Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN.

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

Transkripsi:

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 54-0849 e-issn : 548-398 Vol., No 7 Juli 07 PENGARUH PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN BALEENDAH Ela Rohaeni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Cirebon) azizsubkhan@gmail.com Abstrak Prosentase kenakalan remaja di kota Bandung tahun 008 sebesar,4%, sementara di kabupaten Bandung sebesar 0,6%. Pada usia remaja masalah kesehatan yang dihadapi sering kali berkaitan dengan kecenderungan berperilaku berisiko antara lain penyalahgunaan Napza, kehamilan di luar ikatan pernikahan, oburtos, penularan penyakit seksual, HIV/AIDS, dan lain sebagainya. Pilihan yang diambil remaja sangat tergantung dari ketersediaan informasi dan pelayanan yang mereka dapat dari pihak eksternal. SMPN Baleendah merupakan sekolah yang telah 3 tahun ini menerapkan program PIK-KRR. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas VIII SMPN Baleendah. Metode yang digunakan adalah studi perbandingan (Comparative Study) secara Cross Sectional, dengan uji independent sample test untuk menguji pengaruh PIK-KKR terhadap pengetahuan siswa. Hasil penelitian ini yaitu pengetahuan pada siswa yang mengikuti PIK-KRR terkategori kurang sebesar 3,7%. Pengetahuan untuk siswa yang mendapat informasi yang bersumber dari media lain terkategori kurang sebesar 53,%. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pada siswa yang mengikuti PIK-KRR dan kelompok siswa yang mendapat informasi terkait kesehatan reproduksi remaja yang bersumber media lain. PIK-KRR lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan siswa perihal kesehatan reproduksi remaja. Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan yang cukup tinggi perihal derajat pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya, khususnya siswa-siswi yang berperan sebagai signifikan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada Siswa Kelas VIII yang mengikuti PIK-KRR dan yang memperoleh informasi dari media lain. PIK-KRR lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan siswa perihal kesehatan reproduksi remaja. Kata Kunci: PIK-KRR, Kesehatan Reproduksi, Remaja 40

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pendahuluan Usia remaja merupakan usia beresiko. Hal tersebut penulis utarakan sebab di usia tersebut beberapa remaja kerap melakukan hal-hal beresiko yang dapat merusak kesehatan seperti pergaulan bebas dan beberapa perilaku lain yang beresiko. Hal ini sesuai dengan ciri dan karakterisitik mereka yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin mencoba pada hal-hal yang baru. Sehingga akibat perilaku yang kurang terarah dan kurang pembinaan itu timbul masalah kesehatan pada remaja, antara lain penyalahgunaan Napza, kehamilan yang tidak diinginkan, abortus, serta beberapa produk pergaulan bebas lainnya, termasuk resiko HIV/AIDS. (Depkes RI: 005). World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa terdapat seperlima dari total penduduk dunia adalah remaja berusia 0-9 tahun. 900 juta diantaranya berada di negara berkembangkan. BPS mengungkapkan bahwa terdapat % penduduk Indonesia berusia 0 9 tahun. Jumlah tersebut terbagi menjadi 50,9% untuk perempuan dan 49,% untuk laki-laki (Depkes RI: 005). Sedangkan di tahun 007 remaja usia 0 4 tahun berjumlah 8,64% dari total penduduk Indonesia. Secara umum jumlah siswa SMP seluruh Indonesia yaitu sebesar 8,08% (Sarwono: 005). Pengaruh informasi global yang mudah diakses memungkinkan remaja mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras, pemakaian narkoba, dan perilaku negatif lainnya. Pada tahap lanjut setiap kegiatan di atas akan berujung pada peningkatan perilaku seksual dini remaja (Jameela: 008).. Bahkan, pada tahap akhir, remaja akan cenderung menjadikan kebiasaan buruk seperti disebutkan di atas menjadi suatu rutinitas yang membahayakan. Untuk langkah awal pencegahan, peningkatan akan pengetahuan kesehatan reproduksi menjadi suatu keharusan mengingat di beberapa tahun terakhir sangat sedikit remaja yang belum mengetahui akan kesehatan reproduksinya, sehingga komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang kesehatan reproduksi menjadi pilihan utama yang harus diambil. Pengembangan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja bermanfaat untuk melindungi mereka dari berbagai risiko seperti penyalahgunaan napza, seks pra nikah dan HIV/AIDS (Darwisyah: 008). Untuk menyeleraskan hal yang sebagaimana di atas, pemerintah kemudian mengolaborasikan BKKBN dan beberapa tim khusus untuk melaksanakan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di tahun 000. Secara umum program KRR Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 4

