BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian Peran (role) diartikan sebagai aspek yang dinamis dari suatu kedudukan. Dimana apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia dikatakan menjalankan suatu peran (Ambarwati, 2009). Sedangkan menurut Soekanto (2007) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang dimilikinya. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu rangkaian tugas yang dilakukan seseorang berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat. 2. Faktor yang Mempengaruhi Peran Peran dipengaruhi berbagai faktor dibawah ini terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran, meliputi : a. Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan 5
6 menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c. Umur Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhimya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk
7 melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. f. Peran Petugas Kesehatan Peran petugas kesehatan dalam Posyandu antara lain ikut menginformasikan kepada masyarakat sasaran untuk datang ke Posyandu serta membantu mengevaluasi kegiatan bersama kader dan tindak lanjutnya. Hal ini akan memotivasi kader untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya karena termotivasi oleh petugas kesehatan (Mubarak, 2012). g. Kebijakan Pemerintah Dukungan lintas sektoral diperlukan mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik dari segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor. Kebijakan pemerintah yang dapat meningkatkan peran kader posyandu adalah melalui revitalisasi posyandu (Mubarak, 2012). h. Kebudayaan Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan
8 sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang Saifuddin (2002) dalam Mubarak, et al ( 2007). i. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, et al, 2007). B. Posyandu 1. Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan sendiri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Prasetyawati, 2011). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Mubarak, 2009). Posyandu dibagi menjadi 2, yaitu posyandu lansia dan posyandu balita. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu balita merupakan salah satu bentuk pendekatan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan untuk balita yang dikelola oleh kader
9 Posyandu yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas (Widagdo, 2009). 2. Tujuan Posyandu Tujuan pokok dari pelayanan terpadu adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, mempercepat penerimaan NKKBS, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan, dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat (Mubarak, 2009). 3. Pelayanan kesehatan di Posyandu balita Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita meliputi : a. Penimbangan bulanan b. Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang c. Imunisasi bayi 3-14 bulan. d. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama (Mubarak, 2009). 4. Strata atau Jenjang Posyandu Posyandu dikelompokkan menjadi empat, yaitu : a. Posyandu Pratama (warna merah) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat sehingga intervensinya adalah
10 pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah atau dilakukan pelatihan dasar lagi. b. Posyandu Madya (warna kuning) Posyandu tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu : 1) Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi. 2) Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. c. Posyandu Purnama (warna hijau) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :
11 1) Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat menentukan sendiri pengembangan program di posyandu. 2) Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. d. Posyandu Mandiri (warna biru) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM. (Prasetyawati, 2011). 5. Kriteria Kader Posyandu a. Dapat membaca dan menulis b. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan c. Mengetahui adat istiadat dan kebiasaan masyarakat d. Mempunyai waktu yang cukup e. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu f. Berpenampilan ramah dan simpatik g. Diterima masyarakat setempat h. Pelaksana kegiatan Posyandu (Purwandari, 2010)
12 C. Peran Kader Posyandu Balita 1. Pengertian Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenagatenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat dan untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003). Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap warga kelurahan setempat laki-laki maupun perempuan yang bisa membaca dan menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menjadi kader (Rahaju, 2005). Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan dipahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan selama ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005).
