BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

Ramadini Marniaty de Breving Amatus Yudi Ismanto Franly Onibala

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

e- Journal Keperawatan e-kp Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

HUBUNGAN PENERAPAN ATRAUMATIC CARE DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah setiap upaya yang. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan peluang bagi rumah sakit itu sendiri (Luck, 2000 dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan/atau emosional, individu bergantung pada keluarga untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI. Rosmawati

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. mewujudkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang sangat mendasar (Supartini, 2009), anak sebagai pasien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Walaupun telah dilakukan pelatihan dan diterapkan dalam perawatan anak, kebanyakan apa yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dapat menimbulkan trauma, nyeri, kecewa, dan ketakutan. (Wong, 2008), Sangat disayangkan, dalam mengurangi trauma karena intervensi medis tidak dibarengi dengan kemampuan teknologi. Demikian juga orang tua tidak lagi dipandang sebagai pengunjung anak yang sakit, melainkan sebagai mitra perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat dalam memberikan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2009). Hospitalisasi bagi anak dan orang tua dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam (stressor), keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa anak dirawat di rumah sakit, dan terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatannya, lingkungan tempat di rawat, dan kebiasaan sehari-hari. Apabila anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong, 1

2 2008). Umumnya orang tua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap marah, ketidak percayaan akan penyakit anaknya, penolakan dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut, frustasi, dan cemas, juga hal tentang prosedur tindakan medis dan ketidaktahuan, depresi yang berhubungan dengan merasa lelah fisik dan mental, efek samping pengobatan, khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah dan biaya pengobatan. Beberapa kasus yang sering dijumpai peneliti di rumah sakit selama peneliti menjadi praktikan di rumah sakit adalah peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak, seperti nyeri, cemas, marah, menangis karena kesakitan dan lingkungan yang asing bagi anak, dan hal tersebut akan berdampak psikologis pada anak. Dengan demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik yang dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi stres psikologis dan fisik yang di alami anak dan keluarga dari tindakan keperawatan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan memperhatikan prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma selama hospitalisasi (Hidayat, 2005). Disamping itu, selama orang tua menjaga anak selama hospitalisasi tentu muncul rasa kepuasan dan ketidakpuasan. Ketidakpuasan orang tua bisa disebabkan karena orangtua tidak diberitahukan peraturan yang ada di rumah sakit, perawat tidak pernah memberitahukan apakah anak boleh membawa barang kesayangan ke rumah sakit, sebagian orang tua mengatakan perawat jarang sekali memberi pujian pada anak ketika selesai melakukan tindakan keperawatan, ketika anak mendapat tindakan perawatan orang tua jarang

3 diberitahu tentang prosedur tindakan, sebiagian orang tua juga mengtakan bahwa perawat tidak pernah mengatakan apakah tindakan perawatan yang diberi membuat anak kesakitan, perawat juga kurang hati-hati dan teliti dalam melakukan tindakan perawatan dan lain-lain. Pada umumnya indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kepuasan dan ketidakpuasan orang tua adalah keluhan orang tua, pengaduan malpraktek, kritik dalam surat pembaca, laporan dari staf medik dan perawatan dan lain-lainnya (Sofyan, 2009). Menurut pendapat Yazid dalam Nursalam (2011) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain kesesuaian antara harapan dan kenyataan, layanan selama proses menikmati jasa, perilaku personel, suasana dan kondisi fisik lingkungan, biaya, promisi atau iklan yang sesuai dengan kenyataan. Supardi (2008) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa indikator, antara lain Responsiveness (ketanggapan), Reliability (kehandalan), Assurance (jaminan), Emphaty (empati), dan Tangible (bukti langsung). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh James (2006) melakukan survey pada 144 orangtua pasien di URJ Departemen IKA RSCM. Sebanyak 62 % orangtua pasien merasa puas terhadap kualitas pelayanan, skor kepuasan total terhadap dimensi kualitas pelayanan 3,55 (puas). Bukti fisik (tangibility) memberi skor kepuasan tertinggi sedangkan kehandalan pelayanan (reliability) memberi skor kepuasan terendah bagi orangtua pasien, Kualitas pelayanan di URJ Departemen IKA RSCM memuaskan (skor 3,55) dan persentase orangtua pasien yang puas 62%.

