BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak- lebih dari biasanya (tiga kali dalam sehari). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sementara Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak (UNICEF) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan setiap tahun balita meninggal karena diare 1. Angka kejadian diare balita di Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak kasus 2. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Demak, tahun 2009 terdapat kejadian diare balita, tahun 2010 terdapat kejadian diare balita dan selama tahun 2011 terdapat kejadian diare balita 3. Dari data tersebut, Puskesmas Karangawen II merupakan salah satu wilayah dengan angka kejadian diare yang tinggi yaitu sebanyak (8,2%) balita diare selama Tahun Desa Tlogorejo yang berada di wilayah kerja Puskesmas Karangawen II merupakan daerah dengan angka tertinggi untuk kejadian diare balita yaitu sebanyak 178 balita (17,6%). Angka kejadian diare bisa ditekan dengan peran dari Pos Pelayanan Terpadu () karena salah satu kegiatan utama dari posyandu adalah penanggulangan diare 4. Pos Pelayanan Terpadu () merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan 1

2 masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar 4. Keberadaan dengan 5 (lima) kegiatannya yang dikenal dengan Panca Krida yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Peningkatan Gizi dan Penanggulangan Diare. Kelima kegiatan yang dimaksud disebut juga pelayanan 5 (lima) meja, yaitu Meja 1 : pendaftaran oleh kader, Meja 2 : penimbangan balita oleh kader, Meja 3 : pencatatan hasil penimbangan oleh kader, Meja 4 : penyuluhan oleh kader dan petugas kesehatan, dan Meja 5 : imunisasi dan pemeriksaan ibu hamil oleh petugas kesehatan. Melalui diharapkan angka kejadian diare dapat ditekan karena salah satu kegiatan utama dari posyandu adalah penanggulangan diare 5. Pada hakekatnya menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat, maka dari itu mempunyai peranan yang sangat besar karena menyangkut pemenuhan kebutuhan kesehatan yang sangat vital. Saat ini sebagian telah kehilangan peranannya yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kualitas kader, minimnya sarana dan prasarana sampai tidak adanya biaya untuk operasionalisasi. Faktor-faktor tersebut menjadi indikator dalam penelaahan kemandirian yang mencerminkan tingkatan dalam strata tertentu 6. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Demak tahun 2011 menunjukkan bahwa hanya 8,6% saja yang mencapai strata mandiri, 41,09% dengan strata purnama, 39,40% dengan strata madya dan 10,91% dengan strata pratama 7. Dari data tersebut dapat dilihat lebih dari separuh belum mencapai strata mandiri. Selanjutnya data tersebut mengindikasikan bahwa kinerja belum berjalan sesuai dengan harapan, hal ini tercermin dari angka kejadian diare pada bayi dan balita yang masih tinggi. Strata yang belum dapat mencapai 2

3 pada tingkat strata mandiri menandakan bahwa kegiatan/program di belum berjalan dengan baik 8. Hasil penelitian Ridwan (2007) tentang Revitalisasi posyandu dalam meningkatkan kinerja posyandu di Kabupaten Tenggamus Provinsi Lampung, menunjukkan peningkatan yang belum merata karena perbedaan peran serta masyarakat dan fasilitasi pemerintah melalui puskesmas terhadap posyandu. Peran serta masyarakat di Puskesmas Wates lebih berpengaruh terhadap kinerja posyandu dibandingkan dengan peran serta masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pringsewu. Fasilitasi Pemerintah melalui Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Wates lebih berpengaruh terhadap kinerja posyandu dibandingkan dengan fasilitasi pemerintah di wilayah kerja puskesmas Pringsewu 9. Dalam pelaksanaannya kegiatan posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor predisposing (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan demografi tertentu), faktor enabling (sarana, biaya dan jarak) dan faktor reinforcing (dukungan dan petugas kesehatan). Faktor predisposing khususnya pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang paling dasar. Apabila kader sudah mengetahui dan memahami seluruh kegiatan posyandu dan kader sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, maka pelaksanaan program/kegiatan posyandu akan tercapai sesuai dengan harapan yaitu dapat menekan angka kejadian diare pada balita sebagai salah satu kegiatan utama posyandu. Didukung dengan faktor enabling dan faktor reinforcing yang memadai maka seluruh posyandu yang berada di Indonesia akan berada pada strata Mandiri, yaitu kegiatan akan terlaksana secara teratur dan mantap, cakupan program/kegiatan baik, memiliki Dana Sehat dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang mantap 10. Data dari Puskesmas Karangawen II menunjukkan bahwa dari bulan Januari 2012 hingga Maret 2012, terjadi 58 kejadian diare pada balita di Desa Tlogorejo, 12 (20,7%) diantaranya adalah dari balita yang 3

