BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini operasional bisnis dijalankan dengan. dukungan teknologi informasi. Dengan semakin berkembangnya teknologi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

pelaksanaan aktifitas dan fungsi pengolahan data pada Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) di STMIK Catur Sakti Kendari. Untuk mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi bahkan menjadi hal sangat penting bagi

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

64 Persen Temuan BPK sudah Ditindaklanjuti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar I.1 Contribution of IT to the Business Sumber : (ITGI, 2011)

2017, No.2-2- Keuangan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan dalam pemantauan pelaksanaan tindak lanjut sehingga perlu diganti; d. bah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perguruan Tinggi (PT) merupakan institusi yang memberikan pelayanan

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aktivitas penunjang yang cukup penting pada PT sebagai

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era ini perguruan tinggi sangat berperan penting dalam. merupakan tempat dimana mahasiswa dapat menimba ilmu dan tempat untuk

Jurnal Sistem Informasi Dan Bisnis Cerdas (SIBC) Vol. 10, No. 2. Agustus 2017

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Audit sistem informasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan Good

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelola TI yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing instansi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BABl. Pesatnya perkembangan teknologi, sehingga perkembangan sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekarang ini Teknologi Informasi (TI) bukanlah hal baru, khususnya pada

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

ASPEK HUKUM DALAM TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010

Taryana Suryana. M.Kom

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan te

DAFTAR ISI CHAPTER 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan teknologi informasi (TI) saat ini tidak dapat diabaikan, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA BAGIAN LOGISTIK PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: UKSW SALATIGA)

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu perusahaan dengan adanya pemanfaatan sistem informasi yang baik

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, oleh karena itu harus ada tata kelola dan manajemen teknologi

BAB I PENDAHULUAN I-1

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

Dosen : Lily Wulandari

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

c. bahwa agar pelaksanaan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

Manajemen Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Telp

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Pada tingkatan yang dominan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat. Sistem informasi dan teknologi turut

Independensi Integritas Profesionalisme

UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/UU/BPM FEB UI/X/2015 TENTANG:

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

Nomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah dan lembaga negara lainnya untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Di dalam melaksanakan tugasnya, BPK dibantu oleh Pemeriksa yang bekerja untuk dan atas nama BPK dengan menghasilkan output berupa Hasil Pemeriksaan. Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses pemeriksaan yang kegiatannya berupa penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan. Hasil Pemeriksaan ini dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sebagai keputusan BPK [2]. Di dalam menyikapi Hasil Pemeriksaan BPK, Pemerintah dan lembaga negara lainnya (auditee) berkewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang tercantum didalamnya, baik atas Temuan Pemeriksaan yang mengakibatkan kerugian negara/daerah maupun yang bersifat administratif, selambat-lambatnya 60 hari sejak LHP diserahkan BPK kepada Lembaga Perwakilan. Terhadap tindak lanjut yang dilakukan oleh auditee tersebut, BPK melakukan pemantauan dan hasilnya disampaikan secara tertulis kepada Lembaga Perwakilan (DPR, DPD, DPRD) dan Pemerintah. Pemantauan yang dilakukan ini merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi BPK [3]. Dewasa ini, teknologi informasi telah menjadi kebutuhan sekaligus persyaratan bagi organisasi dalam menjalankan bisnisnya [4]. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah memberikan banyak kemudahan 1

2 pada berbagai aspek kegiatan organisasi [5]. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPK disertai upaya BPK untuk memberikan informasi mengenai kerugian negara/daerah kepada para stakeholder, BPK memandang diperlukannya suatu koordinasi sistem informasi yang terpadu dan selalu up to date mengenai kerugian negara/daerah. Hal inilah yang melatarbelakangi BPK untuk membuat Sistem Informasi Kerugian Negara/Daerah (SIKAD) [6]. Maksud pembuatan SIKAD ini adalah untuk menyediakan suatu database yang lengkap, mutakhir, aman dan mudah diakses yang berguna sebagai sarana pemberian informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan penyelesaian kerugian negara/daerah, metodologi perhitungan kerugian negara/daerah, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kerugian negara/daerah, artikel-artikel tentang kerugian negara/daerah dan sebagai sarana tanya jawab berkenaan dengan kerugian negara/daerah. Sedangkan tujuan dari SIKAD adalah: 1. Memperlancar dan meningkatkan tugas pemantauan kerugian negara/daerah yang dilakukan oleh unit-unit kerja BPK; 2. Memberikan informasi mengenai peraturan-peraturan dan ketentuanketentuan yang mengatur secara lengkap dan limitatif ketentuan-ketentuan intern mengenai mekanisme atau prosedur pelaksanaan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah oleh Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Mendukung ketepatan penyusunan Ikhtisar Hasil Pemantauan Semesteran yang akan disampaikan ke DPR dan DPD; dan 4. Memberikan informasi mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah yang telah dilakukan oleh entitas kepada stakeholder [6]. Aplikasi SIKAD pertama kali dijalankan Tahun 2010, sehingga sampai saat ini telah berjalan selama 4 tahun. Namun demikian, tidak lantas hal itu membuat SIKAD dinilai berhasil. Berikut beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam implementasi SIKAD: a. Agar data terkelola dengan baik, manajemen organisasi harus memperhatikan keakuratan, kelengkapan, konsistensi dan ketepatan waktu yang merupakan dimensi dari kualitas data [7]. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada pengelolaan SIKAD. Berdasarkan hasil

