BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia Menurut Santrock (2006) masa lanjut usia (lansia) merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menata kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial (dalam Sari Hayati, 2009). a. Definisi Lansia Menurut Surini & Utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (dalam Lilik Ma rifatul Azizah, 2011: 1). Proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006). b. Batasan Lansia Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Menurut WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia
tua (old) usia 75 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (dalam Lilik Ma rifatul Azizah, 2011 : 2). c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 190). 1. Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, system pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastro intestinal, genitor urinaria, endokrin dan integumen. Dan masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 192). 2. Perubahan kondisi mental Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 194). Namun demikian, ternyata perkembangan zaman sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi telah membawa berbagai perubahan dalam tatanan system nilai budaya masyarakat. Meningkatnya angka usia harapan hidup masyarakat Gorontalo menjadi 60 tahun keatas yang menyebabkan terjadinya
perubahan struktur penduduk, dimana penduduk lanjut usia semakin banyak jumlahnya. Kondisi demikian ditambah dengan faktor kemiskinan, kesibukan, ekonomi, sebagian anggota masyarakat serta perubahan system tata nilai, mengakibatkan sebagian lanjut usia menjadi terlantar baik karena kemiskinan maupun karena perubahan tata nilai dalam lingkungan keluarga, sehingga tidak sedikit lanjut usia yang tersisih dan tidak dihormati dan tidak lagi menjadi panutan. Populasi lanjut usia terlantar tersebut pada umumnya disebabkan oleh faktor kemiskinan dan pada umumnya terlantar dalam lingkungan keluarga. 3. Perubahan psikososial Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan kematian, perubahan cara hidup : memasuki rumah perawatan, penghasilan menurun : biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan, penyakit kronis dan ketidak mampuan, kesepian akibat pengasingan diri lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik : perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 194). 4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah : kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit (Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 195). 5. Perubahan spiritual Menurut Maslow (1970) agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya, menurut Murray dan Zentner (1970) lanjut usia makin matur dalam kehidupan kegamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertidak dalam sehari-hari, menurut Fowler : Universalizing, perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dankeadilan (dalam Wahit Iqbal Mubarak, dkk, 2006 : 195-196). 2.2 Konsep Kecemasan Menurut Depkes RI (2002) kecemasan merupakan ketegangan rasa tidak aman dan khawatir yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (dalam Marlina, 2010). a. Definisi Kecemasan Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang (Wahjudi Nugroho, 2008 : 122). Menurut Depkes RI (2002) kecemasan adalah ketegangan rasa tidak aman dan khawatir yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (dalam Marlina, 2010).
b. Gejala kecemasan Kecemasan seringkali disertai oleh gejala ketegangan motorik (gelisah, mudah lelah), hiperaktivitas otonomi (napas pendek atau perasaan tercekik, palpitasi dan takikardia, tangan dingin, berkeringat, sulit menelan, pusing, mual, diare, konstipasi atau sering berkemih), kewaspadaan dan skaning (sulit tidur) (Linda Carman Copel, 2007 : 208). Kecemasan juga biasanya disertai gejala seperti gejala psikis dan gejala fisik. Gejala psikis diantaranya : a. Kuatir pada kesehatannya b. Takut mati atau takut sesuatu yang luar biasa akan terjadi c. Takut kehilangan kontrol diri atau menjadi gila d. Tingkah laku menghindar disebabkan takut situasi tertentu e. Merasa takut tanpa sebab yang jelas f. Perasaan tegang dan tertekan g. Sukar konsentrasi h. Tidur sulit dan tidak nyenyak i. Mudah tersinggung. Gejala fisik diantaranya: a. Gangguan menelan b. Detak jantung cepat c. Telapak tangan berkeringat d. Perut kembung, nausea, gemetar, nafas pendek, mulut kering, sering buang air kecil, kepala pusing, belakang leher tidak enak. c. Tingkat kecemasan
Menurut Townsend (1996) ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Arifah Nur Hasanah, 2011 ). 1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. 2. Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. 3. Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,
palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. 4. Panik; Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi. 2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada lansia Menurut Noorkasiani (2009), usia lanjut dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan. Adapun mekanisme koping pada usia lanjut dipengaruhi faktor-faktor (dalam Marlina, 2010). a. Faktor internal Adapun faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kecemasan pada lanjut usia diantaranya: 1. Umur Semakin bertambah usia atau umur seseorang semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua. 2. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. 3. Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. 4. Motivasi Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. 5. Kondisi fisik Menurut Nugroho (2000), di kemukakan adanya empat proses penyakit yang sangat erat hubungannaya dengan proses menua, yakni: a. Gangguan sirkulasi darah. Seperti: hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal. b. Gangguan metabolik hormonal seperti: diabetes, minitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid. c. Gangguan pada persendian, seperti osteoporosis, goutartritis, ataupun penyakit kolagen lainnya. d. Berbagai neoplasma. b. Faktor eksternal Adapun faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan kecemasan pada lanjut usia diantaranya: 1. Dukungan sosial 2. Dukungan keluarga
Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. 2.4 Kerangka Konsep UMUR JENIS KELAMIN TINGKAT PENDIDIKAN KECEMASAN MOTIVASI KONDISI FISIK DUKUNGAN KELUARGA
DUKUNGAN SOSIAL Keterangan : Variabel yang tidak diteliti Variabel yang diteliti Berdasarkan diagram diatas dapat digambarkan bahwa kondisi fisik, dukungan sosial, dan dukungan keluarga merupakan sebagian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan yang terjadi pada lansia. 2.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan sementara bahwa : 1. Ada hubungan kondisi fisik dengan kecemasan yang terjadi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo. 2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan yang terjadi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo. 3. Ada hubungan dukungan sosial dengan kecemasan yang terjadi pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha ILOMATA Kota Gorontalo.