4 berasal dari Tlogoasri I Desa Tlogorejo. Dari studi pendahuluan saat melakukan observasi ke Tlogoasri I Desa Tlogorejo, diketahui bahwa Tlogoasri I Desa Tlogorejo berada pada tingkatan strata madya dimana kegiatan lima meja belum berjalan sesuai dengan harapan. Hal itu ditunjukkan dengan tidak hadirnya semua kader pada saat kegiatan posyandu berlangsung yang dikarenakan ada beberapa kader yang bekerja sebagai guru SD. Penyuluhan PHBS sebagai salah satu kegiatan untuk program pencegahan dan penanggulangan diare juga tidak disampaikan meski kegiatan itu merupakan salah satu kegiatan utama dari kegiatan rutin posyandu. Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian di Tlogoasri I Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah, Bagaimana faktor-faktor yang terkait dengan optimalisasi Peran Kader dalam penanggulangan dan pencegahan diare di Tlogoasri I Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi Peranan Kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare Tlogoasri I di Kelurahan Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan kader tentang tugas kader dalam Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare di posyandu. b. Mendeskripsikan pengetahuan kader tentang prinsip tata laksana diare. 4

5 c. Mendeskripsikan pengetahuan kader tentang tujuan tata laksana diare. d. Mendeskripsikan pengetahuan kader tentang prosedur tata laksana diare. e. Mendeskripsikan pelatihan tentang diare yang telah diikuti kader. f. Mendeskripsikan pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare di posyandu. g. Mendeskripsikan hambatan pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare di posyandu. h. Mendeskripsikan rencana perbaikan Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare di posyandu. i. Mendeskripsikan hambatan yang mungkin muncul dalam rencana perbaikan Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare di posyandu. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi guna menambah wawasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan optimalisasi peran kader posyandu dalam pencegahan dan penanggulangan diare. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan kejelasan informasi tentang peranan Kader dalam pengelolaan dan penyelenggaraan program pencegahan dan penanggulangan diare di Tlogoasri I di Kelurahan Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. b. Sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan pihak terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kecamatan, dan Kelurahan) sebagai dasar untuk melakukan Revitalisasi Tlogoasri I di Kelurahan Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. 5

6 E. Keaslian Penelitian (originalitas) No Peneliti /tahun 1 Ridwan /2007 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Desain Studi Variabel bebas dan terikat Revitalisasi Kualitatif Pengaruhnya Terhadap Kinerja di Kabupaten Tenggamus Hasil a. Revitalisasi posyandu berhasil meningkatkan kinerja posyandu di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, namun peningkatannyabelum merata karena perbedaan peran serta masyarakat dan fasilitasi pemerintah melalui puskesmas terhadap posyandu. b. Peran serta Masyarakat di Puskesmas Wates lebih berpengaruh terhadap kinerja posyandu dibandingkan dengan Peran serta masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pringsewu Yanuar Ardani/ M. Syafei/ 2008 Faktorfaktor Yang Berhubunga n Dengan Keberhasilan Pelaksanaan Model Pemberdaya an Kader Dalam Revitalisasi di Kabupaten Batang Hari Observasion al analitik dengan cross sectional Kualitatif dengan studi kasus -sarana, prasarana dan kader - keberhasila n pelaksanan posyandu model Terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan kader dan kelengkapan sarana dengan keberhasilan pelaksanaan posyandu model serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan dana dengan keberhasilan pelaksanaan posyandu model. 12 a. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat, dengan bimbingan dari lintas sector terkait seperti tim penggerak PKK, dinas kesehatan dan puskesmas, serta BadanKependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil. b. Sasaran kegiatan posyandu adalah semua masyarakat, terutama bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Waktu dan tempat pelaksanaan 6

7 4 Yon Ferizal/ 2007 Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Terhadap Intensitas Observasion al dengan cross sectional noneksperiment al -keaktifan kader -jumlah kunjungan posyandu lokasi posyanduk eaktifan kader kelengkapa n pelayanan posyandu posyandu ditentukan oleh masyarakat sendiri. c. Supaya kinerja kader posyandu dapat berjalan dengan baik, maka diberikan pemberian insentif sebagai bentuk motivasi terhadap kinerja kader posyandu. 13 a. hasil penelitan posyandu secara umum tidak sesuai dengan harapan. Keaktifan kader tidak terkait dengan kelengkapan pelayanan. b. Kelengkapan kemungkinan besar terkait dengan keterlibatan puskesmas. c. Jumlah kunjungan tidak terkait dengan kelengkapan pelayanan. 14 Berdasarkan Tabel 1.1. diatas, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Perbedaan penelitian Ridwan Tahun 2007 Revitalisasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja di Kabupaten Tenggamus dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti tentang optimalisasi peran Kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare dan pada lokasi penelitian. 2. Perbedaan penelitian Yanuar Ardani Tahun 2010 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pelaksanaan Model dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti tentang optimalisasi peran Kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare, lokasi penelitian dan pada desain studi. 3. Perbedaan penelitian M.Syafei Pemberdayaan Kader Dalam Revitalisasi di Kabupaten Batang Hari dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti tentang optimalisasi peran Kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare dan pada lokasi penelitian. 7

8 4. Perbedaan penelitian Yon Ferizal Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Terhadap Intensitas dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti tentang optimalisasi peran Kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare, lokasi penelitian dan pada desain studi. 8