Ela Rohaeni merupakan upaya pelayanan yang dilakukan pemerintah dan BKKBN unuk mewujudkan remaja Indonesia yang memiliki status kesehatan reproduksi yang baik (BKKBN: 008). Selain itu program KRR merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 004-009) (BKKBN: 008). Seiring berjalannya waktu, serta untuk meningkatkan keefektifan program KRR, maka BKKBN membuat suatu program bertajuk PIK-KRR atau program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Dalam prosesnya PIK-KRR berperan sebagai pembantu remaja guna mendapat informasi dan konseling terkait KRR (Darwisyah: 009). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sahabat anak remaja (SAHARA) Indonesia Foundation pada tahun 008 mengungkapkan bahwa kenakalan remaja di kota Bandung sebesar,4%, sementara di kabupaten Bandung sebesar 0,6%, yang terdiri dari penyalahgunaan Napza, kehamilan di luar nikah, minum minuman keras, geng motor, bullying, membolos, memeras teman, mencoret-coret tembok dan sebagainya (Jameela: 008). BKKBN bekerjasama dengan sekolah untuk menjalankan program PIK-KRR yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan remaja terutama terkait kesehatan reproduksi baik di sekolah SMP, SMA, SMK kota maupun kabupaten di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di SMP negeri Baleendah, karena dari tiga SMP negeri di wilayah Baleendah dan beberapa SMP swasta, SMPN Baleendah merupakan sekolah yang telah 3 tahun ini menerapkan program PIK-KRR. PIK-KRRyang telah ada ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan demi terjaganya generasi tangguh dari halhal terkait permasalahan remaja terkait bergaulan bebas. Oleh karena hal di atas penulis kemudian terkait meneliti Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja atau PIK-KRR Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa Kelas VIII di SMPN Baleendah. 4 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan studi perbandingan (Comparative Study) menggunakan pendekatan cross sectional dan mengambil data primer dari lembar kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang diisi oleh siswa. Penelitian ini dilakukan di SMPN Baleendah dari bulan Desember 00. Adapun alasan peneliti menggunakan SMP Negeri Baleendah adalah karena sekolah tersebut memiliki siswa dengan usia rawan pergaulan bebas. Oleh karena hal tersebut sudah menjadi hal yang wajar jika peneliti menggunakan sekolah tersebut sebagi suatu tempat penelitian. Populasi penelitian yaitu siswa dan siswi kelas VIII SMPN Baleendah sebanyak 44 siswa. Populasi disini ialah seluruh siswa yang aktif mengikuti proses pembelajaran di SMP Negeri Baleendah. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 8 siswa. Pemilihan jumlah sampel sendiri berlandaskan teknik total sampling, dimana pengambilan sample dilakukan dengan mengikutkan seluruh jumlah populasi yang telah mengikuti program PIK-KRR dan siswa yang mendapat informasi terkait kesahatan reproduksi remaja dari media lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel umum. Variabel pertama adalah variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas atau variabel tidak terikat. Adapun variabel terikat sendiri diwakili oleh pengetahuan terkait kesehatan reproduksi remaja. Variabel yang kedua adalah variabel bebas. Berlawanan dengan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang bertindak sebagai pengaruh atas variabel lain (terikat). Dalam ranah ini variabel bebas diwakili oleh program PIK-KRR serta sumber informasi lain. Data yang digunakan disini merupakan data primer. Dalam prosesnya data ini diambil melalui pembagian kuesioner ke responden. Namun demikian pembagian ini dilakukan secara tertutup sehingga tingkat kualitas hasil yang diperoleh akan cenderung terjamin. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data. Teknik analisis data yang pertama adalah analisis Univariat. Menghitung jumlah jawaban benar dan salah pada masing masing kelompok setelah test dengan menggunakan rumus persentase. Proporsi dari setiap kategori dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 43

