BAB I PENDAHULUAN. pukul 20:09 WIB] 1 [diakses pada hari Rabu, 04 Mei 2011,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI KELOMPOK DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

LPF 8. LANGKAH 8 KONSULTASI PUBLIK 120 menit

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Pada Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat) SKRIPSI

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENGINTENSIFKAN PENDAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N &

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. IV VISI DAN MISI. pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapainya. langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kehidupan organisasi

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

DATA OLAH SPSS. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Partisipasi Individu dalam Program SL-PTT

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

PEDOMAN PELAKSANAAN Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN TAHUN 2010

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

1 UNIVERSITAS INDONESIA

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan saat ini, menempatkan unsur kelembagaan sebagai salah satu faktor penting untuk menjamin keberhasilan dan kesinambungan pembangunan dalam berbagai bidang. Hal ini mengingat sifat kelembagaan merupakan unsur esensial yang tidak dapat dijiplak secara mentahmentah atau dipinjam dari negara lain, melainkan harus digali dan dibentuk berdasarkan atas potensi dan sumberdaya lokal dengan mempertimbangkan nilainilai sosial dan budaya yang melekat pada masyarakat dan peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya kelembagaan itu harus diarahkan dan digerakan agar dapat mengimbangi dinamika dalam bidang ekonomi, mampu mengantisipasi berbagai perubahan-perubahan yang cepat dan mampu memanfaatkan berbagai masukan terutama informasi teknologi yang diperlukan guna menunjang pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan yang berdayaguna dan berhasil guna (Nasution, 2002). Seiring terjadinya pergeseran paradigma pembangunan nasional ke arah demokratisasi dan desentralisasi, sudah selayaknya kalau konsep pembangunan berorientasi kepada konsep pemberdayaan masyarakat. Namun pada kenyataannya tidak semua program pemberdayaan masyarakat yang diupayakan berjalan baik, hal tersebut salah satunya dikarenakan masih lemahnya kelembagaan yang ada di tingkat komunitas. Seperti yang diungkapkan Syahyuti 1 jika dicermati secara mendalam, pada hakikatnya pengembangan kelembagaan masih merupakan jargon politik daripada kenyataan riil di lapangan. Dengan membungkus suatu kebijakan dengan pengembangan kelembagaan seolah-olah pelaksana program telah bersifat menghargai kearifan lokal, lebih sosial, dan lebih partisipatif. Kenyataanya mungkin teknologi sebagai entry point-nya, bukan kelembagaan. Padahal kelembagaan merupakan faktor yang mendasar untuk 1 http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/mono25-02.pdf [diakses pada hari Rabu, 04 Mei 2011, pukul 20:09 WIB]

2 mengembangkan potensi individu maupun kelompok pemanfaat, serta membentuk solidaritas antar pihak. Pernyataan di atas diperkuat dari hasil penelitian Tim Studi Aksi PSP3 IPB di DAS Citanduy. Ditemukan bahwa kelembagaan komunitas lokal masih belum mampu mengembangkan jejaring kelembagaan baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal, kelembagaan komunitas lokal yang ada belum mampu membangun dan mengembangkan jejaring dengan berbagai kelembagaan lain di luar komunitasnya. Sedangkan secara vertikal pemerintah dengan kebijakannya masih belum memberikan ruang yang luas bagi partisipasi anggota kelembagaan komunitas lokal untuk mengembangkan kreatifitasnya dan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Nasdian (2006) Peningkatan kapasitas kelembagaan desa merupakan suatu proses dalam pemberdayaan komunitas desa. Dalam pendekatan kolaboratif prinsip kesetaraan bagi para stakeholder adalah kunci keberhasilan dalam mewujudkan kemitraan. Namun pada kenyataannya komunitas desa sebagai stakeholder berada pada posisi paling lemah sehingga diperlukan upaya pemberdayaan agar prinsip kesetaraan tercapai dan masyarakat dapat berperan sejajar dengan stakeholder lainnya. Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat di komunitas tidak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan NGO. Bahkan, sekarang oleh pihak-pihak swasta yang berkepentingan di wilayah komunitas tersebut sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya. Sebagai suatu metode, pemberdayaan masyarakat menekankan adanya proses partisipasi dan peranan langsung dari warga komunitas (Suharto, 2005). Jaya Tani adalah Gabungan Kelompok Tani yang ada di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Program pemberdayaan yang sedang aktif saat ini adalah kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu untuk Padi.Program SL-PTT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola usaha taninya melalui berbagai macam strategi salah satunya adalah melalui penguatan kelembagaan pertanian yang meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih, KUD,