13 2. Peranan kader dalam kegiatan posyandu Menurut Depkes RI (2012) ada dua peran kader yaitu peran kader saat posyandu dan di luar posyandu. a. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah: 1) Memberitahu hari dan jam buka posyandu kepada ibu yang memiliki bayi dan balita sebelum hari buka posyandu. 2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum posyandu dimulai seperti timbangan, bukti catatan/sbp, KMS, alat peraga penyuluhan, oralit dan lain sebagainya. 3) Bekerja pada sistem 5 meja. 4) Melakukan penyuluhan kelompok pada ibu-ibu sebelum meja 1 atau setelah meja V (bila diperlukan). Dalam kegiatan posyandu kader sebaiknya mengetahui dan dapat menjelaskan jenis-jenis kegiatan posyandu berikut : a) Program KIA. Mengupayakan agar setiap ibu hamil berada dalam keadaan sebaik-baiknya dan melakukan pemeriksaan kehamilannya secara teratur, serta dapat menyelesaikan kehamilannya dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. b) Program KB. Tujuan utamanya adalah menjarangkan kehamilan serta menunda usia perkawinan. c) Program gizi. Salah satu program gizi yang paling utama adalah untuk menanggulangi masalah gizi kurang melalui usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). UPGK adalah suatu
14 pokok kegiatan terpadu untuk menanggulangi kekurangan kalori dan protein. Kegiatannya antara lain pemberian makanan tambahan (PMT), pemberian zat besi ibu hamil, ibu menyusui dan masyarakat yang membutuhkan kebun gizi dan tanaman obat keluarga (TOGA), serta pemberian vitamin A dosis tinggi. d) Program imunisasi. Bertujuan melindungi dari penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu penyakit TBC, difteri, pertusis, campak, tetanus dan hepatitis B. e) Program penanggulangan diare. Bertujuan menurunkan angka kematian akibat diare khususnya kurang gizi. (Mubarak, 2012). b. Peran kader diluar posyandu adalah: 1) Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. 2) Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu. 3) Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat. (Depkes RI, 2012). Kader posyandu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah
15 sistem kesehatan, karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman (WHO, 1995). Hal ini agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik. D. Keaktifan Keaktifan berarti suatu kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2008). Istilah keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang yang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan (Suryabrata, 2006). Menurut Subari (2008) keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu. E. Kunjungan Balita ke Posyandu 1. Pengertian Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat. Kunjungan balita ke Posyandu adalah datangnya balita ke Posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi dan lain sebagainya. Selain itu kunjungan balita ke Posyandu merupakan kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbangkan anaknya secara teratur tiap bulan, serta merupakan partisipasi masyarakat yang baik (Depkes RI, 2005). Kunjungan balita ke Posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali/tahun. Untuk ini kunjungan balita diberi batasan 8 kali per tahun (Handajani, Muzakkiroh dan Rukmini, 2009).
16 Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali per tahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu 1 tahun dianggap sudah cukup baik (Depkes, 2009). 2. Faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan balita di posyandu, yaitu a. Peran kader Peran kader sebagai pelaksana kegiatan posyandu merupakan kunci keberhasilan posyandu karena kader posyandu merupakan penghubung antara program dengan masyarakat serta memerlukan berbagai persyaratan tertentu agar keberadaannya diakui dan diterima masyarakat. Berlangsung dan tidaknya kegiatan di Posyandu tergantung dari kader, karena sebagian besar kegiatan di Posyandu dilakukakan oleh kader. b. Jarak Lokasi harus sesuai dengan standar pelayanan kesehatan (Assessible) yaitu mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk datang ke posyandu. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor lingkungan fisik atau letak geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan.
17 c. Kelengkapan sarana Sarana dalam kegiatan posyandu akan membantu kelancaran kegiatan posyandu. Sarana yang lengkap, jelas akan membantu kelancaran kegiatan posyandu (Hurlock, 2005). d. Keaktifan petugas Pembina Salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan pemberian informasi, dengan keaktifan petugas pembina pemberian informasi-infomasi tentang posyandu akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang posyandu dan hal ini menyebabkan masyarakat mau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, yaitu hadir menimbangkan anak balitanya ke posyandu (Hurlock, 2005). e. Tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu L.Green (1991) menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) untuk mempermudah seseorang bersikap dan berperilaku khusus, sehingga pengetahuan tentang posyandu yang baik pada ibu balita akan memberikan respon yang positif yaitu hadir di posyandu. f. Tingkat pendidikan ibu balita Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan posyandu. Makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Widagdo dan Husodo, 2009).
