KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU Shanty Manullang *) T.D. Novita *) * Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan laborashanty@yahoo.com ABSTRAK Longline merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna. Kapal tuna longline sebagai salah satu armada penangkapan, saat ini masih menjadi andalan bagi unit usaha penangkapan Tuna Kabupaten Sukabumi. Pengetahuan tentang keragaan teknis kapal di suatu perairan diharapkan dapat memberikan gambaran kecenderungan dimensi dan bentuk dari keragaan kapal di daerah palabuhanratu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan sehingga dapat dikaji nilai keragaan teknis kapal tuna Longline di Kabupaten Sukabumi. Nilai tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis keragaan kapal berdasarkan dimensi utamanya. Metode yang dilakukan pada saat mengumpulkan data adalah metode survey menggunakan data kapal longline yang bersandar di Palabuhanratu sedangkan untuk pengolahan datanya menggunakan simulasi numeric untuk memeroleh dimensi dan bentuk kapal longline. Kapal longline yang diteliti memiliki nilai L/B dibawah nilai acuan sedangkan nilai L/D dan B/D berada diatas nilai acuan berdasarkan standar Inamura sedangkan menurut Iskandar dan Pujiati kapal longline yang diteliti L/B antara 2,8-4,18 (untuk panjang kapal antara 15-20 m) dan Nilai ini berada di bawah nilai acuan, Kata kunci : kapal longline,kajian teknis dan Dimensi Utama. 1 PENDAHULUAN Sifat oseanografi dari setiap perairan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena banyaknya faktorfaktor yang mempengaruhinya di antaranya angin muson (monsoon) dan dari pengaruh samudera-samudera di sekitarnya (Nontji, A. 1987). Dalam usaha penangkapan, pengetahuan tentang parameter oseanografi yang menggambarkan sifat lingkungan fisik atau dinamik perairan seperti sirkulasi air atau arus, pasang surut dan gelombang adalah sangat penting. Parameter oseanografi terutama gelombang sangat mempengaruhi keragaan kapal di setiap perairan berbeda sehingga keberhasilan usaha penangkapan akan sangat ditentukan oleh kemampuan kapal dalam menahan pengaruh gelombang dan beban cuaca.
Kapal longline adalah Kapal yang menggunakan longline sebagai alat untuk menangkap ikan. Kapal longline dibangun sesuai dengan kontruksi yang diserasikan dengan bentuk, cara penggunaan alat tangkap dan daerah penangkapan dimana kapal tersebut akan dioperasikan. Kapal ini mudah dikenali dari bentuknya yang mirip kapal perang, ditandai dengan gudang tempat alat tangkap di bagian buritan, mempunyai dek bawah di bagian depan dari bagian tengah (Simorangkir diacu dalam Ardani 1995). Kapal longline umumnya dipakai untuk menangkap ikan Tuna, sehingga kapal ini sering disebut dengan kapal tuna longline. Desain merupakan hal yang penting dalam pembangunan kapal ikan (Fyson, 1985). Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal dibuat berbeda-beda dengan memperhatikan persyaratan teknis pengoperasian setiap jenis kapal berdasarkan alat tangkap yang dioperasi-kan. Bentuk badan kapal bergantung pada ukuran utama, perbandingan ukuran utama dan koefisien bentuk kapal (Fyson, 1985). Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi/dalam kapal (D) dan draft/sarat air kapal (d). Kesesuaian rasio dimensi sangat menentukan kemampuan suatu kapal ikan, karena akan mempengaruhi resistensi kapal (nilai L/B), kekuatan memanjang kapal (nilai L/D) dan stabilitas kapal (nilai B/D) (Fyson, 1985). Longline merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang (Swimming layer) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil. Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun (Anonymus,1983 ). Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional. Kapal Tuna Longline sebagai salah satu armada penangkapan, saat ini masih menjadi andalan bagi unit usaha penangkapan Tuna Kabupaten Sukabumi. Informasi tentang keragaan teknis kapal di suatu daerah diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kecenderungan dimensi dan bentuk dari kelompok kapal daerah tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang terkait dengan jumlah dan karakter teknis sebuah kapal di suatu daerah tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan sehingga Kajian Teknis dan Karakteristik Kapal Longline di Perairan Palabuhanratu dapat diketahui. Kajian tersebut kemudian digunakan
untuk mengkaji dan mengidentifikasi keragaan kapal berdasarkan dimensi utamanya, dan bermanfaat sebagai bahan informasi umum yang dierlukan bagi ara enentu kebijakan pengembangan kapal perikanan dalam standarisasi ukuran kapal longline di perairan palabuhanratu. Gambar 1. Peta Wilayah pengeloaan perikanan Republik Indonesia (Statistik DITJEN KKP 2011) Gambar 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu
2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1 DATA YANG DIGUNAKAN Kajian ini menggunakan 2 (dua) data yaitu data Perairan merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil Quisioner, sedangkan data kapal (data primer) yang diperoleh dari syahbandar Palabuhanratu spesifikasi kapal diteliti yang diperoleh diterakan pada Tabel 1. 2.2 ANALISI DATA Data Kapal dikumpulkan dan diolah dengan metode simulasi berdasarkan perhitungan Naval architecture (parameter hidrostatis) dengan memakai program exel sedangkan untuk data kapal dipakai software Autocad. Ananlisis data dibandingkan dengan nilai-niali acuan yang diambil dari standar Namuara (1968) serta Iskandar & Pujiati (1995) 3 HASIL DAN PEMBAHASA Inamura (1968) menyatakan perbandingan nilai dimensi kapal yang dapat mempengaruhi karakteristik bentuk kapal itu sendiri seperti : 1. Nilai rasio L/B berpengaruh terhadap tahanan gerak kapal, semakin kecil nilai rasio ini akan berakibat buruk terhadap kecepatan 2. Nilai rasio L/D berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, semakin besar nilai rasio ini mengakibatkan kekuatan memanjang akan melemah 3. Nilai rasio B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal, semakin besar nilai rasio ini mengakibatkan stabilitas kapal lebih baik tetapi propulsive abilitynya akan memburuk.
Gambar 3. Kapal Longline GT yang sedang bersandar di PPN Palabuhanratu (sumber : Shanty pic.) 3.1 SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL LONGLINE YANG DITELITI DIMENSI UTAMA Keragaan (performance) kapal dapat dilihat dari beberapa parameter teknis dari kapal tersebut, diantaranya dimensi utama, parameter hidrostatis, gambar rancangan umum dan gambar rencana garis kapal. Kapal longline yang digunakan nelayan di Kabupaten Sukabumi untuk menangkap ikan Tuna memiliki spesifikasi yang disajikan pada Tabel 1. Dari hasil perhitungan rasio dimensi utama yang terdiri dari L/B, L/D dan D/B diperoleh nilainilai seperti yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 1. Dimensi Utama Kapal yang diteliti No Nama Kapal L (m) B (m) D (m) GT Mesin penggerak/pk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21. 