4 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setive (2011) melakukan survey pada orang tua pasien di intensive care unit open-bay dan single family room neonatal. Dengan hasil penelitian bahwa kepuasan Parental dengan hatihati di single family ruang NICU ditingkatkan dibandingkan dengan open-bay NICU tradisional. Lingkungan ruang keluarga tunggal tampil lebih kondusif untuk penyediaan layanan yang berpusat pada keluarga. Meningkatkan kepuasan orangtua dengan perawatan dan potensi ditingkatkan perawatan berpusat pada keluarga perlu dipertimbangkan dalam keputusan yang dibuat mengenai fasilitas NICU di masa depan. Menurut data WHO, Di seluruh Amerika Serikat dan Eropa, kepuasan konsumen memainkan peran yang semakin penting dalam kualitas reformasi perawatan dan kesehatan. selama 10 tahun terakhir, ke proliferasi dari survei yang memfokuskan secara eksklusif pada pengalaman pasien, aspek yaitu dari pengalaman perawatan seperti waktu tunggu, kualitas dasar fasilitas, dan komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, yang semuanya membantu mengidentifikasi prioritas nyata bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Di antara tujuh belas negara, Italia berada di peringkat kedua oleh WHO. Tapi hanya 20 % penduduknya mengatakan mereka puas dengan sistem perawatan kesehatan mereka (WHO, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga terhadap 10 responden orang tua yang anaknya di rawat di rumah sakit menunjukkan bahwa 4 orang tua tidak diberitahukan peraturan yang ada di rumah sakit, 6 orang tua mengatakan perawat jarang sekali memberi pujian

5 pada anak ketika selesai melakukan tindakan, 7 orang tua mengatakan perawat tidak pernah memberitahukan apakah anak boleh membawa barang kesayangan anak ke rumah sakit, 6 orang tua mengatakan ketika anak mendapat tindakan perawatan orang tua jarang diberitahu tentang prosedur tindakan, 6 orang tua mengatakan perawat tidak pernah mengatakan apakah tindakan perawatan yang diberi membuat anak kesakitan, 4 orang tua mengatakan perawat kurang hati-hati dan teliti dalam melakukan tindakan perawatan dan lain-lain. Peneliti juga memperoleh data yang menunjukan bahwa di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata memiliki ruangan rawat inap sebanyak 10 ruangan terdiri dari ruang kelas 1,2,3 dan ruang isolasi dengan jumlah total keseluruhan jumlah tempat tidur ada 22 tempat tidur. Berdasarkan penjelasan di atas, setiap tindakan perawatan yang diberikan kepada anak didukung oleh sikap orangtua dalam menerima perawatan anak dalam bentuk sikap kepuasan pelayanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berupa kepuasan orangtua terhadap atraumatic care selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: apakah ada hubungan antara atraumatic care dengan kepuasan orang tua selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atraumatic care dengan kepuasan orang tua selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. 2. Tujuan Khusus a. Mendapat gambaran pelaksanaan atraumatic care yang dilakukan perawat di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. b. Mengetahui tingkat kepuasan orangtua di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. c. Mengetahui hubungan atraumatic care dengan kepuasan orangtua selama anak mengalami hospitalisasi di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan masukan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan atraumatic care dengan kepuasan orang tua selama anak mengalami hospitalisasi. 2. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan atraumatic care dengan kepuasan orangtua selama anak mengalami hospitalisasi.