Ela Rohaeni P f n x00% Keterangan: P : prosentase f : frekuensi distribusi n : jumlah responden Setelah ditabulasi selanjutnya pengetahuan ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut:. >76-00% : Baik. 56% - 75% : Cukup 3. < 55 : Kurang baik Analisis data berikutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung jumlah jawaban benar dan salah pada masing-masing kelompok yang mengikuti program PIK-KRR serta mendapat informasi dari media lain: Skor = Jawaban yang benar - jawabansalah n b. Menghitung selisih antara nilai masing-masing kelompok yang mengikuti program PIK-KRR serta mendapat informasi dari media lain: b a Beda = x00% a Ket : ) Nilai kelompok yang tidak ikut serta dalam program PIK-KRR ) Nilai kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain. c. Menghitung komparabilitas hasil pada pihak yang mengikuti pogram PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain: Mencari rata rata test 44 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Rumus : X = N X d. Memperoleh standar deviasi golongan Rumus: S = X X X X n n e. Uji statistik dengan menggunakan uji t X X Rumus: t = S n n Pada proses lanjut peneliti kemudian membandingkan hasil pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain dengan tahapan seperti berikut: a. Mencari nilai rata rata pada pihak yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain. b. Mencari standar deviasi Rumus : Rumus : S = c. Mencari standar deviasi gabungan Rumus : S = d. Uji statistik dengan menggunakan uji t X X n n. fx fx n. n n S n n n X X Rumus : t = S n n S e. Interpretasi pada tabel Rumus : C = C C C B B 0 0 0 B B0 Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 45

Ela Rohaeni Keterangan : X Mean hasil tes pada pihak yang mendapat informasi yang bersumber dari media lain X Mean hasil tes pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR X = Nilai tes n = n = S = S = media lain Total sampel pada pihak yang mendapat informasi dari media lain Total sampel untuk pihak yang mengikuti program PIK-KRR Standar deviasi gabungan Standar deviasi pada kelompok yang mendapat yang bersumber dari S = Standar deviasi pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR f = B = Frekuensi nilai Nilai dk yang dicari B 0 = Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada B = C = Nilai dk pada akhir nilai yang sudah ada Nilai t tabel yang dicari C 0 = Nilai t tabel awal yang sudah ada C = Nilai t tabel akhir yang sudah ada Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang Pengaruh PIK-KRR yang telah diikuti siswa selama tahun terhadap pengetahuan siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pasca Mengikuti Program PIK-KRR Pengetahuan f % Baik 40 49,4 Cukup 38 46,9 Kurang 3 3,7 Jumlah 8 00 46 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada tabel menunjukan bahwa prosentase pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja kurang sebesar 3,7 %. Tabel Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pasca Mendapat Informasi Dari Sumber Lain Pengetahuan f % Baik 4,8 Cukup 6 3, Kurang 43 53, Jumlah 8 00 Pada tabel menunjukan bahwa prosentase pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja yang kurang sebesar 53,%. Tabel 3 Perbedaan Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Setelah Mengikuti Program PIK-KRR dan Menyimak Informasi dari Sumber Lain Mengikuti PIK-KRR Sumber Informasi Lainnya Total Pengetahuan P-value f % f % f % Baik 40 76,9 4,8 5 00 0,00 Cukup 38 59,3 6 3, 64 00 Kurang 3 6,5 43 53, 46 00 t : 8,4 Pada tabel 3 menunjukan bahwa terdapat 6,5% siswa yang mengikuti program PIK-KRR memiliki pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja terkesan masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik dengan uji independent sample test, didapatkan nilai p-value (0.00) < (α = 0,05). Dengan adanya hasil di atas penulis kemudian berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok terkait pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja yang telah mengikuti PIK-KRR dan tidak. Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 47