3 penelitian sebelumnya terkait user acceptance Inputer terhadap SIKAD diketahui bahwa informasi yang dihasilkan oleh SIKAD belum akurat, bebas dari kesalahan dan up to date. Berdasarkan jawaban terbuka Inputer diketahui permasalahan tersebut disebabkan SIKAD belum mampu mendeteksi duplikasi data yang dimasukkan oleh Inputer [8]; b. Berdasarkan pengamatan terhadap website SIKAD pada tanggal 31 Maret 2014 diketahui bahwa artikel-artikel yang diharapkan dapat mendorong publik untuk memperoleh informasi tentang kerugian negara/daerah juga kurang up to date. Hal ini terlihat dari update terakhir yang dilakukan, yaitu sekitar 1 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 14 Mei 2013 [6]; c. Peraturan perundang-undangan terkait kerugian negara/daerah yang disajikan juga masih minim, baru sebatas aturan pokok dan belum meliputi keseluruhan aturan terkait kerugian negara/daerah [6]; d. Informasi mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah yang telah dilakukan entitas belum seluruhnya disajikan dalam website SIKAD [6]. Hal ini terlihat dari informasi total kasus beserta tindak lanjut dari beberapa entitas yang belum terdapat datanya, seperti Badan Intelijen Negara, Badan Kepegawaian Negara, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik, Badan Standardisasi Nasional, Bank Indonesia, Dewan Ketahanan Nasional, Dewan Perwakilan Daerah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang pada Kementerian Keuangan, Kejaksaan Agung dan lain-lain; dan e. Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2014 yang diantaranya meliputi Ikhtisar Hasil Pemantauan Semesteran dilakukan pada tanggal 17 April 2014 [9]. Jika mengacu pasal 18 ayat 1 Undang- Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menyatakan bahwa ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga perwakilan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan, maka waktu penyampaian tersebut mengalami keterlambatan selama 17 hari. Hal ini mengindikasikan adanya keterlambatan proses penyusunan Ikhtisar Hasil Pemantauan Semesteran yang penyusunannya didukung oleh aplikasi SIKAD.

4 Suatu Sistem Informasi yang baik memungkinkan organisasi untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas sehingga mampu meraih keunggulan kompetitif [10]. Sebaliknya, jika Sistem Informasi yang dimiliki organisasi kurang baik, maka hal ini tentu akan mengganggu efektivitas dan efisiensi kinerja organisasi. Dengan masih adanya permasalahan terkait pengelolaan SIKAD sebagaimana diuraikan di atas dan mengingat peran strategis SIKAD di dalam menunjang tugas pokok dan fungsi BPK, maka sangat tepat untuk dilakukan penelitian mengenai tingkat kematangan tata kelola SIKAD di BPK. Penelitian ini penting untuk dilakukan guna mengetahui sejauhmana peranan tata kelola SIKAD telah dapat merepresentasikan tujuan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK. Jika SIKAD tidak beroperasi secara optimal, maka yang dikhawatirkan adalah terganggunya kinerja BPK di dalam melakukan pemantauan tindak lanjut dan memberikan informasi mengenai kasus-kasus kerugian negara/daerah yang telah ditemukan kepada para stakeholder. Apabila hal ini terjadi, tentu kredibilitas BPK akan dipertanyakan oleh para stakeholder dan sangat mungkin pada akhirnya timbul ketidakpercayaan kepada BPK. Untuk itu, diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat memberikan sebuah solusi yang bermanfaat bagi perbaikan tata kelola SIKAD sehingga mengarah kepada pencapaian kematangan tata kelola TI yang diharapkan. Standar yang digunakan untuk mengukur tingkat kematangan tata kelola TI dalam penelitian ini menggunakan Framework COBIT 4.1 (Control Objective for Information and Related Technology 4.1). Framework COBIT 4.1 dipilih sebagai alat pengukuran tingkat kematangan tata kelola TI karena berdasarkan hasil penelitian Information Technology Governance Institutue (ITGI), Framework COBIT adalah standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework audit/evaluasi TI karena dikembangkan berdasarkan aturan/prosedur internal organisasi dimana COBIT dipakai, sehingga saat dilakukan pengukuran maka akan sesuai dengan kondisi, aturan, prosedur kerja dan norma yang ada di organisasi tersebut. COBIT juga telah dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Di setiap negara tersebut, telah dibangun relasi yang dapat mengelola para profesional.