22. 23. Lingsar_06 Margo Abadi Mitra Jaya_V Cahaya Bahari_01 KM Cakra Bahari Gunawan 28 Jaya-1 Hasil Laut_32 Mahkota Abadi_39 Koyong Jaya_V Kawi Jaya Arabika Jaya_1 Puspita_1 Restu Segara_22 KM Bintang Selatan Senang Hati_III KM Bahari_03 Berkah Sahabat Anita Jaya_XI Trans Bahari_3 Anna Rizky_7 Ateria Daya Mulia Maju Jaya Maju Jaya I 23.80 18. 20,48 19,14 18,85 17.00 18.14 20.20 20.54 19.85 18.80 18.13 17.85 17.43 17.25 16.06 22.48 18.50 17.60 17.40 18.00 18.80 18.70 6.80 4.90 5,62 5,72 5.21 4.60 5.90 4.28 5.21 5.10 4.60 4.60 3.77 4.34 4.52 4.10 6.34 4.80 6.20* 4.40 5.00 4.50 4.50 2.10 1.60 1.86 1.31 1.52 1.65 2.22 2.07 1.10 1.15 1.50 1.25 1.72 1.60 1.40 1.79 2.68 2.00 1.75 1.80 1.60 1.60 1.70 69 40 48 58 82 35 29 28 31 28 87 40 38 Motor, 380 PK Mesin, 280 PK Mesin, 220 PK Mesin, 280 PK Mesin, 280 PK Mesin, 120 PK Motor, 220 PK Motor, 600 PK Mesin, 295 PK Mesin, 160 PK Mesin, 120 PK Mesin, 84 PK Motor, 220 PK Mesin, 180 PK Mesin, 120 PK Motor, 90 PK Mesin, 370 PK Mesin, 180 PK Mesin, 320 PK Mesin, 120 PK Mesin, 100 PK Mesin, 220 PK Mesin, 220 PK
Tabel 2. Perbandingan Dimensi Utama Longline yang diteliti pada Panjang Kapal 15-20 m Dimensi Utama No Nama Kapal L/B L/D B/D 1 Margo Abadi 3,73 11,44 3,06 2 Cahaya bahari_01 3,35 14,61 4,37 3 KM Cakra Bahari 3,62 12,40 3,43 4 Gunawan 28 Jaya_1 3,70 10, 2,79 5 Hasil Laut_32 3,07 8,17 2,66 6 Anita Jaya_XI 3,85 9,25 2,40 7 Trans Bahari_3 2,84 10,06 3,54 8 Anna Rizky_7 3,95 9,67 2,44 9 Ateria Daya Mulia 3,60 11,25 3,13 10 Maju Jaya 4,18 11,75 2,81 11 Maju Jaya 1 4,16 11,00 2,65 Tabel 3. Perbandingan Dimensi Utama Longline yang diteliti pada Panjang Kapal 20-25 m Dimensi Utama No Nama Kapal L/B L/D B/D 1 Lingsar _06 3,50 11,33 3,24 2 Mitra jaya _V 3,64 11,01 3,02 3 Mahkota Abadi_39 4,72 9,76 2,07 4 Koyong Jaya_V 3,94 18,67 4,74 5 Berkah Sahabat 3,55 8,39 2,37 Rasio dimensi utama kapal perlu diketahui dengan jelas karena besaran rasio ini berpengaruh terhadap stabilitas maupun ketahanan kapal. Menurut Iskandar dan Pujiati (1995) nilai rasio L/B dan L/D untuk kapal sejenis longline (static gear) lebih besar dibandingkan dengan kapal-kapal yang lain sehingga membutuhkan stabilitas yang cukup tinggi karena kondisi ini dibutuhkan pada saat melakukan operasi penangkapan baik itu pada saat setting maupun hauling karena kapal beroperasi dengan kecepatan v = 0 sedangkan menurut Ayodyoa (1972) khusus untuk kapal-kapal Tuna longline umumnya mempunyai nilai L dan D yang besar.
No Nama Kapal Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan L/B L/D B/D L/B L/D B/D 1 Margo Abadi 3.73 11.44 3.06 2 Cahaya bahari_01 3.35 14.61 4.37 3 KM Cakra Bahari 3.62 12.40 3.43 Gunawan 28 4 Jaya_1 3.70 10. 2.79 5 Hasil Laut_32 3.07 8.17 2.66 6 Anita Jaya_XI 3.85 9.25 2.40 7 Trans Bahari_3 2.84 10.06 3.54 8 Anna Rizky_7 3.95 9.67 2.44 9 Ateria Daya 3.60 11.25 3.13 2.83-11 4.58-17.28 0.96-4.68 3.2 KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE YANG DITELITI 3.2.1 Nilai Acuan Iskandar dan Pujiati (1995) Tabel 4. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 15-20 m berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia (Iskandar dan Pujiati, 1995) untuk kapal static gear.