Ela Rohaeni B. Pembahasan. Pengetahuan Remaja Terkait KRR Yang Mengikuti Program PIK-KRR Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja akan kesehatan reproduksinya cenderung minim dan hanya berada di angka 3,7%, kendati telah mengikuti PIK-KRR. PIK-KRR sendiri merupakan wadah kegiatan program KRR yang dikelola dan diperuntukkan pada remaja yang ingin memperoleh informasi terkait KRR dan bimbingan konseling terkait hal yang sama. Di samping dua fungsi di atas PIK- KRR juga menyelenggarakan produk penduduk untuk mewujudkan generasi muda yang melek akan kesehatan reproduksi remaja. Program KRR merupakan program yang disiapkan pemerintah dan lembaga terkait untuk membantu dan/atau menyiapkan remaja agar lebih tegar dan kuat dari resiko TRIAD KRR dan mewujudkan pemuda yang bebas dari gangguan maupun penyakit reproduksi (BKKBN: 008). Ruang lingkup PIK-KR sendiri meliputi beberapa aspek penting dalam pemberian informasi terkait KRR, pengembangan kemampuan atau skill, pelayanan dan pemberian konseling, pengembangan jaringan dan dukungan, serta memberikan dukungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (BKKBN: 006). Berorientasi pada hasil penelitian di atas penulis kemudian berkesimpulan bahwa mengikuti program PIK-KRR berdampak positif atas meningkatnya pengetahuan remaja akan KRR. Hal ini disebabkan oleh rutinnya kegiatan KRR dilakukan dengan baik dan baik konselor maupun pemberi materi dalam program PIK-KRR ini merupakan petugas yang terlatih dan kompeten dari Puskesmas setempat dan BKKBN sehingga terdapat pengaruh yang positif. Masih terdapatnya siswa yang mempunyai pengetahuan yang relatif kurang dapat disebabkan oleh kurang disiplin siswa dalam kehadiran setiap pertemuan, sehingga terdapat pengetahuan yang tidak diterima siswa dan kurang memahami terkait informasi yang diberikan. Oleh karena itu peran serta guru, siswa dan orang tua yang aktif sangat diharapkan demi berjalan efektifnya PIK-KRR yang telah ada ini, serta dapat mewajibkan kepada siswa untuk mengikuti kegiatan ini karena semua siswa membutuhkan pengetahuan yang cukup dan benar terkait KRR. 48 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. Pengetahuan Remaja Terkait KRR Yang Memperoleh Informasi Dari Sumber Lain Berdasarkan hasil penelitian di atas derajat pengetahuan remaja terkait KRR cenderung kurang dan hanya berada di angka 53,%. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa remaja tersebut memerlukan adanya penyuluhan atau program yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi memiliki kaitan dengan KRR. Hal tersebut selaras dengan konsep dari edukasi kesehatan, yaitu sekumpulan upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terciptanya perilaku sehat. Media cetak, media audio-visual dan elektronik sebagai bagian dari media komunikasi saat ini sudah tidak bisa dihilangkan keberadaannya. Media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama dalam mengisi aktivitas kesehariannya, dan tidak hanya dilakukan pada saat untuk mengisi waktu luang, melainkan juga di saat-saat melakukan pekerjaan. Karena kemudahannya inilah, maka pengguna media elektronik semakin banyak. Masalahnya adalah informasi yang diberikan sangat beragam, dan penggunanya juga beragam. Bila penggunanya hanya sekelompok orang saja, maka dampaknya tidak membahayakan, namun bila penggunanya adalah seluruh warga masyarakat sebagai bagian suatu bangsa dan berbagai usia, maka efeknya media ini akan mewarnai seluruh sudut dan sendi kehidupan bangsa, dan termasuk didalamnya adalah kepribadian bangsa (Diop: 0). Satu hal yang penting dari teori belajar sosial yang perlu diperhatikan adalah adanya reinforcement-based model of imitation. Dalam teori ini dinyatakan bahwa imitasi perilaku itu akan terjadi ketika perilaku yang ditiru memberikan penguatan tertentu. Penguatan ini bisa berupa kepuasan, pengakuan sosial, dan mungkin menimbulkan kecemasan bila tidak dilakukan olehnya. Dalam hal ini bukan berarti berbagai sumber informasi yang telah ada membahayakan, namun banyak pula informasi yang disampaikan oleh media cetak, media elektronik maupun media audio-visual yang mendidik serta menambah pengetahuan seseorang. Hanya saja dalam pemilihan media ini harus melibatkan orang tua untuk memantau apa saja informasi yang dibutuhkan oleh remaja dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Orang tua juga dilibatkan secara aktif dan harus lebih Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 49