7 3. Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang berhubungan dengan atraumatic care terhadap kepuasan orang tua selama anak mengalami hospitalisasi. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai penerapan terhadap ilmu yang telah didapat perawat selama pendidikan, bahan masukkan tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan atraumatic care, dan hubungan atraumatic care dengan kepuasan orang selama anak mengalami hospitalisasi di Puskesmas. E. Penelitian Terkait 1. James dkk (2006) Judul Penelitian Tingkat Kepuasan Orangtua Pasien di Pediatri Rawat Jalan Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan orangtua pasien yang membawa anaknya berobat jalan di URJ Departemen IKA RSCM. Penelitian ini menggunakan metode studi survai deskriptif dengan metode potong lintang (cross sectional). Subyek penelitian adalah orangtua pasien yang membawa anaknya berobat jalan di URJ Departemen IKA RSCM. Sampel penelitian diambil dengan teknik consecutiv sampling berjumlah 144 orangtuan pasien yang membawa berobat jalan dan memenuhi kriteria.

8 Data diambil menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan korelasi Chi Square. Hasil penelitian dari 144 orang tua pasien, enam puluh dua persen orangtua pasien merasa puas terhadap kualitas pelayanan, skor kepuasan total terhadap dimensi kualitas pelayanan 3,55 (puas). Bukti fisik (tangibility) memberi skor kepuasan tertinggi sedangkan kehandalan pelayanan (reliability) memberi skor kepuasan terendah bagi orangtua pasien, Kualitas pelayanan di URJ Departemen IKA RSCM memuaskan (skor 3,55) dan persentase orangtua pasien yang puas 62%. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu kepuasan orangtua dan metode penelitian. Perbedaanya terletak pada sampel penelitian. 2. Ramadini (2016) Judul penelitian Pengaruh Penerapan Atraumatic Care terhadap Respon Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasi di RSU Pancaran GMIM Manado dan RSUP PROF DR.D.R.KANDAOU MANADO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Penelitian ini menggunakan metode quasy-experimental design dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group. Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun menjadi sampel penelitian menggunakan pendekatan sampling non probabilitas dengan metode consecutive sampling yang dilakukan pemasangan infus yang terdiri dari 17 anak kelompok intervensi kompres es batu dan pemberian mainan dan

9 17 anak kelompok kontrol atau tanpa intervensi. Hasil penelitian 34 responden dimana terbagi 17 responden kelompok intervensi kompres es batu sebelum pemasangan infus dan pemberian mainan sebelum sampai saat pemasangan infus berlangsung dan 17 responden kelompok tanpa intervensi atau kelompok kontrol. Diketahui skor rata-rata kecemasan sebelum penerapan atraumatic care pada kelompok intervensi lebih tinggi 39,82 dari kelompok kontrol 37,24, sedangkan skor rata-rata kecemasan sesudah penerapan atraumatic care pada kelompok intervensi lebih rendah 29,59 dari kelompok kontrol 39,71. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon kecemasan anak, dan menunjukkan ada perbedaan penerapan atraumatic care terhadap respon kecemasan anak pada kelompok anak yang dilakukan pemasangan infus diberi kompres es batu dan pemberian mainan dengan kelompok yang tidak diberi kompres es batu dan pemberian mainan atau kelompok kontrol. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu atraumatic care. Perbedaannya terletak pada variabel terikatnya, tempat penelitian dan jumlah sampel penelitian. 3. Ismanto (2013) Judul penelitian Hubungan antara Penerapan Atraumatic Care dengan Respon Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD LIUKENDAGE TAHUNA Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aplikasi dari respon perawatan anak atraumatic selama rawat inap. Penelitian ini menggunakan metode