5 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah implementasi tata kelola SIKAD di BPK RI belum optimal. 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya mengenai evaluasi atau penilaian tata kelola teknologi informasi pada organisasi pemerintahan dan perusahaan sudah banyak dilakukan. Penelitian tersebut diantaranya adalah: 1. Gumilang, Eng dan Galinium [11] meneliti tentang tingkat kematangan sistem aplikasi Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI dengan menggunakan Framework COBIT 4.1. Di dalam penelitiannya, para peneliti ingin menjawab apakah pelayanan Sistem KJS telah dikelola dengan baik dan telah efektif sampai kepada masyarakat sehingga penelitian ini hanya berfokus pada Domain Deliver and Support pada proses DS1, DS2, DS5 dan DS7. Untuk mengkonfirmasi hasil pengukuran dan untuk mengetahui efektivitas layanan tersebut kepada kelompok masyarakat tertentu, peneliti melakukan analisis atas tingkat pelayanan Sistem KJS dari sudut pandang masyarakat. Hasil pengukuran dengan menggunakan framework COBIT 4.1 telah dapat menunjukkan tingkat kematangan dari Sistem KJS dan hasil analisis dari sudut pandang masyarakat telah dapat menunjukkan apakah program tersebut efektif menyasar kelompok masyarakat tertentu; 2. Falahah [12] juga telah meneliti mengenai implementasi dari Framework AI1 COBIT 4 yang dimodifikasi untuk mengukur tingkat kematangan tata kelola TI di PT POS Indonesia. Peneliti di dalam penelitiannya menyatakan bahwa COBIT 4 menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi kinerja manajemen TI dengan menggunakan beberapa tujuan kontrol, metode dan standar pengukuran kematangan. COBIT 4 juga telah memberikan beberapa karakteristik tingkat kematangan untuk menilai kondisi yang ada dalam suatu organisasi, tetapi dalam fakta, ada beberapa kendala untuk memetakan kondisi yang ada menjadi sebuah nilai yang tepat dari pengukuran tingkat kematangan. Peneliti mengutip pendapat Pederiva yang mengusulkan beberapa pendekatan untuk memodifikasi metode pengukuran tingkat

6 kematangan dengan pendekatan yang lebih realistis untuk memetakan kondisi yang ada untuk beberapa karakteristik tingkat kematangan. Metode yang dimodifikasi untuk penilaian tingkat kematangan kemudian diimplementasikan pada proses audit pada PT.Pos Indonesia menggunakan Kerangka COBIT 4. Ruang lingkup audit terbatas ke satu tujuan kontrol dari kerangka COBIT 4 AI1, Identifikasi Solusi Otomatis. Hasil audit memberikan nilai lebih realistis untuk penyesuaian tingkat kematangan yang berasal dari temuan fakta dan dapat mengungkapkan beberapa kondisi riil yang ada. Analisis dari temuan fakta juga dapat memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan tata kelola sumber daya TI, terutama pada proses AI1 Lingkup Objective Pengendalian; dan 3. Kurniawan [13] menyajikan hasil penelitian atas implementasi hampir seluruh proses yang ada pada framework COBIT 4.1 untuk mengukur tingkat kematangan tata kelola TI di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari keseluruhan proses penelitian yang dilakukan, terdapat hal yang menarik, yaitu terkait hasil penilaian management awareness atas domain deliver and support. Hasil penilaian tersebut menunjukkan proses-proses dalam domain tersebut yang menjadi wilayah tanggung jawab Bagian TI adalah proses DS 2,DS 3, DS 4, DS 5, DS 7, DS 8, DS 11 dan DS 12. Walaupun berbeda obyek penelitian dengan penelitian ini, namun obyek penelitian yang diteliti oleh Kurniawan (Pemprov DIY) memiliki karakteristik yang mirip dengan obyek penelitian yang diteliti (BPK) dalam penelitian ini, yaitu keduanya merupakan institusi pemerintahan. Ketiga penelitian di atas menggunakan framework COBIT untuk mengevaluasi/menilai tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi dengan studi kasus pada perusahaan BUMN dan organisasi pemerintahan yang berada di bawah Lembaga Negara Kepresidenan. Perusahaan BUMN dan organisasi pemerintahan tersebut adalah PT Pos Indonesia, Dinas Kesehatan Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah DIY, sedangkan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pada Lembaga Negara lainnya, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan.

7 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kematangan tata kelola SIKAD di BPK RI dan memberikan rekomendasi perbaikan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi BPK dengan memberikan masukan berupa rekomendasi untuk menutup kesenjangan (gap) tingkat kematangan tata kelola SIKAD antara tingkat kematangan yang telah berjalan saat ini (as is) dengan tingkat kematangan yang diharapkan (to be) dengan mendasar pada framework COBIT 4.1. Dengan rekomendasi tersebut, diharapkan tata kelola SIKAD dapat dilakukan sesuai standar tata kelola TI yang baik, sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPK. Apabila tugas pokok dan fungsi BPK dapat berjalan dengan baik, maka cita-cita BPK untuk menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang terpercaya makin mudah terealisasi. 1.6. Batasan Masalah Sesuai hasil penelitian pendahuluan, ruang lingkup dari penelitian ini akan dibatasi pada penilaian sejauh mana tingkat kematangan tata kelola SIKAD di BPK RI yang dinilai menggunakan framework COBIT 4.1 dalam Aspek Penyampaian dan Dukungan (Domain Deliver and Support).