10 11 Mulia Maju Jaya Maju Jaya I 4.18 4.16 11.75 11.00 2.81 2.65 Tabel 5. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 20-25 m berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia (Iskandar dan ujiati, 1995) untuk kapal static gear. Dimensi Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan No Nama Kapal L/B L/D B/D L/B L/D B/D 1 Lingsar _06 3.50 11.33 3.24 2 Mitra jaya _V 3.64 11.01 3.02 4.58-3 Mahkota Abadi_39 4.72 9.76 2.07 2.83-11 17.28 4 Koyong Jaya_V 3.94 18.67 4.74 0.96-4.68 5 Berkah Sahabat 3.55 8.39 2.37 Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai L/B pada kapal longline yang dikaji untuk panjang kapal (L) antara 15-20 m adalah antara 2.84-4,18. Nilai ini sudah sesuai dengan nilai acuan sehingga kapal ini memiliki tahanan gerak yang baik,yang mengakibatkan kecepatannya stabil. Nilai L/D juga sesuai dengan nilai acuan (8.17 14.61) kapal ini memiliki kekuatan memanjang yang baik yang berpengaruh terhadap olah gerak dan stabilitasnya (B/D 2.40 4.37) Sedangkan pada table 5 terlihat ada 2 nilai yang tidak sesuai dengan standart yaitu nilai L/D (18,67) yang berada diatas nilai acuan. Nilai ini akan berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, Lebih kecilnya ukuran D kapal mengakibatkan kapal longline tersebut diduga memiliki kekuatan longitudinal yang tidak sebaik kapal acuan. Dikhawatirkan apabila kapal tersebut berada di atas dua puncak gelombang, risiko patah secara longitudinal menjadi lebih besar. B/ D (4.74) yang berada diatas nilai acuan Kondisi ini menunjukkan ukuran D kapal terlalu kecil untuk kapal dengan L dan B kapal yang diacu atau ukuran B kapal terlalu besar untuk D kapal yang diacu. Akan tetapi, mengecilnya ukuran D kapal pada ukuran B kapal yang diacu, memberikan dampak yang positif terhadap stabilitas kapal. Dimana dalam kondisi tersebut ABK dapat bekerja dengan baik karena kurangnya sentakan-sentakan yang diakibatkan gelombang laut pada waktu setting dan hauling 3.2.2 Nilai Acuan Nomura dan Yamazaki (1975)
Tabel 6. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 15-20m No berdasarkan Nomura dan Yamazaki (1975) Nama Kapal 1 Margo Abadi 3.73 11.44 3.06 Cahaya 2 bahari_01 3.35 14.61 4.37 KM Cakra 3 Bahari 3.62 12.40 3.43 Gunawan 28 4 Jaya_1 3.70 10. 2.79 5 Hasil Laut_32 3.07 8.17 2.66 6 Anita Jaya_XI 3.85 9.25 2.40 7 Trans Bahari_3 2.84 10.06 3.54 8 Anna Rizky_7 3.95 9.67 2.44 Ateria Daya 9 Mulia 3.60 11.25 3.13 10 Maju Jaya 4.18 11.75 2.81 11 Maju Jaya 1 4.16 11.00 2.65 Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan L/D B/D L/B L/D B/D L/B 4.10-4.70 8.50-9.50 1.90-2. Tabel 7. Perbandingan Dimensi Utama kapal Longline yang diteliti dengan Panjang 20-25 m dengan niali Acuan dari INamura Dimensi Longline yang diteliti Dimensi Longline Acuan No Nama Kapal L/B L/D B/D L/B L/D B/D 1 Lingsar _06 3.50 11.33 3.24 2 Mitra jaya _V 3.64 11.01 3.02 3 Mahkota Abadi_39 4.72 9.76 2.07 4. - 4.90 8.50-9.50 1.90-2. 4 Koyong Jaya_V 3.94 18.67 4.74 5 Berkah Sahabat 3.55 8.39 2.37 Dari tabel 6 dan 7 Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal longline yang diteliti memiliki lebar kapal (B) yang lebih besar jika dibandingkan dengan panjang kapal (L) yang diacu. B yang lebih besar mengakibatkan kapal tersebut mendapat hambatan gerak yang lebih besar yang pada akhirnya akan mengurangi laju kecepatan gerak kapal tetapi sebaliknya besarnya nilai B/D kapal
