidak berpengaruh pada berbagai hal dalam kehidupan anak. Buhrmester & Furman (1990) juga menyatakan bahwa rivalry terhadap kakak tidak dipersepsikan sebagai hal yang sangat mengganggu bagi hubungan antar saudara. Dimensi rivalry yang ada antara dirinya terhadap kakak tidak begitu dimaknakan sebagai perasaan yang menimbulkan ketidakharmonisan dan kurangnya kehangatan. Adanya hal tersebut diasumsikan menjadi alasan mengapa dimensi rivalry tidak berhubungan dengan motivasi intrinsik. DAFTAR PUSTAKA Berk, Laura E. (2013). Child Development 9 th Edition. USA: Pearson. Blandon, Alysia Y. & Volling Brenda L. (2003). Positive Indicators of Sibling Relationship Quality: Psychometric Analyses of The Sibling Inventory of Behavior (SIB). University of Michigan. Buhrmester, Duane. & Furman, Wyndol. (1990). Perceptions of Sibling Relationships during Middle Childhood and Adolescence.

Christensen, Larry B. (2004). Experimental Methodology 9 th Edition. Boston: Allyn & Bacon. Cicirelli, Victor G. (1995). Sibling Relationship Across The Life Span. New York: Springer Science+Business Media, LLC. Deci, Edward L. & Ryan, Richard M. (2000). the What and Why of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Dörnyei, Zoltán. (2001). Motivation and Second Language Acquisition. USA: Furman, Wyndol. & Buhrmester, Duane. (1985). Children s Perceptions of The Qualities of Sibling Relationships. Kerlinger, Fred N. (1986). Asas-asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada University Press. Ryan, Richard M. & Deci, Edward L. (2000). The Darker and Brighter Sides of Human Existence: Basic Psychology Needs as a Unifying Concept.. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions.. (2000). Self-Determination Theory and The Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being.. (2000). When Rewards Compete with Nature: The Undermining of Intrinsic Motivation and Self-Regulation.. (2002). Overview of Self-Determination Theory: An Organismic Dialectical Perspective. New York: Univerity of Rochester Press. Weinstein, Netta. (2014). Human Motivation and Interpersonal Relationship: Theory, Research, and Application. UK: Springer Science+Business Media Dordrecht.