Ela Rohaeni tahu dibandingkan dengan anaknya agar dapat memberikan pemahaman yang cukup dan benar terhadap berbagai pertanyaan anak, sehingga anak tersebut tidak mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya pada orang lain atau teman sebayanya yang belum tentu benar dan sesuai yang anak harapkan. 3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Kelompok Yang Mengikuti Program PIK-KRR dan Kelompok Yang Memperoleh Informasi Dari Sumber Lain Dari hasil penelitian tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain pada siswa kelas VIII SMPN I Baleendah dengan menggunakan uji independent sample test menujukan nilai p-value (0.00) < (α = 0,05), berarti terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meli pada tahun 008 diperoleh hasil uji F menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan yang signifikan terhadap perilaku dengan hasil F hitung > F tabel yaitu 5.358 >.356 dengan P = 0.00 > 0.005, dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja dengan hasil F hitung > F tabel yaitu 5.854 >.485, dan hasil pengetahuan dan sikap remaja terhadap prilaku kesehatan reproduksi remaja dengan signifikan : 0.00 dan F hitung > F tabel yaitu.539 > 3.0. Sehingga Program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja (Yandri: 008). 50 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Kesimpulan Dari hasil penelitian Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa Kelas VIII di SMPN Baleendah, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:. Sebesar 3,7% tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang mengikuti Program PIK-KRR terkategori kurang.. Sebesar 53,% tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang memperoleh informasi dari sumber lain terkategori kurang. 3. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang mengikuti PIK-KRR dan kelompok siswa yang memperoleh informasi dari sumber lain. PIK-KRR dapat digunakan sebagai intervensi dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, namun bukan berarti pengetahuan yang diperoleh dari sumber informasi lain terkategori buruk. Banyak pengetahuan yang positif dan benar dari sumber informasi lain seperti media cetak, media elektronik, media audio-visual. Syntax Literate, Vol., No.7 Juli 07 5

Ela Rohaeni BIBLIOGRAFI BKKBN. 006. Modul workshop konseling kesehatan reproduksi remaja bagi calon konselor sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. BKKBN. Hal 4-5.. 008. Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) cetakan kedua. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN. Hal 4-39. Darwisyah, S. R. 008. Tinjauan umum kesehatan reproduksi remaja. www.kesrepro.com. Diunduh pada tanggal 0 November 00.. 009. Pik-remaja. www.bkkbn.go.id. Diunduh pada tanggal 5 Desember 00. Depkes RI. 005. Materi inti pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Jakarta: Depkes RI. Hal. 7-9. Diop, N. J. 0. Konseling dan tahapan berkomuniasi. www.psychology.com. Diunduh 4 Januari 0. Jameela, A. R. 008. Remaja indonesia masih sangat membutuhkan informasi kesehatan reproduksi. www.dunia-wanita.com. Diunduh pada tanggal 0 November 00. Sarwono, P. 005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 0-7. Yandri, M. 009. Pengaruh pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dalam program pik-krr (pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja) terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMA N Srandakan batul tahun 008. www.libraryusu.ac.id. Diunduh tanggal Desmber 00. 5 Syntax Literate, Vol., No. 7 Juli 07