longline menunjukkan ukuran D kapal terlalu kecil untuk kapal dengan L dan B kapal yang diacu atau ukuran B kapal terlalu besar untuk D kapal yang diacu. Akan tetapi, mengecilnya ukuran D kapal pada ukuran B kapal yang diacu, memberikan dampak yang positif terhadap stabilitas kapal. Dimana dalam kondisi tersebut ABK dapat bekerja dengan baik karena kurangnya sentakan-sentakan yang diakibatkan gelombang laut pada waktu setting dan hauling. Sedangkan nilai L/D kapal longline yang diteliti berada jauh diatas nilai acuan yang berlaku, menurut Herlina (1993) kapal longline umumnya memerlukan panjang (L) dan (D) yang besar, karena diperlukan gerakan kelincahan dan stailitas yang baik sewaktu menarik alat tangkap. Susanto et all (2011) menyatakan bahwa kapal penangkap ikan static gear yang beroperasi di perairan Indonesia memiliki keragaman dimensi yang tinggi. 4 KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN 1. Kapal Longline yang diteliti memiliki nilai L/B dibawah nilai acuan sedangkan nilai L/D dan B/D berada diatas nilai acuan berdasarkan standar Inamura 2. Berdasarkan penelitian dari Iskandar dan Pujiati kapal Longline yang diteliti L/B Kapal yang diteliti untuk panjang kapal (L) antara 15-20 m adalah antara 2,8-4,18 dan Nilai ini berada di bawah nilai acuan, 4.2 SARAN Sebaiknya untuk kapal longline panjang kapal harus seimbang dengan lebarnya, sehingga kapal tidak mengalami hambatan yang besar dalam melakukan olah geraknya 5 DAFTAR PUSTAKA Ardani. 1995. Efisiensi Pengoperasian unit Penangkapan Longline untuk produk tuna segar: studi kasus di PT. Kraminabana Bina Artha, Muara Baru, Jakarta. Skripsi pada Fakultas Perikanan IPB (tidak dipublikasikan). Bogor. 90 hal. Ayodhyoa. 1972. Suatu pengenalan Fishing Gear. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor DITJEN KKP. 2011,. Statistik Perikanan Tangkap di Indonesia (Laporan Tahunan 2010-2011)
Fyson, J. 1985. Desingn of Small Fishing Vessel. Fishing News Books Ltd. England. Herlina, R., 1993. Rawai Tuna. Laporan Praktek Lapang (tidak dipublikasikan). Bogor. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan, Jususan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hal 34-90. Inamura, K. 1968. Gysenron. Suppasha Publishing Company, Tokyo, Japan. Iskandar, B.H. dan Pujiati Sri. 1995. Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Perairan Indonesia. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB.Bogor. Nomura, N. dan T. Yamazaki. 1975. Fishing Tecnique I. Japan International Cooperation Agency. Tokyo. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit djambatan. Jakarta 368 hal Susanto. A, B.H.Iskandar dan M.Imron. 2011. Stabilitas Statis Kapal Static Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus KM PSP 01). Marine Fisheries- Jurnal Teknologi Dan Manajemen Perikanan Laut. Vol.2, No.1, Mei 2011. ISSN : 2087-4235. http://www.afma.gov.au/wp-content/uploads/2010/06/pelagic_longline.jpg