3 dan lain-lain serta pembiyaan usaha tani melalui KKP-E, LM3, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan PUAP. Kegiatan SL-PTT di Desa Cibunian dilaksanakan pada masing-masing kelompok tani anggota Gapoktan Jaya Tani. Keberhasilan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu ini tidak lepas dari dukungan kelembagaan yang ada di tingkat lokal salah satunya adalah Gapoktan Jaya Tani. Oleh karena itu, keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani dipandang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan kaitannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Gapoktan Jaya Tani. 1.2 Masalah Penelitian Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan sekolah lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan.dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. SL-PTT dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip partisipatif. Pada pelaksanaan SL-PTT petani berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. Setiap petani anggota Gapoktan atau Poktan berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda misalnya tingkat pendididikan, luas lahan dan sebagainya. Menurut Slamet (1993) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian. Oleh karena itu, secara garis besar, pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah bagaimana karakteristik sosial ekonomi petani anggota Gapoktan Jaya Tani dan hubungannya dengan tingkat partisipasi individu dalam program SL-PTT?

4 Keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani dianggap begitu penting mengingat lembaga ini adalah lembaga yang paling representatif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat khususnya petani mengenai berbagai macam informasi yang mendukung kegiatan atau pengembangan pertanian di Desa Cibunian. Melihat peran dan fungsinya yang cukup sentral di masyarakat, maka muncul pertanyaan: Bagaimana tingkat keseimbangan pelayanan-peran serta, tingkat demokrasi, tingkat transparansi, tingkat akuntabilitas, dan kuat jejaring kelembagaan yang terbangun? Dalam penerapannya, SL-PTT tidak lepas dari prinsip-prinsip partisipasi. Hal itu dimulai dengan proses diskusi untuk mengidentifikasi masalah dan peluang antara petani dengan penyuluh lapang, kemudian menentukan komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok, penyusunan RUK, penerapan PTT dan sampai pada pengembangan PTT ke petani lainnya. Melihat proses tersebut penting untuk mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT? Keberhasilan program SL-PTT dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam menentukan teknologi pengelolaan tanaman terpadu yang sesuai dengan situasi dan kondisi alam pada masing-masing kelompok tani, selain itu keberhasilan program ini juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap rangkaian kegiatan. Keberhasilan program ini juga tidak lepas dari bagaimana faktor eksternal dan internal, faktor eksternal misalnya keterampilan penyuluh dalam menarik minat, mengidentifikasi masalah dan kemampuan bekerjasama bersama petani, dari faktor internal salah satunya adalah kondisi dari Gapoktan itu sendiri baik itu dari aspek manajemen dan good governance. Oleh karena itu, menjadi penting untuk dilihat sampai sejauh mana peran kelembagaan berkelanjutan terhadap partisipasi kelompok dalam program SL-PTT?

5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sampai sejauh mana keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani dan tingkat partisipasi kelompok dalam program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Tujuan utama ini akan dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yaitu: 1) Menganalisis karakteristik sosial ekonomi petani anggota Gapoktan Jaya Tani dan hubungannya dengan tingkat partisipasi individu dalam program SL-PTT; 2) Mengidentifikasi tingkat keseimbangan pelayanan-peran serta, tingkat demokrasi, tingkat transparansi, tingkat akuntabilitas, dan kuat jejaring kelembagaan yang terbangun; 3) Mengidentifikasi tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT; dan 4) Menganalisis sejauh mana peran kelembagaan berkelanjutan terhadap tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1) Bagi Akademisi Hasil penelitian berjudul Analisis Keberlanjutan Kelembagaan dan Tingkat Partisipasi Kelompok Dalam Program Pemberdayaan Petani di Komunitas dapat digunakan untuk memahami hubungan antara tingkat partisipasi kelompok dalam program pemberdayaan petani di komunitas dengan keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengembangan masyarakat. 2) Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai peran penting penguatan kelembagaan lokal sehingga berkelanjutan untuk menciptakan kesetaraan komunitas

6 dengan stakeholders kemitraan. lain dalam mewujudkan kolaborasi dan 3) Bagi Pihak Swasta Melalui hasil penelitian ini, diharapkan program pemberdayaan yang akan diupayakan di komunitas, memperhatikan kelembagaan yang ada tingkat komunitas tersebut, sehingga program pemberdayaan yang diupayakan dapat berkelanjutan. 4) Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dalam penyusunan program pemberdayaan di komunitas yang melibatkan berbagai stakeholders. Sehingga diharapkan setiap stakeholders dapat berperan aktif dan saling mendukung.