18 g. Umur Semakin tinggi umur seorang ibu, semakin banyak pengalaman dalam pola asuh anak, sehingga semakin bijaksana dalam merawat dan mengasuh anak tersebut. Sebaliknya semakin muda umur seorang ibu, maka semakin kurang pengalamannya dalam mengasuh balitanya (Leni dan Tantoro, 2012). h. Jumlah Anak Santoso dan Anne Lies Ranti dalam Sri Meiyeti (2006) mengatakan, anak balita sering kali tidak begitu diperhatikan lagi dan pengurusannya sering diberikan kepada orang lain karena ibu mempunyai anak lain yang harus diperhatikan. i. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan akan berhubungan dengan waktu luang yang dimiliki ibu balita untuk berkunjung ke Posyandu. Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke Posyandu (Triastuti, 2007). j. Motivasi Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, yaitu
19 sesuatu yang menjadi penggerak ibu untuk melakukan kunjungan ke Posyandu (Notoatmodjo, 2007). k. Partisipasi Masyarakat Peran tokoh masyarakat penting dalam kegiatan posyandu karena dengan ikut sertanya seluruh warga secara aktif, beban menjadi ringan dan tugas kader menjadi berkurang (Depkes RI, 2005). F. Hubungan antara Peran Kader Posyandu Balita dengan Keaktifan Kunjungan Balita Kader merupakan ujung tombak dari posyandu, karena mereka merupakan orang-orang terpilih dari masyarakat yang berperan dalam menggerakkan masyarakat (Handajani, Muzakkiroh, Rukmini, 2009). Berlangsung dan tidaknya kegiatan di Posyandu tergantung dari kader, karena memiliki frekuensi tatap muka lebih sering daripada petugas kesehatan, kader yang mempunyai motivasi yang baik untuk melaksanakan perannya di posyandu mampu meningkatkan pemanfaatan penimbangan balita di posyandu (I Gusti A.M.W). Peran kader posyandu yang meliputi peran saat posyandu dan diluar posyandu salah satunya adalah memotivasi ibu balita untuk memanfaatkan posyandu balita, selain itu kader juga berperan untuk menambah pengetahuan ibu melalui penyuluhan di posyandu. Kunjungan ibu ke posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peran kader dan tingkat pengetahuan ibu (Widagdo dan Husodo, 2009). Jika kader dapat melaksanakan perannya sesuai dengan kedudukannya sebagai kader, maka diharapkan pengalaman, sikap dan keyakinan ibu akan berubah sehingga
20 motivasi ibu akan meningkat dan pengetahuan ibu akan lebih baik yang berakibat kunjungan ibu ke posyandu untuk memanfaatkan pelayanan kegiatan di posyandu juga akan meningkat. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Widagdo dan Husodo (2009) yang menyebutkan bahwa kader posyandu yang berperan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kunjungan balita ke posyandu. G. Perbedaan Penelitian sekarang dengan Penelitian oleh Risqi (2011) Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Penelitian Sekarang Penelitian yang lalu Judul Hubungan antara Peran Kader Hubungan antara Keaktifan Posyandu Balita dengan Kader kesehatan dengan Keaktifan Kunjungan Balita Partisipasi Ibu dalam di Posyandu Pelaksanaan Posyandu Tempat Kelurahan Mojosongo Kelurahan Purwosari Waktu 2013 2011 Analisis data Spearman Spearman Rank Besar Sampel 179 responden 85 responden Indikator Alat Ukur Peran 1. Peran Kader saat Posyandu : a. Kesiapan kader dalam pelaksanaan sistem lima meja b. Kemampuan kader dalam pelaksanaan sistem lima meja 2. Peran Kader diluar jadwal Posyandu : Kemampuan Kader Posyandu diluar jadwal Posyandu 1. Kesiapan kader melaksanakan sistem lima meja posyandu 2. Kemampuan kader melaksanakan sistem lima meja posyandu 3. Keikutsertaan atau kehadiran kader kesehatan melaksanaakan sistem lima meja posyandu 4. Kedisiplinan kader melaksanakan sistem lima meja posyandu Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara penelitian sekarang dengan yang lalu. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan tempat, waktu dan responden. commit Perbedaan to user yang sangat signifikan adalah
21 penelitian sekarang menggunakan indikator terbaru dari Depkes untuk mengukur peran seorang kader, yaitu tahun 2012. H. Kerangka Konsep Peran kader meliputi peran saat pelaksanaan posyandu dan peran diluar kegiatan posyandu yang menentukan keaktifan kunjungan balita ke posyandu. 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan 7. Informasi Peran Saat Posyandu : a. Kesiapan Kader Posyandu b. Kemampuan Kader Posyandu Peran Kader Posyandu Balita Peran Diluar jadwal posyandu: Kemampuan kader Keaktifan Petugas Pembina Kelengkapan Sarana Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tingkat Pendidikan Ibu Balita Kunjungan Balita ke Posyandu Jarak Rumah Umur Ibu Jumlah Anak Jenis Pekerjaan Motivasi Gambar 2.1 : Hubungan antara Peran Kader dengan Keaktifan commit Kunjungan to user Balita ke Posyandu.
22 Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti I. Hipotesis Ada hubungan antara peran kader posyandu balita dengan keaktifan kunjungan balita di Posyandu Balita Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Surakarta.