10 cross sectional dengan menggunakan kuesioner dengan sampel 40 anak prasekolah, dihitung dengan menggunakan chi square p-value 0,015. Hasil penelitian ini adalah menunjukan adanya Hubungan Yang signifikan ANTARA penerapan perawatan atraumatik DENGAN respon Anak Usia prasekolah selama hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD Liunkendage. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu atraumatic, metode penelitian. Perbedaannya terletak di variabel terikatnya, jumlah sampel dan tempat penelitian. 4. Setiven (2011) Judul penelitian Perbandingan Kepuasan Orang Tua di Unit Perawatan Intensif terbuka dan Ruang Keluarga Neonatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa kepuasan orangtua dengan perawatan intensif neonatal lebih besar dalam fasilitas ruang keluarga tunggal dibandingkan dengan unit konvensional terbuka bay neonatal intensive care (NICU). Penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif yang membandingkan hasil survei kepuasan bagi orang tua yang menanggapi survei kepuasan orangtua NICU tersedia secara komersial. Hasil penelitian adalah kepuasan Parental dengan hati-hati di singlefamily ruang NICU ditingkatkan dibandingkan dengan perawatan intensif NICU tradisional. Lingkungan ruang keluarga tunggal tampil lebih kondusif untuk penyediaan layanan yang berpusat pada keluarga. Meningkatkan kepuasan orangtua dengan perawatan dan potensi ditingkatkan perawatan berpusat pada keluarga perlu dipertimbangkan dalam keputusan yang dibuat mengenai fasilitas NICU di masa depan.

11 Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel terkaitnya yaitu kepuasan orang tua. Perbedaanya terletak pada jumlah sampel, metode penelitian dan tempat penelitian. 5. Cíntia Ferreir (2015) Judul penelitian Restorative Treatment (ART) untuk karies gigi pada anak-anak menjalani perawatan oncohematological: percobaan pragmatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dari umur panjang restorasi dilakukan oleh Atraumatic Restorasi Treatment (ART) pada pasien yang menjalani pengobatan oncohematological. Penelitian ini menggunakan metode experimental design dengan rancangan penelitian with control group. Sebanyak 28 anak menjadi sampel penelitian dilakukan pada kelompok eksperimen, yang terdiri anak-anak (2-13 tahun) menjalani perawatan oncohematological, dan pada kelompok kontrol, di mana pasien tidak menjalani pengobatan tersebut. Pemeriksa yang sama dievaluasi ART pada 1, 3, 6 dan 12 bulan setelah persiapan, menggunakan kriteria yang sama untuk restorasi dan sealant. ART berhasil jika restorasi tidak membutuhkan perbaikan dalam penilaian tindak lanjut. Hasil penelitian: pengobatan Oncohematological tidak mengganggu umur panjang restorasi ART, yang menunjukkan potensi penggunaan teknik ini pada anak-anak yang menjalani kemoterapi. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu atraumatic. Perbedaannya terletak pada variabel terikat, tempat penelitian, jumlah sampel penelitian dan metode penelitian.

12 6. Kamalshikha Baheti (2014) Judul Penelitian Perbandingan Kepuasan Parental dalam Kualitas Anak mereka Orthodontic Treatment oleh Orthodontists dan Pedodontists. Tujuan dari penelitian untuk mengevaluasi kepuasan orang tua dari anak-anak yang telah menjalani perawatan ortodontik yang disediakan oleh ortodontis dan dokter gigi anak dalam praktek pribadi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah orang tua yang dari semua anak yang di rawat. Sampel penelitian sebanyak 412 orang tua. Serta dari hasil penelitian di ketahui Tingkat signifikansi yang ditetapkan pada P = 0,05. Sebuah tingkat yang lebih tinggi kepuasan terlihat pada orang tua dari anak-anak dirawat oleh pedodontists (mean skor kepuasan = 0,752) bila dibandingkan dengan mereka yang dirawat oleh ortodontis (mean skor kepuasan = 0,631) yang signifikan secara statistik. Orang tua pasien gadis menunjukkan skor rata-rata lebih tinggi dari kepuasan (1,021) bila dibandingkan dengan orang-orang dari pasien anak (0,32l), yang juga signifikan secara statistik. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel terikatnya yaitu kepuasan dan teknik pengambilan data. Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya di tambah lagi yaitu jumlah sampel penelitiannya.